FITNESS & HEALTH

Tips Tetap Fit Berpuasa bagi Si Hipertensi

Medcom
Jumat 15 Maret 2024 / 10:16
Jakarta: Berbuka puasa dengan gorengan dan minuman dingin telah menjadi menu favorit masyarakat. Sayangnya hal itu tidak disarankan oleh para dokter, terlebih bagi kamu yang menderita penyakit Kardiovaskular seperti hipertensi.

Buat kamu yang mengidap hipertensi, tips pertama berbuka yang baik itu kamu harus menghindari berbuka dengan gorengan. Menurut dr. Zakky Hazzami Sp.Jp FIHA dari Eka Hospital, gorengan itu berasal dari tepung yang kandungan karbohidratnya tinggi dan kadar lemaknya juga terlalu tinggi. Sehingga itu yang membuat kadar gula seseorang melonjak secara drastis.

"Jadi memang dianjurkan, baik itu yang memiliki penyakit kardiovaskular atau pun tidak, dan sesuai dengan sunnah nabi, tetap harus mengawali berbuka dengan kurma, miminal tiga buah," ungkap dr. Zakky di program Ngabuburit Sehat Medcom X Eka Hospital.

Untuk kurma yang dimakan juga ada porsinya masing-masing. Kata dr. Zakky yang merupakan spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah, jika kamu penderita diabetes, maka maksimal memakannya hanya tiga buah. Sementara bagi yang tidak menderita diabetes, boleh lebih dari tiga.
 

Makanan dan minuman bagi pengidap hipertensi


Sementara untuk minuman saat berbuka, dr. Zakky menganjurkan untuk meminum air mineral. Bagi penderita hipertensi, minuman yang tak boleh dianjurkan adalah minuman kemasan.

"Minuman kemasan mengandung kadar natrium yang tinggi. Sehingga bagi kamu yang menderita hipertensi itu akan mengakibatkan kadar tekanan darahnya tinggi," ujar dokter yang berpraktik di Eka Hospital Cibubur ini.

Untuk itu disarankan berbuka puasa dengan minuman yang dibuat sendiri atau air mineral. Air mineral juga berguna untuk mencukupi kebutuhan dehidrasinya selama si Hipertensi berpuasa.
 

Si Hipertensi juga butuh berolahraga


Saat berpuasa, stigma berolahraga kerap dianggap negatif. Padahal baik penderita hipertensi maupun yang tidak memilikinya, penting bagi mereka untuk berolahraga saat berpuasa.

"Berolahraga fungsinya bukan sekadar keluar keringat, tapi juga dengan berolahraga bisa melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah jadi turun," ungkap dr. Zakky.

Saat berpuasa, berolahraga sangat penting, cuma waktunya yang mesti diatur. Untuk itu dr. Zakky menyarankan agar berolahraga menjelang waktu berbuka, dan tidak disarankan melakukan olahraga sehabis sahur.

Baca juga: Apa Itu Hipertensi Jas Putih?

"Berolahraga sebelum berbuka itu disarankan karena energinya masih ada, dan itu tidak ngoyo, sekitar 10 sampai 15 menit. Olahraganya bisa jogging, berjalan dan tidak disarankan olahraga yang kompetitif, seperti sepak bola, tenis, dan badminton itu terlalu high impact, sehingga nanti kadar gulanya akan turun secara drastis dan lebih cenderung ke dehidrasi," ungkap dr. Zakky.

Kata dr. Zakky, banyak anak muda yang sekarang lebih cenderung apatis. Mereka kurang berminat untuk tahu tentang gaya hidup yang sehat.

"Mereka cenderung memilih makanan cepat saji yang tinggi akan gula, mengonsumsi kopi-kopi kekinian, atau boba. Padahal, makanan cepat saji juga mengandung kadar natrium yang tinggi. Ada juga kadar lemak jenuhnya, sehingga akan mengakibatkan kadar peningkatan kolestrol dan peningkatan kadar gula darah serta akhirnya mengarah ke hipertensi," terangnya.
 

Cara agar anak-anak mudah sadar dengan gaya hidupnya


Saat ini banyak sekali peningkatan obesitas pada anak-anak muda. Itu juga terlihat dari lingkar perut. Diketahui idealnya lingkar perut perempuan itu di bawah 80 cm, sedangkan laki-laki di bawah 90 cm lingkar perutnya.

"Jika mereka mengubah gaya hidup dan diterapkan akan menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Jadi untuk mengatasnya harus meningkatkan aktivitas fisik olahraga," ungkap dokter yang hobi main game FIFA ini.

Idealnya lakukanlah olahraga 2 sampai 3 kali seminggu dengan minimal durasi 20 menit, kemudian kurangi kadar glukosa yang terlalu tinggi sama natrium yang terlalu tinggi makanan cepat saji. Begitu juga dengan minuman kemasan dan kadar lemak yang tinggi juga harus dikontrol, artinya paling banyak lemak jenuh di makanan cepat saji.

"Intinya boleh makan gorengan atau sejenisnya dengan porsi yang sedikit, tapi harus juga diimbangi dengan aktivitas fisik dan stop merokok. Sebab rokok itu meningkatkan kejadian penyakit jantung, terutama penyakit koroner. Karena perokok memiliki tingkat risiko terkena penyakit kardiovaskular tiga kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok," tutup dr. Zakky.



Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH