FITNESS & HEALTH
Bahas Tuntas Semua Hal tentang Obesitas
Yatin Suleha
Rabu 24 September 2025 / 19:07
Jakarta: Obesitas bukan hanya masalah berat badan, tetapi berat badan yang berlebih, penumpukan jaringan lemak yang berlebih dan berpotensi untuk memberikan masalah kesehatan kronik dan kompleks.
Obesitas ini dibahas tuntas dalam acara "Fireside Chat: All About Obesity - Understanding the Weight We Carry" di Hotel Westin Jakarta.
Baca juga: 10 Gejala Kortisol Tinggi dan Akibat yang Ditimbulkan
“Kegemukan atau berat badan berlebih parameternya adalah indeks massa tubuh, untuk orang Asia 23-25, sedangkan obesitas itu lebih dari 25,” ujar dr. Farid Kurniawan, Sp.PD, Ph.D.
Tahun 2013 hanya 14% dalam 10 tahun terakhir kenaikan prevalensinya naik 10% untuk kasus obesitas orang dewasa. Apabila obesitas terjadi pada usia muda, risiko obesitas bertahan hingga ia dewasa itu akan lebih besar.
“Tren di negara-negara Asia pada tahun 2030 akan mengalami peningkatan obesitas sebanyak 2x lipat. Karena Indonesia sangat plural, hanya bisa membaca pola kenaikan obesitas beberapa tahun ke depan seperti apa,” ujar dr. Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D.
.jpg)
(Apabila obesitas terjadi pada usia muda, risiko obesitas bertahan hingga ia dewasa itu akan lebih besar. Foto: Dok. Medcom.id/Secillia Nur Hafifah)
Faktor risiko meliputi genetik, kebiasaan makan buruk, kurang olahraga, obat-obatan, dan kebijakan lingkungan. Metabolisme individu berbeda, jadi penanganan klinis harus disesuaikan.
Tantangan terbesar dalam menjelaskan ke masyarakat kalau obesitas sangat kompleks.
Di kota-kota besar masyarakat belum terinformasi dengan baik bahwa obesitas itu banyak perannya. Masyarakat harus mengerti bahwa obesitas sesuatu yang kompleks, sehingga di sisi deteksinya, diagnosisnya, dan tata pelaksanaannya yang harus komprehensif.
“Kalau ada penyintas obesitas harus ditanya apakah ada penyakit penyertanya. Karena obesitas adalah penyakit kronik bukan hanya sesuatu yang berkaitan dengan estetika saja,” ucap dr. Wismandari Sp.PD-KEMD.
Obesitas menyebabkan inflamasi sistemik seluruh tubuh yang meningkat. Inflamasi adalah pangkal dari penyakit-penyakit yang diakibatkan. Inflamasi menjadi peradangan yang akan menyebabkan apa saja.
Implementasi kedokteran di lapangan, terutama di rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
PMPK suatu guidelines yang harapannya dapat diterapkan di rumah sakit dan klinik-klinik. Harapannya juga PMPK ini bisa diterapkan oleh apoteker, pemangku kebijakan, dan lain-lain.
Semua tenaga kesehatan juga turut bertanggung jawab mengenai hal ini. Selain itu, monitoring juga dibutuhkan dari dinkes, menkes, dan semua organisasi profesi karena masalah ini bukanlah hal yang mudah,” ungkap dr. Maya Surdjaja, Sp.GK, M.Gizi, FAAM.
Pasien pasien sering kali tidak sadar dirinya obesitas. IMTnya 28 sudah pasti itu obesitas. Kurangnya pemahaman tentang obesitas di kalangan masyarakat masih sering terjadi.
Masyarakat bisa mengecek dirinya obesitas atau tidak dengan mengukur lingkar pinggang wanita jika lebih dari 80 cm dan laki laki 90cm itu artinya sudah obesitas. Masyarakat juga harus sadar obesitas adalah penyakit serius yang dapat mengancam nyawa.
Baca juga: Makan Malam Terlalu Larut Menyebabkan Obesitas? Ini Penjelasannya
Perawatan obesitas dimulai dari puskesmas sesuai kebijakan pemerintah untuk tangani sebaik mungkin. Jika ada penyakit penyerta seperti diabetes atau hipertensi, rujuk ke rumah sakit untuk penanganan intensif.
Biaya di rumah sakit tergantung kondisi. Jika penyakit penyerta primer, pemerintah tanggung via BPJS Kesehatan. Jika obesitas primer, pasien biayai sebagian sendiri.
Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) sarankan puskesmas dan rumah sakit dilengkapi dokter serta ahli gizi untuk tangani obesitas.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Obesitas ini dibahas tuntas dalam acara "Fireside Chat: All About Obesity - Understanding the Weight We Carry" di Hotel Westin Jakarta.
Baca juga: 10 Gejala Kortisol Tinggi dan Akibat yang Ditimbulkan
“Kegemukan atau berat badan berlebih parameternya adalah indeks massa tubuh, untuk orang Asia 23-25, sedangkan obesitas itu lebih dari 25,” ujar dr. Farid Kurniawan, Sp.PD, Ph.D.
Tahun 2013 hanya 14% dalam 10 tahun terakhir kenaikan prevalensinya naik 10% untuk kasus obesitas orang dewasa. Apabila obesitas terjadi pada usia muda, risiko obesitas bertahan hingga ia dewasa itu akan lebih besar.
“Tren di negara-negara Asia pada tahun 2030 akan mengalami peningkatan obesitas sebanyak 2x lipat. Karena Indonesia sangat plural, hanya bisa membaca pola kenaikan obesitas beberapa tahun ke depan seperti apa,” ujar dr. Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D.
Faktor yang meningkatkan resiko obesitas
.jpg)
(Apabila obesitas terjadi pada usia muda, risiko obesitas bertahan hingga ia dewasa itu akan lebih besar. Foto: Dok. Medcom.id/Secillia Nur Hafifah)
Faktor risiko meliputi genetik, kebiasaan makan buruk, kurang olahraga, obat-obatan, dan kebijakan lingkungan. Metabolisme individu berbeda, jadi penanganan klinis harus disesuaikan.
Tantangan terbesar dalam menjelaskan ke masyarakat kalau obesitas sangat kompleks.
Di kota-kota besar masyarakat belum terinformasi dengan baik bahwa obesitas itu banyak perannya. Masyarakat harus mengerti bahwa obesitas sesuatu yang kompleks, sehingga di sisi deteksinya, diagnosisnya, dan tata pelaksanaannya yang harus komprehensif.
“Kalau ada penyintas obesitas harus ditanya apakah ada penyakit penyertanya. Karena obesitas adalah penyakit kronik bukan hanya sesuatu yang berkaitan dengan estetika saja,” ucap dr. Wismandari Sp.PD-KEMD.
Obesitas menyebabkan inflamasi sistemik seluruh tubuh yang meningkat. Inflamasi adalah pangkal dari penyakit-penyakit yang diakibatkan. Inflamasi menjadi peradangan yang akan menyebabkan apa saja.
Implementasi kedokteran di lapangan, terutama di rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
PMPK suatu guidelines yang harapannya dapat diterapkan di rumah sakit dan klinik-klinik. Harapannya juga PMPK ini bisa diterapkan oleh apoteker, pemangku kebijakan, dan lain-lain.
Semua tenaga kesehatan juga turut bertanggung jawab mengenai hal ini. Selain itu, monitoring juga dibutuhkan dari dinkes, menkes, dan semua organisasi profesi karena masalah ini bukanlah hal yang mudah,” ungkap dr. Maya Surdjaja, Sp.GK, M.Gizi, FAAM.
Hambatan dan tantangan terbesar obesitas
Pasien pasien sering kali tidak sadar dirinya obesitas. IMTnya 28 sudah pasti itu obesitas. Kurangnya pemahaman tentang obesitas di kalangan masyarakat masih sering terjadi.
Masyarakat bisa mengecek dirinya obesitas atau tidak dengan mengukur lingkar pinggang wanita jika lebih dari 80 cm dan laki laki 90cm itu artinya sudah obesitas. Masyarakat juga harus sadar obesitas adalah penyakit serius yang dapat mengancam nyawa.
Baca juga: Makan Malam Terlalu Larut Menyebabkan Obesitas? Ini Penjelasannya
Perawatan untuk obesitas
Perawatan obesitas dimulai dari puskesmas sesuai kebijakan pemerintah untuk tangani sebaik mungkin. Jika ada penyakit penyerta seperti diabetes atau hipertensi, rujuk ke rumah sakit untuk penanganan intensif.
Biaya di rumah sakit tergantung kondisi. Jika penyakit penyerta primer, pemerintah tanggung via BPJS Kesehatan. Jika obesitas primer, pasien biayai sebagian sendiri.
Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) sarankan puskesmas dan rumah sakit dilengkapi dokter serta ahli gizi untuk tangani obesitas.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)