FITNESS & HEALTH
Digitalisasi Sistem Kesehatan untuk Mencegah Pandemi Berikutnya
Antara
Kamis 30 Mei 2024 / 14:00
Jakarta: Yayasan nirlaba Indonesia Pijar Foundation meluncurkan kertas kebijakan berjudul Accelerating Southeast Asia's Predictive Healthcare System di Jakarta. Langkah ini dilakukan sebagai upaya mencegah pandemi berikutnya.
Kertas kebijakan itu merupakan tindak lanjut dari program Global Future Fellows (GFF): Advancing Southeast Asia's Predictive Healthcare yang mengumpulkan 41 peserta strategis multisektor dari enam negara Asia Tenggara pada Oktober 2023 di Jakarta.
Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation Cazadira F. Tamzil menekankan pentingnya semangat kolaborasi antarsektor dan antarnegara dalam membangun sistem kesehatan yang lebih kuat.
"Kolaborasi adalah kunci untuk mencegah pandemi berikutnya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehari-hari. Pandemi menyadarkan kita bahwa tantangan kesehatan sangat kompleks serta memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif berbasis teknologi yang melibatkan sektor publik, swasta, dan masyarakat di Asia Tenggara," ucap Cazadira.
Acara peluncuran kertas kebijakan tersebut turut dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono yang juga menekankan pentingnya akselerasi transformasi sistem kesehatan.
"Database yang presisi dan layanan kesehatan yang didukung teknologi seperti artificial intelligence (AI) membuat pasien, tenaga medis, industri farmasi, peneliti, dan pemerintah menjadi lebih mudah untuk membuat kebijakan yang lebih terintegrasi," kata Dante.
Pijar Foundation menyebut bahwa pencegahan pandemi berikutnya adalah agenda prioritas bagi Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Sistem kesehatan tidak lagi cukup bersifat reaktif, melainkan harus lebih preventif dan efektif melalui digitalisasi.
Terlebih, setelah Indonesia menjabat sebagai Ketua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada 2023, transformasi digital kesehatan untuk mencegah pandemi berikutnya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehari-hari semakin diangkat sebagai isu kritis untuk masa depan bersama.
Kertas kebijakan tersebut berisi sejumlah rencana aksi kolaborasi dan rekomendasi kebijakan. Salah satunya, yakni pengembangan ekosistem riset dan pertukaran pengetahuan terkait teknologi kesehatan berbasis AI dan keamanan data kesehatan.
Kertas kebijakan Accelerating Southeast Asia's Predictive Healthcare System disusun secara kolaboratif antara Pijar Foundation dan 41 peserta yang merupakan pemain-pemain strategis sektor kesehatan.
Ada peserta dari kalangan dokter, perawat, pemerintah, universitas, asosiasi industri, hingga perusahaan rintisan dari enam negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina).
Proses penulisan dimulai pada Oktober 2023, di mana para peserta terlibat dalam serangkaian diskusi mendalam, pemberian materi oleh para ahli serta kelas khusus (masterclass) di Jakarta yang mendorong lahirnya berbagai rencana aksi kolaborasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Kertas kebijakan itu merupakan tindak lanjut dari program Global Future Fellows (GFF): Advancing Southeast Asia's Predictive Healthcare yang mengumpulkan 41 peserta strategis multisektor dari enam negara Asia Tenggara pada Oktober 2023 di Jakarta.
Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation Cazadira F. Tamzil menekankan pentingnya semangat kolaborasi antarsektor dan antarnegara dalam membangun sistem kesehatan yang lebih kuat.
"Kolaborasi adalah kunci untuk mencegah pandemi berikutnya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehari-hari. Pandemi menyadarkan kita bahwa tantangan kesehatan sangat kompleks serta memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif berbasis teknologi yang melibatkan sektor publik, swasta, dan masyarakat di Asia Tenggara," ucap Cazadira.
Acara peluncuran kertas kebijakan tersebut turut dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono yang juga menekankan pentingnya akselerasi transformasi sistem kesehatan.
"Database yang presisi dan layanan kesehatan yang didukung teknologi seperti artificial intelligence (AI) membuat pasien, tenaga medis, industri farmasi, peneliti, dan pemerintah menjadi lebih mudah untuk membuat kebijakan yang lebih terintegrasi," kata Dante.
baca juga: Muncul Lagi Varian Baru Covid-19 'FLiRT', Begini Penjelasannya |
Pijar Foundation menyebut bahwa pencegahan pandemi berikutnya adalah agenda prioritas bagi Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Sistem kesehatan tidak lagi cukup bersifat reaktif, melainkan harus lebih preventif dan efektif melalui digitalisasi.
Terlebih, setelah Indonesia menjabat sebagai Ketua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada 2023, transformasi digital kesehatan untuk mencegah pandemi berikutnya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehari-hari semakin diangkat sebagai isu kritis untuk masa depan bersama.
Kertas kebijakan tersebut berisi sejumlah rencana aksi kolaborasi dan rekomendasi kebijakan. Salah satunya, yakni pengembangan ekosistem riset dan pertukaran pengetahuan terkait teknologi kesehatan berbasis AI dan keamanan data kesehatan.
Kertas kebijakan Accelerating Southeast Asia's Predictive Healthcare System disusun secara kolaboratif antara Pijar Foundation dan 41 peserta yang merupakan pemain-pemain strategis sektor kesehatan.
Ada peserta dari kalangan dokter, perawat, pemerintah, universitas, asosiasi industri, hingga perusahaan rintisan dari enam negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina).
Proses penulisan dimulai pada Oktober 2023, di mana para peserta terlibat dalam serangkaian diskusi mendalam, pemberian materi oleh para ahli serta kelas khusus (masterclass) di Jakarta yang mendorong lahirnya berbagai rencana aksi kolaborasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)