FITNESS & HEALTH
Begini Cara Ahli Diagnosis Obesitas
Aulia Putriningtias
Selasa 21 Januari 2025 / 14:27
Jakarta: Para ahli kesehatan menentukan bagaimana seseorang dinyatakan obesitas atau tidak dengan menggunakan parameter ini. Salah satu yang paling umum adalah dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI).
BMI sendiri adalah perkiraan lemak tubuh berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan. Namun, ternyata metode ini tidak cukup akurat dan diperlukan pengukuran lain seperti lingkar pinggang, untuk menghindari kesalahan diagnosis.
Dilansir dari BBC, imbauan para pakar yang tergabung dalam komisi global ini didukung oleh 76 organisasi medis internasional. Mulai dari American Heart Association, Chinese Diabetes Society, dan Federasi Obesitas Dunia.
Sejumlah pakar menyerukan agar dokter di seluruh dunia mendiagnosis obesitas dengan kriteria yang lebih luas. Mereka menekankan perlunya pengenalan dua kategori obesitas: obesitas klinis dan obesitas pra-klinis. Obesitas klinis melibatkan kelebihan lemak tubuh disertai gejala penurunan fungsi organ.
Baca juga: Berapa Batasan Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak yang Sebenarnya? Ini Jawabannya
Obesitas klinis secara luas melibatkan kelebihan lemak tubuh ditambah gejala penurunan fungsi organ. Hal ini seperti sesak napas atau gagal jantung, atau masalah aktivitas sehari-hari sehari-hari.
Para ahli menyarankan agar obesitas klinis dianggap sebagai penyakit kronis dan perlu diobati secara serius. Sebaliknya, obesitas pra-klinis adalah kelebihan lemak tubuh tanpa tanda-tanda penyakit.
Untuk obesitas pra-klinis, menurut Prof Francesco Rubino, dari King's College London, meskipun tidak menunjukkan gejala, obesitas pra-klinis tetap dianggap sebagai faktor risiko untuk kondisi kesehatan yang lebih serius. Hal ini seperti diabetes.
Obesitas dinilai seperti spektrum. Dengan penerapan diagnosis yang lebih tepat, diharapkan para profesional kesehatan dapat memberikan perawatan yang lebih baik bagi pasien.
Rubino sendiri menjelaskan lebih dalam bahwa untuk menentukan obesitas ini, diperlukan pemeriksaan medis. Hal ini agar lebih jelas terkait jenis dari obesitasnya melalui keputusan dokter yang memeriksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
BMI sendiri adalah perkiraan lemak tubuh berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan. Namun, ternyata metode ini tidak cukup akurat dan diperlukan pengukuran lain seperti lingkar pinggang, untuk menghindari kesalahan diagnosis.
Dilansir dari BBC, imbauan para pakar yang tergabung dalam komisi global ini didukung oleh 76 organisasi medis internasional. Mulai dari American Heart Association, Chinese Diabetes Society, dan Federasi Obesitas Dunia.
Sejumlah pakar menyerukan agar dokter di seluruh dunia mendiagnosis obesitas dengan kriteria yang lebih luas. Mereka menekankan perlunya pengenalan dua kategori obesitas: obesitas klinis dan obesitas pra-klinis. Obesitas klinis melibatkan kelebihan lemak tubuh disertai gejala penurunan fungsi organ.
Baca juga: Berapa Batasan Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak yang Sebenarnya? Ini Jawabannya
Obesitas klinis secara luas melibatkan kelebihan lemak tubuh ditambah gejala penurunan fungsi organ. Hal ini seperti sesak napas atau gagal jantung, atau masalah aktivitas sehari-hari sehari-hari.
Para ahli menyarankan agar obesitas klinis dianggap sebagai penyakit kronis dan perlu diobati secara serius. Sebaliknya, obesitas pra-klinis adalah kelebihan lemak tubuh tanpa tanda-tanda penyakit.
Untuk obesitas pra-klinis, menurut Prof Francesco Rubino, dari King's College London, meskipun tidak menunjukkan gejala, obesitas pra-klinis tetap dianggap sebagai faktor risiko untuk kondisi kesehatan yang lebih serius. Hal ini seperti diabetes.
Obesitas dinilai seperti spektrum. Dengan penerapan diagnosis yang lebih tepat, diharapkan para profesional kesehatan dapat memberikan perawatan yang lebih baik bagi pasien.
Rubino sendiri menjelaskan lebih dalam bahwa untuk menentukan obesitas ini, diperlukan pemeriksaan medis. Hal ini agar lebih jelas terkait jenis dari obesitasnya melalui keputusan dokter yang memeriksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)