FITNESS & HEALTH
Kenali Berbagai Penyakit Usus, Salah Satunya Intoleransi Laktosa
Raka Lestari
Selasa 25 Januari 2022 / 16:17
Jakarta: Sistem pencernaan memiliki peran penting untuk menjaga status kesehatan manusia agar tetap optimal. Jika ada salah satu organ pencernaan yang bermasalah atau terganggu dikarenakan terserang penyakit, maka akan memengaruhi kerja dari sistem pencernaan manusia.
Gangguan sistem pencernaan manusia ada bermacam-macam seperti diare, sembelit atau konstipasi, gastroenteritis, keracunan makanan, tukak lambung, inflammatory bowel disease (IBD), intoleransi makanan, dan masih banyak lagi.
Gangguan sistem saluran pencernaan yang paling sering ditemukan adalah yang disebabkan oleh intoleransi makanan. Kondisi intoleransi makanan adalah respons sistem pencernaan manusia ketika ada makanan atau minuman yang tidak dapat dicerna masuk ke dalam tubuh.
Kondisi ini berbeda dengan alergi makanan, karena pada kasus alergi makanan sistem kekebalan tubuh manusia akan bereaksi dan melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Salah satunya adalah makanan atau minuman, yang dianggap berbahaya.
Intoleransi laktosa adalah salah satu contoh intoleransi makanan yang dialami oleh manusia, di mana ketidakmampuan usus untuk mencerna laktosa dari susu disebabkan oleh tidak adanya enzim laktase untuk mencerna dan mengubah laktosa. Salah satu jenis karbohidrat disakarida, menjadi bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa.
“Kasus intoleransi laktosa banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sekitar 80 persen penduduknya mengalami intoleransi laktosa. Di Eropa, persentase penderita intoleransi laktosa pada ras kaukasia lebih rendah yaitu sekitar 25 persen,” ungkap dr Arif Sabta Aji, Ahli Gizi.
Menurut dr. Arif, hal ini disebabkan karena faktor genetis keturunan. Di mana secara budaya, orang Asia membutuhkan waktu lebih lama untuk menerima kebiasaan minum susu sapi jika dibandingkan dengan orang Eropa.
Tingginya konsumsi susu di Eropa disebabkan karena mereka tinggal di geografis yang lebih jarang terkena paparan sinar matahari, sehingga anjuran cukup konsumsi susu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dan zat gizi lainnya.
Berbeda dengan orang yang tinggal lebih dekat dengan garis khatulistiwa, karena lebih banyak terpapar sinar matahari. Kondisi ini menyebabkan masih belum banyak orang yang memiliki enzim laktase yang cukup untuk mampu mencerna laktosa dari susu.
“Banyak sekali gejala yang ditimbulkan dari intoleransi laktosa terhadap fungsi pencernaan dan kesehatan manusia seperti perut kembung, sakit perut, diare, dan muntah. Kondisi tersebut sering dialami penderita intoleransi laktosa selama 30 menit sampai dua jam setelah konsumsi susu,” tambah dr. Arif.
Jika setelah konsumsi susu dan produk susu olahan lainnya membuat perut kembung, kemungkinan akan mengalami sakit perut atau diare. Gejala ini merupakan indikator bahwa tubuh mengalami gangguan fungsi pencernaan terhadap makanan tertentu.
“Pada akhirnya tubuh akan mengalami kelelahan dikarenakan gejala yang ditimbulkan ketika mengalami intoleransi laktosa,” tutur dr. Arif.
Oleh karena itu, solusi untuk menghindari efek dan gejala yang ditimbulkan oleh intoleransi laktosa adalah mengurangi konsumsi bahan makanan yang mengandung laktosa dan mengganti produk minuman susu dengan produk minuman susu yang bebas laktosa.
Konsumsi produk olahan susu lainnya juga bisa menjadi alternatif, karena jumlah laktosanya sudah tidak sebanyak produk susu sapi tanpa olahan.
Orang yang mengalami intoleransi laktosa dan dengan sengaja menghindari konsumsi susu akan berisiko mengalami defisiensi pada zat gizi tertentu seperti kalsium, vitamin D, vitamin B12, dan protein. Intoleransi laktosa tidak dapat dicegah, tetapi gejala dari intoleransi laktosa dapat dicegah dengan mengonsumsi produk susu bebas laktosa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Gangguan sistem pencernaan manusia ada bermacam-macam seperti diare, sembelit atau konstipasi, gastroenteritis, keracunan makanan, tukak lambung, inflammatory bowel disease (IBD), intoleransi makanan, dan masih banyak lagi.
Gangguan sistem saluran pencernaan yang paling sering ditemukan adalah yang disebabkan oleh intoleransi makanan. Kondisi intoleransi makanan adalah respons sistem pencernaan manusia ketika ada makanan atau minuman yang tidak dapat dicerna masuk ke dalam tubuh.
Kondisi ini berbeda dengan alergi makanan, karena pada kasus alergi makanan sistem kekebalan tubuh manusia akan bereaksi dan melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Salah satunya adalah makanan atau minuman, yang dianggap berbahaya.
Apa itu intoleransi laktosa?
Intoleransi laktosa adalah salah satu contoh intoleransi makanan yang dialami oleh manusia, di mana ketidakmampuan usus untuk mencerna laktosa dari susu disebabkan oleh tidak adanya enzim laktase untuk mencerna dan mengubah laktosa. Salah satu jenis karbohidrat disakarida, menjadi bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa.
“Kasus intoleransi laktosa banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sekitar 80 persen penduduknya mengalami intoleransi laktosa. Di Eropa, persentase penderita intoleransi laktosa pada ras kaukasia lebih rendah yaitu sekitar 25 persen,” ungkap dr Arif Sabta Aji, Ahli Gizi.
Menurut dr. Arif, hal ini disebabkan karena faktor genetis keturunan. Di mana secara budaya, orang Asia membutuhkan waktu lebih lama untuk menerima kebiasaan minum susu sapi jika dibandingkan dengan orang Eropa.
Tingginya konsumsi susu di Eropa disebabkan karena mereka tinggal di geografis yang lebih jarang terkena paparan sinar matahari, sehingga anjuran cukup konsumsi susu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dan zat gizi lainnya.
Berbeda dengan orang yang tinggal lebih dekat dengan garis khatulistiwa, karena lebih banyak terpapar sinar matahari. Kondisi ini menyebabkan masih belum banyak orang yang memiliki enzim laktase yang cukup untuk mampu mencerna laktosa dari susu.
Gejala intoleransi laktosa
“Banyak sekali gejala yang ditimbulkan dari intoleransi laktosa terhadap fungsi pencernaan dan kesehatan manusia seperti perut kembung, sakit perut, diare, dan muntah. Kondisi tersebut sering dialami penderita intoleransi laktosa selama 30 menit sampai dua jam setelah konsumsi susu,” tambah dr. Arif.
Jika setelah konsumsi susu dan produk susu olahan lainnya membuat perut kembung, kemungkinan akan mengalami sakit perut atau diare. Gejala ini merupakan indikator bahwa tubuh mengalami gangguan fungsi pencernaan terhadap makanan tertentu.
“Pada akhirnya tubuh akan mengalami kelelahan dikarenakan gejala yang ditimbulkan ketika mengalami intoleransi laktosa,” tutur dr. Arif.
Solusi dari intoleransi laktosa
Oleh karena itu, solusi untuk menghindari efek dan gejala yang ditimbulkan oleh intoleransi laktosa adalah mengurangi konsumsi bahan makanan yang mengandung laktosa dan mengganti produk minuman susu dengan produk minuman susu yang bebas laktosa.
Konsumsi produk olahan susu lainnya juga bisa menjadi alternatif, karena jumlah laktosanya sudah tidak sebanyak produk susu sapi tanpa olahan.
Orang yang mengalami intoleransi laktosa dan dengan sengaja menghindari konsumsi susu akan berisiko mengalami defisiensi pada zat gizi tertentu seperti kalsium, vitamin D, vitamin B12, dan protein. Intoleransi laktosa tidak dapat dicegah, tetapi gejala dari intoleransi laktosa dapat dicegah dengan mengonsumsi produk susu bebas laktosa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)