FITNESS & HEALTH

Kamu Perokok? Waspadai 5 Masalah Kesehatan Akibat Asap Rokok pada Anak

Mia Vale
Rabu 04 Desember 2024 / 08:23
Jakarta: Meskipun kita tidak merokok, dampak paparan asap rokok terhadap tubuh dapat dirasakan secara langsung. Sejak tahun 1964, menurut kutipan dari CDC, berkisar 2,5 juta orang perokok pasif atau yang tidak merokok, meninggal karena gangguan kesehatan akibat paparan asap rokok. 

Tidak hanya pada orang dewasa atau ibu hamil, paparan rokok juga bisa membahayakan anak-anak. Perlu diingat, paparan asap rokok dapat menghasilkan efek inflamasi dan pernapasan yang berbahaya dalam waktu 60 menit setelah paparan dan dapat berlangsung setidaknya 3 jam setelah paparan.

Berbicara pengaruh paparan asap roko pada bayi dan anak-anak, hal ini dikarenakan bayi dan anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Akibatnya, asap rokok lebih berbahaya apabila terhirup. 

Menghirup asap rokok dalam waktu singkat saja dapat membahayakan tubuh bayi dan anak-anak, apalagi jika mereka menghirup dalam jangka waktu yang lama. Berikut beberapa bahaya asap rokok yang dapat memengaruhi kesehatan anak.
 

Infeksi saluran pernapasan



(Terpapar asap rokok dapat meningkatkan risiko anak-anak mengembangkan asma atau memperburuk gejala pada anak-anak yang sudah menderita asma. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Menurut Environmental Protection Agency (EPA) paparan asap rokok meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan bagian bawah, seperti bronkitis dan pneumonia. Hal tersebut menukil Halodoc, karena asap rokok dapat merusak pertahanan alami tubuh, dalam melawan bakteri dan virus penyebab pneumonia dan bronkitis. 

Bayi yang ibunya merokok, 50 persen lebih mungkin terkena infeksi pernapasan selama tahun pertama kehidupannya. Risiko ini bisa meningkat jika ibu merokok sambil menggendong bayi atau menyusui. 

Secara keseluruhan paparan asap rokok sejak dini, kemungkinan besar dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut pada anak.
 

Sindrom bayi mati mendadak (SIDS)


Seperti yang sudah dijelaskan pada laman resmi CDC, terpapar asap rokok setelah lahir, lebih berisiko mengalami kematian akibat sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Risiko ini biasanya lebih besar pada bayi yang ibunya merokok selama kehamilan. 

Bahan kimia dalam asap rokok diperkirakan memengaruhi cara kerja otak sehingga mengganggu pengaturan pernapasan bayi. Bayi yang meninggal karena SIDS memiliki konsentrasi nikotin dan coticine yang lebih tinggi di paru-parunya.
 

Bisa sebabkan asma


Asma terjadi ketika saluran udara kecil di paru-paru mengalami peradangan. Peradangan ini membuat saluran napas menjadi lebih sensitif terhadap pemicu. Ketika si kecil menghirup pemicunya, otot-otot di sekitar saluran napas akan menegang.

Jika hal ini terjadi, anak lebih sulit bernapas dan alhasil menyebabkan batuk-batuk, mengi, dan sesak dada. Nah, salah satu pemicu kambuhnya asma pada anak adalah asap rokok. Bahan kimia dalam asap rokok meningkatkan frekuensi dan gejala yang lebih parah bagi anak yang mengidap asma.

Baca juga: Dokter Sarankan Perokok Aktif di Atas 40 Tahun Wajib Skrining Kanker Paru
 

Gangguan kognitif


Ternyata, tidak hanya masalah pernapasan, asap rokok juga berdampak bagi kemampuan belajar anak. Alasannya karena asap rokok dapat menyebabkan neurotoksik pada tingkat yang sangat rendah. Neurotoksik sendiri merupakan zat yang mengganggu sistem saraf pusat. 

Akibatnya bisa berisiko kekurangan kemampuan membaca karena menjadi perokok pasif. Sementara itu, tingkat paparan asap rokok yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan penurunan kemampuan yang lebih besar dalam memelajari matematika dan penalaran visuospasial.
 

Mengakibatkan infeksi telinga


Bahaya karena asap rokok yang satu ini umum terjadi pada anak-anak. Kondisi ini sering dikenal dengan penyakit telinga bagian tengah yang meliputi otitis media akut dan otitis media efusi. 

Penyebabnya, asap rokok yang dihirup dapat mengiritasi tuba eustachius, yakni bagian yang menghubungkan bagian belakang hidung dengan telinga tengah. 

Sehingga, menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan yang mengganggu pemerataan tekanan di telinga tengah. Alhasil menimbulkan rasa nyeri, kelebihan cairan, dan infeksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH