FITNESS & HEALTH

Mengenal Tuli Kongenital pada Bayi Baru Lahir, Penyebab, dan Kenali CIri-cirinya

Raka Lestari
Rabu 02 Maret 2022 / 12:10
Jakarta: Tuli kongenital adalah tuli yang terjadi sebelum persalinan atau pada saat persalinan. Tuli kongenital disebabkan oleh kelainan secara genetik dan non genetik. Bayi baru lahir yang mengalami tuli kongenital harus menjadi perhatian, terutama bagi para orang tua.

“Angkanya sampai saat ini masih 1:1000 kelahiran, untuk tuli kongenital,” ujar Ketua PP PERHATI-KL, Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL (K), dalam acara Temu Media Hari Pendengaran Sedunia 2022.

Menurut Prof. Jenny, salah satu penyebab terjadinya tuli kongenital adalah Rubell. Diketahui Rubella menjadi salah satu faktor terjadinya tuli kongenital, tapi kata Prof. Jenny, ada banyak faktor yang lain. Seperti toksoplasma, herpes, itu bisa menjadi penyebab.

Secara garis besar gambaran kelainan tuli kongenital antara lain:

- Kelainan daun telinga (mikrotia atau anotia) yang bervariasi derajatnya.
- Kelainan liang telinga (atresia liang telinga).
- Kelainan telinga tengah yaitu tidak terbentuknya tulang pendengaran. Rangkaian tulang yang terputus atau terfiksasi.
- Kelainan telinga dalam (gangguan koklea).

“Sebetulnya hal-hal tersebut bisa diatasi dengan vaksinasi. Tapi ternyata cakupan vaksinasi masih ada yang sedikit di beberapa daerah. Nah, itu yang kami khawatirkan, dapat terjadinya tuli kongenital. Vaksinasi itu perlu untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran kongenital,” ungkap Prof. Jenny.

Untuk mengetahui apakah bayi baru lahir mengalami tuli kongenital atau tidak adalah dengan melakukan skrining. Jadi begitu bayi baru lahir, langsung dilakukan skrining dengan alat yang disebut sebagai otoacoustic emissions (OAE).

"Begitu bayi baru lahir, kita lakukan tes OAE atau kalau tidak punya ya dilakukan apa saja untuk mengecek pendengaran bayi, dengan bunyi-bunyian apa saja,” jelas Prof. Jenny.

“Kemudian kita tunggu, setelah 3 bulan lalu kita cek lagi. Kemudian pada saat usia 6 bulan harus sudah terdiagnosis. Kalau ada gangguan pendengaran harus segera diatasi, yaitu diintervensi dengan menggunakan alat bantu dengar. Supaya perkembangan komunikasinya tidak terganggu. Itu yang disebut sebagai Early Hearing Detection and Intervention (EHDI),” kata Prof. Jenny.

Deteksi dini adanya gangguan pendengaran di awal atau sedini mungkin itu untuk dilakukan intervensi. Sehingga mencegah terjadinya gangguan komunikasi. Dan tentunya kualitas hidup pasien menjadi tetap bisa terjaga dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH