FITNESS & HEALTH
Hari Kesehatan Mental Sedunia, Usia Ini yang Paling Terkena Isu Soal Mental Health
Yatin Suleha
Selasa 10 Oktober 2023 / 14:05
Jakarta: Saat ini isu kesehatan mental bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Psikolog klinis dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Dyah Ayu Kusumawardani, M.Psi, Psikolog mengatakan saat ini isu tentang kesehatan mental sudah dipahami lebih meningkat jauh dibandingkan dengan generasi sebelumnya, terutama pemahaman tentang isu kesehatan mental pada anak-anak muda dan milenial.
Dan hari ini Selasa 10 Oktober 2023 diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia. Peringatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran tentang kesehatan mental dan menghilangkan stigma yang dapat menyertai tantangan kesehatan mental.
Secara analogi mudah, jika luka di kulit tentu saja kamu dapat dengan mudah mendiagnosa serta mengobatinya. Membersihkan luka dan membubuhkan berbagai obat dan jika perlu antibiotik untuk mengobatinya. Bagaimana jika 'luka' yang terjadi tak kasat mata alias dalam sisi psikologi? Dan dapatkah hal ini juga turut memengaruhi fisik.
Misal, secara mudah kamu yang terlalu stres bisa jadi sakit kepala atau migrain. Atau terlalu cemas (misalnya saat akan mengikuti tes) merasa sakit perut dan berkeringat dingin.
Jawaban Dyah Ayu, ya bisa! "Ada namanya mind body connection. Benar-benar fisik memengaruhi tubuh. Tubuh memengaruhi fisik. Saya banyak banget menangani klien pasien, biasanya cemas terus larinya ke asam lambung. Terus misalnya dia cemas terus suka migrain atau suka deg-degan."
"Nah, kalau misalnya awal-awal dia begitu dan dia bisa mengatasi, sakit lambungnya hilang. Tapi kalau cemasnya terus menerus muncul jadilah penyakit beneran yang perlu medical diagnosis juga perlu bantuan medis juga," ungkap Dyah Ayu.
(1).jpg)
(Menurut Psikolog Dyah Ayu orang yang paling banyak terkena isu mental health di Indonesia adalah di rentang usia 17-29 tahun dan masyarakat di atas usia 60 tahun. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Dalam data global yang termasuk mental health issue yaitu perasaan stres, depresi, dan merasa kesepian. Dan menurut Psikolog Dyah Ayu orang yang paling banyak terkena isu mental health di Indonesia adalah di rentang usia 17-29 tahun dan masyarakat di atas usia 60 tahun.
"Depresinya meningkat lima sampai enam kali lipat dari sebelum pandemi. Dan itu angka yang tinggi sekali," tambah Psikolog Dyah Ayu.
Faktornya menurut Dyah Ayu sangat banyak dari penyakit itu sendiri, persepsi, pola perilaku, dengan ketidakpastian, dan cemas baik terhadap diri sendiri maupun keluarga.
"Hal ini diperparah jika kita terkena covid atau orang yang kita sayangi terkena covid, apalagi sampai meninggal," jelas Dyah Ayu.
Selain itu juga perubahan pola hidup yang berbeda saat pandemi yaitu misalnya WFH dan pemakaian masker serta mencuci tangan beberapa kali agar tetap bersih, dipaparkan Dyah Ayu walau kecil namun tetap menjadi hal yang memengaruhi pola hidup. Termasuk juga isolasi mandiri.
"Periode karantina dan isolasi mandiri ini yang bisa mengarahkan seseorang merasa kesepian. Kalau kesepian, nah inilah yang mengarah pada suicidal thought (terlintasnya pemikiran akan bunuh diri)," ujar Dyah Ayu.
Ini juga menjadi concern pada seseorang yang sudah punya risiko gangguan mental sebelum pandemi. Ada banyak orang yang saat pandemi mesti terputus pengobatannya atau terapinya karena pandemi. Belakangan, baru berbagai cara pengobatan dan treatment dipermudah dengan jangkauan teknologi, misalnya Zoom atau telemedisin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dan hari ini Selasa 10 Oktober 2023 diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia. Peringatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran tentang kesehatan mental dan menghilangkan stigma yang dapat menyertai tantangan kesehatan mental.
Apakah isu kesehatan mental dapat berpengaruh secara fisik?
Secara analogi mudah, jika luka di kulit tentu saja kamu dapat dengan mudah mendiagnosa serta mengobatinya. Membersihkan luka dan membubuhkan berbagai obat dan jika perlu antibiotik untuk mengobatinya. Bagaimana jika 'luka' yang terjadi tak kasat mata alias dalam sisi psikologi? Dan dapatkah hal ini juga turut memengaruhi fisik.
Misal, secara mudah kamu yang terlalu stres bisa jadi sakit kepala atau migrain. Atau terlalu cemas (misalnya saat akan mengikuti tes) merasa sakit perut dan berkeringat dingin.
Jawaban Dyah Ayu, ya bisa! "Ada namanya mind body connection. Benar-benar fisik memengaruhi tubuh. Tubuh memengaruhi fisik. Saya banyak banget menangani klien pasien, biasanya cemas terus larinya ke asam lambung. Terus misalnya dia cemas terus suka migrain atau suka deg-degan."
"Nah, kalau misalnya awal-awal dia begitu dan dia bisa mengatasi, sakit lambungnya hilang. Tapi kalau cemasnya terus menerus muncul jadilah penyakit beneran yang perlu medical diagnosis juga perlu bantuan medis juga," ungkap Dyah Ayu.
(1).jpg)
(Menurut Psikolog Dyah Ayu orang yang paling banyak terkena isu mental health di Indonesia adalah di rentang usia 17-29 tahun dan masyarakat di atas usia 60 tahun. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Usia 17-29 tahun yang paling terkena isu mental health
Dalam data global yang termasuk mental health issue yaitu perasaan stres, depresi, dan merasa kesepian. Dan menurut Psikolog Dyah Ayu orang yang paling banyak terkena isu mental health di Indonesia adalah di rentang usia 17-29 tahun dan masyarakat di atas usia 60 tahun.
"Depresinya meningkat lima sampai enam kali lipat dari sebelum pandemi. Dan itu angka yang tinggi sekali," tambah Psikolog Dyah Ayu.
Faktornya menurut Dyah Ayu sangat banyak dari penyakit itu sendiri, persepsi, pola perilaku, dengan ketidakpastian, dan cemas baik terhadap diri sendiri maupun keluarga.
"Hal ini diperparah jika kita terkena covid atau orang yang kita sayangi terkena covid, apalagi sampai meninggal," jelas Dyah Ayu.
Selain itu juga perubahan pola hidup yang berbeda saat pandemi yaitu misalnya WFH dan pemakaian masker serta mencuci tangan beberapa kali agar tetap bersih, dipaparkan Dyah Ayu walau kecil namun tetap menjadi hal yang memengaruhi pola hidup. Termasuk juga isolasi mandiri.
"Periode karantina dan isolasi mandiri ini yang bisa mengarahkan seseorang merasa kesepian. Kalau kesepian, nah inilah yang mengarah pada suicidal thought (terlintasnya pemikiran akan bunuh diri)," ujar Dyah Ayu.
Ini juga menjadi concern pada seseorang yang sudah punya risiko gangguan mental sebelum pandemi. Ada banyak orang yang saat pandemi mesti terputus pengobatannya atau terapinya karena pandemi. Belakangan, baru berbagai cara pengobatan dan treatment dipermudah dengan jangkauan teknologi, misalnya Zoom atau telemedisin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)