FITNESS & HEALTH
Beda Gangguan Bipolar dan Borderline Personality Disorder, serta Cara Menanganinya
A. Firdaus
Rabu 23 Oktober 2024 / 11:10
Jakarta: Banyak yang menduga Gangguan Bipolar dan Borderline Personality Disorder atau BPD memiliki istilah yang sama. Padahal keduanya merupakan gangguan mental yang punya banyak perbedaan.
Jika tidak bisa membedakan, maka bakal memicu salah paham bagi orang sekelilingnya dan berpengaruh pada cara menanganinya. Lalu seperti apa perbedaan bipolar dan BPD? Berikut penjelasannya.
Melansir Hello Sehat, Bipolar merupakan gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati secara ekstrem. Bipolar membuat pengidapnya berubah tiba-tiba mood-nya, dari yang mulanya bahagia menjadi sangat sedih.
Contohnya, ketika sedang mengalami hal yang menyenangkan, pengidap bipolar akan melakukan aktivitas dengan penuh gairah. Tetapi saat mengalami mood atau suasana hati yang buruk, rasa putus asa akan datang. Mereka juga akan merasakan tertekan hingga kehilangan semangat.
Sementara itu menurut Yankes Kemkes, pengidap Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan mental yang membuat pengidapnya sulit mengendalikan emosi. Kondisi ini bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya, yang diakibatkan oleh mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, dan kesulitan menjalani hubungan sosial.
Baca juga: 10 Jenis Gangguan Kesehatan Mental yang Perlu Diwaspadai
Gejala bipolar terbagi dalam dua fase, yaitu mania dan depresi. Berikut gejala bipolar saat pengidapnya mengalami mania
- Tidak bisa diam, harus bergerak terus, atau berjalan mondar-mandir.
- Jadi lebih waspada terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya peka dengan suara barang jatuh, takut disentuh orang lain, atau pendengaran jadi lebih sensitif.
- Tidak bisa tidur atau begadang semalaman tapi tidak merasa mengantuk atau lelah di pagi hari.
- Bertingkah sembrono, misalnya belanja gila-gilaan, bertengkar dengan guru atau atasan, mengundurkan diri dari perusahaan, berhubungan seks dengan orang asing tanpa kondom, mengemudi ugal-ugalan, atau mabuk minuman keras.
- Psikosis, yaitu tidak bisa membedakan hal nyata dengan yang hanya ada dalam pikirannya.
Sementara dalam tahap depresi, pengidap bipolar dapat menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Menarik diri dari lingkungan dan orang terdekat.
- Kehilangan minat pada kegiatan yang tadinya disukai.
- Bicara sangat lambat, kadang seperti orang yang sedang melantur.
- Terobsesi terhadap kematian, ingin bunuh diri, atau melakukan percobaan bunuh diri.
- Perubahan pola makan secara drastis, entah nafsu makan hilang atau meningkat.
- Terus-terusan merasa diri bersalah, tidak berguna, atau tidak layak.

Mengalami perubahan mood yang terus menerus, bahkan pada pasangannya. Ilustrasi Freepik
Pada gangguan kepribadian ambang atau Borderline Personality Disorder, berikut gejala yang umumnya dirasakan pengidapnya:
- Ketakutan berlebihan akan penolakan atau ditinggalkan seseorang.
- Perasaan yang sangat cemas, khawatir, dan depresi.
- Memiliki sejarah asmara yang tidak stabil (berubah drastis) dari cinta yang amat sangat berubah menjadi kebencian.
- Mengalami perubahan mood yang terus menerus, bisa berlangsung selama beberapa hari atau hanya beberapa jam.
- Memiliki citra diri yang tidak stabil.
- Kesulitan merasakan empati terhadap orang lain.
- Perilaku impulsif, berisiko, atau merusak diri sendiri yang berbahaya, misalnya suka menyakiti diri sendiri secara fisik, mengemudi dengan sembrono, atau melakukan penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
- Paranoid.
- Perasaan terasing, bosan, dan hampa.
Dilansir dari laman Mental Health America, penyebab bipolar hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor diduga ikut berkontribusi dalam berkembangnya kondisi ini.
Ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak menjadi faktor yang paling sering menjadi pemicu gejala. Sebagai contoh, episode mania biasanya terjadi karena kadar hormon adrenalin di otak terlalu tinggi.
Beberapa faktor lain yang juga bisa menjadi penyebab gangguan mental ini yaitu genetik dan pengaruh lingkungan (stres akibat trauma, hubungan sosial yang buruk, masalah keuangan).
Berbeda dengan gangguan bipolar, BPD lebih sering dialami korban kekerasan atau pelecehan, terutama anak-anak. Selain trauma masa kecil, faktor genetik juga dapat berpengaruh. Itu artinya, kamu lebih berisiko mengalami BPD jika ada anggota keluarga yang memiliki kondisi serupa.
Sementara mengutip situs Yankes Kemenkes, Penyebab pasti borderline personality disorder belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor di bawah ini diduga dapat memicu terjadinya BPD :
Mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan, kekerasan, atau penelantaran saat kanak-kanak, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Selain itu, komunikasi yang buruk dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya BPD.
Menurut beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian ambang lebih berisiko mengalami kondisi ini.
Berdasarkan penelitian, penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak, terutama pada area yang mengatur perilaku dan emosi. Penderita BPD juga diduga memiliki kelainan fungsi zat kimia otak yang berperan dalam mengatur emosi.
Pengobatan bipolar dan BPD tidak memiliki banyak perbedaan berarti. Secara umum, keduanya sama-sama dapat diobati dengan menjalani terapi perilaku kognitif (CBT)
Lewat CBT, kamu akan dibantu untuk mengelola serta mengubah pikiran dan perilaku yang mengganggu. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, dokter biasanya juga akan memberikan obat-obatan tertentu.

Jadilah teman untuk menemani dan mendengarkan penderita BPD curhat kepadamu. Itu menjadi salah satu upaya menanganinya. Ilustrasi Freepik
Akan tetapi, pengobatan tidak bisa menyembuhkan kedua gangguan mental ini. Obat yang diberikan hanya bertujuan untuk mengelola gejala.
Selain tindakan medis, beberapa pola hidup sehat berikut juga dapat membantu mengatasi gejala bipolar dan BPD:
- Rutin melakukan aktivitas fisik untuk mengalihkan perhatian dari emosi negatif dan perilaku impulsif.
- Berbagi cerita kepada orang yang dapat dipercaya.
- Menerapkan teknik relaksasi seperti teknik penapasan dalam, yoga, hingga meditasi.
- Beristirahat dengan cukup.
- Mengekspresikan emosi dengan menulis jurnal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Jika tidak bisa membedakan, maka bakal memicu salah paham bagi orang sekelilingnya dan berpengaruh pada cara menanganinya. Lalu seperti apa perbedaan bipolar dan BPD? Berikut penjelasannya.
Pengertian
Melansir Hello Sehat, Bipolar merupakan gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati secara ekstrem. Bipolar membuat pengidapnya berubah tiba-tiba mood-nya, dari yang mulanya bahagia menjadi sangat sedih.
Contohnya, ketika sedang mengalami hal yang menyenangkan, pengidap bipolar akan melakukan aktivitas dengan penuh gairah. Tetapi saat mengalami mood atau suasana hati yang buruk, rasa putus asa akan datang. Mereka juga akan merasakan tertekan hingga kehilangan semangat.
Sementara itu menurut Yankes Kemkes, pengidap Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan mental yang membuat pengidapnya sulit mengendalikan emosi. Kondisi ini bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya, yang diakibatkan oleh mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, dan kesulitan menjalani hubungan sosial.
Baca juga: 10 Jenis Gangguan Kesehatan Mental yang Perlu Diwaspadai
Perbedaan Gejala
Gejala bipolar terbagi dalam dua fase, yaitu mania dan depresi. Berikut gejala bipolar saat pengidapnya mengalami mania
- Tidak bisa diam, harus bergerak terus, atau berjalan mondar-mandir.
- Jadi lebih waspada terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya peka dengan suara barang jatuh, takut disentuh orang lain, atau pendengaran jadi lebih sensitif.
- Tidak bisa tidur atau begadang semalaman tapi tidak merasa mengantuk atau lelah di pagi hari.
- Bertingkah sembrono, misalnya belanja gila-gilaan, bertengkar dengan guru atau atasan, mengundurkan diri dari perusahaan, berhubungan seks dengan orang asing tanpa kondom, mengemudi ugal-ugalan, atau mabuk minuman keras.
- Psikosis, yaitu tidak bisa membedakan hal nyata dengan yang hanya ada dalam pikirannya.
Sementara dalam tahap depresi, pengidap bipolar dapat menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Menarik diri dari lingkungan dan orang terdekat.
- Kehilangan minat pada kegiatan yang tadinya disukai.
- Bicara sangat lambat, kadang seperti orang yang sedang melantur.
- Terobsesi terhadap kematian, ingin bunuh diri, atau melakukan percobaan bunuh diri.
- Perubahan pola makan secara drastis, entah nafsu makan hilang atau meningkat.
- Terus-terusan merasa diri bersalah, tidak berguna, atau tidak layak.

Mengalami perubahan mood yang terus menerus, bahkan pada pasangannya. Ilustrasi Freepik
Pada gangguan kepribadian ambang atau Borderline Personality Disorder, berikut gejala yang umumnya dirasakan pengidapnya:
- Ketakutan berlebihan akan penolakan atau ditinggalkan seseorang.
- Perasaan yang sangat cemas, khawatir, dan depresi.
- Memiliki sejarah asmara yang tidak stabil (berubah drastis) dari cinta yang amat sangat berubah menjadi kebencian.
- Mengalami perubahan mood yang terus menerus, bisa berlangsung selama beberapa hari atau hanya beberapa jam.
- Memiliki citra diri yang tidak stabil.
- Kesulitan merasakan empati terhadap orang lain.
- Perilaku impulsif, berisiko, atau merusak diri sendiri yang berbahaya, misalnya suka menyakiti diri sendiri secara fisik, mengemudi dengan sembrono, atau melakukan penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
- Paranoid.
- Perasaan terasing, bosan, dan hampa.
Perbedaan penyebab
Dilansir dari laman Mental Health America, penyebab bipolar hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor diduga ikut berkontribusi dalam berkembangnya kondisi ini.
Ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak menjadi faktor yang paling sering menjadi pemicu gejala. Sebagai contoh, episode mania biasanya terjadi karena kadar hormon adrenalin di otak terlalu tinggi.
Beberapa faktor lain yang juga bisa menjadi penyebab gangguan mental ini yaitu genetik dan pengaruh lingkungan (stres akibat trauma, hubungan sosial yang buruk, masalah keuangan).
Berbeda dengan gangguan bipolar, BPD lebih sering dialami korban kekerasan atau pelecehan, terutama anak-anak. Selain trauma masa kecil, faktor genetik juga dapat berpengaruh. Itu artinya, kamu lebih berisiko mengalami BPD jika ada anggota keluarga yang memiliki kondisi serupa.
Sementara mengutip situs Yankes Kemenkes, Penyebab pasti borderline personality disorder belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor di bawah ini diduga dapat memicu terjadinya BPD :
1. Peristiwa traumatis
Mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan, kekerasan, atau penelantaran saat kanak-kanak, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Selain itu, komunikasi yang buruk dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya BPD.
2. Genetik
Menurut beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian ambang lebih berisiko mengalami kondisi ini.
3. Kelainan pada otak
Berdasarkan penelitian, penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak, terutama pada area yang mengatur perilaku dan emosi. Penderita BPD juga diduga memiliki kelainan fungsi zat kimia otak yang berperan dalam mengatur emosi.
Cara menanganinya
Pengobatan bipolar dan BPD tidak memiliki banyak perbedaan berarti. Secara umum, keduanya sama-sama dapat diobati dengan menjalani terapi perilaku kognitif (CBT)
Lewat CBT, kamu akan dibantu untuk mengelola serta mengubah pikiran dan perilaku yang mengganggu. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, dokter biasanya juga akan memberikan obat-obatan tertentu.

Jadilah teman untuk menemani dan mendengarkan penderita BPD curhat kepadamu. Itu menjadi salah satu upaya menanganinya. Ilustrasi Freepik
Akan tetapi, pengobatan tidak bisa menyembuhkan kedua gangguan mental ini. Obat yang diberikan hanya bertujuan untuk mengelola gejala.
Selain tindakan medis, beberapa pola hidup sehat berikut juga dapat membantu mengatasi gejala bipolar dan BPD:
- Rutin melakukan aktivitas fisik untuk mengalihkan perhatian dari emosi negatif dan perilaku impulsif.
- Berbagi cerita kepada orang yang dapat dipercaya.
- Menerapkan teknik relaksasi seperti teknik penapasan dalam, yoga, hingga meditasi.
- Beristirahat dengan cukup.
- Mengekspresikan emosi dengan menulis jurnal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)