FITNESS & HEALTH

Ini Kelompok Usia yang Paling Banyak Terkena DBD

A. Firdaus
Kamis 18 Januari 2024 / 14:11
Jakarta: Memasuki musim hujan, Demam Berdarah Dengue atau DBD menjadi ancaman buat kita dan keluarga. Kewaspadaan tingkat tinggi pun menjadi upaya dalam menyikapi penyakit mematikan ini.

Indonesia sebagai negara endemik dengue, masih menghadapi permasalahan yang sama setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, hingga minggu ke-52 pada 2023, terdapat 98.071 kasus di Indonesia, dengan kematian sebanyak 764 jiwa.

Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), menambahkan bahwa jumlah kasus DBD pada 2022 dapat ditemukan pada seluruh kelompok usia, di mana 35 persen ditemukan pada rentang usia 5-14 tahun.

"Angka kematian akibat DBD tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak usia 5-14 tahun atau 45% dari seluruh kelompok usia," ungkap Prof. Hartono dalam Diskusi Publik: Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue.

Anak-anak rentan terinfeksi dengue karena mereka berada dekat dengan populasi nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, waktu aktif nyamuk bersamaan dengan jadwal aktivitas anak-anak pada umumnya, yaitu pada siang hari dengan puncaknya pukul 08.00–13.00 serta 15.00–17.00.

"Oleh karena itu, IDAI telah mengeluarkan rekomendasi vaksinasi dengue bagi anak-anak, yang berisi 4 antigen dari 4 serotip virus dengue. Efikasinyapun telah diteliti di 8 negara endemik dengue dengan lebih dari 28ribu sampel berusia 1,5-60 tahun," kata Prof. Hartono.

"Selain itu, tentunya kami juga mendukung penguatan semua upaya pencegahan DBD seperti penerapan program 3M Plus oleh Pemerintah, dan intervensi inovasi lainnya,” jelas Prof. Hartono.

Baca Juga: Peran Penting Pencegahan DBD Dimulai dari Keluarga

Seperti diketahui, intervensi inovasi dilakukan dalam upaya memperkuat pengendalian serta pencegahan dengue di Indonesia. Intervensi dilakukan antara Farid Nila Moeloek Society bekerja sama dengan Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyatakan komitmen Takeda sebagai mitra aktif dari Kementerian Kesehatan dalam edukasi dan pencegahan DBD di Indonesia. Pendekatan yang terintegrasi sangat diperlukan dalam penanganan dan pencegahan DBD di Indonesia.

"Oleh karena itu, Takeda berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan guna mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue," ungkap Andreas.

"Kami sangat gembira dan berterima kasih kepada FNM Society atas kolaborasi yang luar biasa pada acara diskusi publik hari ini, sebagai upaya memperkuat peran serta keluarga dan masyarakat untuk mencapai target ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH