FITNESS & HEALTH
Hindari Mendiagnosis Diri Sendiri Mengenai Isu Kesehatan Mental
Medcom
Senin 14 Oktober 2024 / 11:07
Jakarta: Hari Kesehatan Mental Dunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Dinukil dari laman resmi Kemenkes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Dr. Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah kesehatan jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa.
Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa. Dalam Riskesdas Kemenkes RI 2018 juga dipaparkan, lebih dari 20 juta warga Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional.
Dalam momen mengenai kesehatan mental ini, Halodoc meluncurkan kampanye #PejuangMental. Diharapkan lebih banyak masyarakat yang mengalami indikasi gangguan mental dapat mencari bantuan penanganan psikologi.
Baca juga: Kenali Tanda Seseorang Mengalami Burnout dan Bagaimana Solusinya?
Dr. Irwan Heriyanto, MARS, Chief of Medical Halodoc, mengatakan “Kami memahami bahwa dinamika kondisi sosial-ekonomi, tantangan hidup yang meningkat, dan perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kesehatan mental. Sehingga, wadah untuk berbagi cerita dan mendapatkan bantuan layanan kesehatan mental secara cepat, nyaman, dan aman semakin menjadi kebutuhan."
.jpg)
(Ada baiknya kamu tidak melakukan self-diagnosis sangat membahayakan kesehatan apabila salah dalam mengambil metode pengobatan dan mengonsumsi obat yang salah. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Lebih lanjuut dr. Irwan mengatakan bahwa dengan kampanye ini, orang tidak mendiagnosa sendiri namun dapat mencari bantuan dengan berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater.
Menurut penelitian IDN Research Institute, 51% generasi Z2 dan 42% generasi milenial memandang kesehatan mental sebagai isu yang penting. Sebagian besar keluhan dalam konsultasi tersebut, yakni terkait gangguan kecemasan, depresi, dan konseling hubungan.
Dalam data Survei Kesehatan Indonesia 2023, nyatanya didapatkan hanya 12,7% dari penduduk (berusia 15 tahun ke atas) dengan depresi yang mendapatkan pengobatan.
Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog, Ketua II Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, mengatakan “Saat ini, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental sudah jauh meningkat, apalagi jika kita bandingkan dengan kondisi di satu dekade lalu. Namun tidak dipungkiri, stigma tabu tetap tidak bisa hilang begitu saja dan dapat berdampak pada resistensi."
"Oleh karena itu, kami mengapresiasi dan mendukung upaya edukasi yang dilakukan Halodoc untuk mengajak lebih banyak orang memahami kondisi kesehatan mental mereka," tambah Psikolog Ratih.
"Kami percaya bahwa kesehatan fiisik maupun mental merupakan hak setiap individu. Kesehatan fiisik dan mental tersebut akan berpengaruh pada produktivitas dan kualitas hidup seseorang," pungkas dr. Irwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa. Dalam Riskesdas Kemenkes RI 2018 juga dipaparkan, lebih dari 20 juta warga Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional.
Dalam momen mengenai kesehatan mental ini, Halodoc meluncurkan kampanye #PejuangMental. Diharapkan lebih banyak masyarakat yang mengalami indikasi gangguan mental dapat mencari bantuan penanganan psikologi.
Baca juga: Kenali Tanda Seseorang Mengalami Burnout dan Bagaimana Solusinya?
Dr. Irwan Heriyanto, MARS, Chief of Medical Halodoc, mengatakan “Kami memahami bahwa dinamika kondisi sosial-ekonomi, tantangan hidup yang meningkat, dan perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kesehatan mental. Sehingga, wadah untuk berbagi cerita dan mendapatkan bantuan layanan kesehatan mental secara cepat, nyaman, dan aman semakin menjadi kebutuhan."
.jpg)
(Ada baiknya kamu tidak melakukan self-diagnosis sangat membahayakan kesehatan apabila salah dalam mengambil metode pengobatan dan mengonsumsi obat yang salah. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Lebih lanjuut dr. Irwan mengatakan bahwa dengan kampanye ini, orang tidak mendiagnosa sendiri namun dapat mencari bantuan dengan berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater.
Menurut penelitian IDN Research Institute, 51% generasi Z2 dan 42% generasi milenial memandang kesehatan mental sebagai isu yang penting. Sebagian besar keluhan dalam konsultasi tersebut, yakni terkait gangguan kecemasan, depresi, dan konseling hubungan.
Dalam data Survei Kesehatan Indonesia 2023, nyatanya didapatkan hanya 12,7% dari penduduk (berusia 15 tahun ke atas) dengan depresi yang mendapatkan pengobatan.
Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog, Ketua II Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, mengatakan “Saat ini, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental sudah jauh meningkat, apalagi jika kita bandingkan dengan kondisi di satu dekade lalu. Namun tidak dipungkiri, stigma tabu tetap tidak bisa hilang begitu saja dan dapat berdampak pada resistensi."
"Oleh karena itu, kami mengapresiasi dan mendukung upaya edukasi yang dilakukan Halodoc untuk mengajak lebih banyak orang memahami kondisi kesehatan mental mereka," tambah Psikolog Ratih.
"Kami percaya bahwa kesehatan fiisik maupun mental merupakan hak setiap individu. Kesehatan fiisik dan mental tersebut akan berpengaruh pada produktivitas dan kualitas hidup seseorang," pungkas dr. Irwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)