FITNESS & HEALTH
Sering Dianggap Sepele, GERD Bisa Menjadi Penyakit Berbahaya
Raka Lestari
Jumat 11 Februari 2022 / 12:12
Jakarta: Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) adalah penyakit saluran cerna dengan gejala dan komplikasi yang mengganggu, yang diakibatkan oleh refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan.
GERD bisa disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah, sehingga tidak mampu menutup dengan baik. GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI-RSCM menjelaskan, GERD merupakan penyakit yang tidak mengancam jiwa, namun apabila terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esofagus).
“Lama kelaman akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esofagus,” ujar Prof. Ari dalam Virtual Media Briefing.
Beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat, dan skleroderma.
“Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengonsumsi obat tertentu seperti aspirin,” tambah Prof. Ari.
Menurut Prof. Ari, penanganan GERD yang tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi peradangan pada dinding dalam kerongkongan atau esofagus. Peradangan tersebut dapat menyebabkan munculnya luka hingga jaringan parut di kerongkongan sehingga penderita menjadi sulit menelan.
"Kondisi ini juga memicu terjadinya Esofagitis, Striktur Esofagus,dan Barrett’s Esophagus yaitu penyakit yang berisiko menimbulkan kanker esofagus. GERD dapat menyebabkan kematian apabila sudah terjadi perubahan striktur esophagus dan bertransformasi menjadi kanker esophagus," tutup Prof. Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
GERD bisa disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah, sehingga tidak mampu menutup dengan baik. GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI-RSCM menjelaskan, GERD merupakan penyakit yang tidak mengancam jiwa, namun apabila terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esofagus).
“Lama kelaman akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esofagus,” ujar Prof. Ari dalam Virtual Media Briefing.
Beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat, dan skleroderma.
“Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengonsumsi obat tertentu seperti aspirin,” tambah Prof. Ari.
Menurut Prof. Ari, penanganan GERD yang tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi peradangan pada dinding dalam kerongkongan atau esofagus. Peradangan tersebut dapat menyebabkan munculnya luka hingga jaringan parut di kerongkongan sehingga penderita menjadi sulit menelan.
"Kondisi ini juga memicu terjadinya Esofagitis, Striktur Esofagus,dan Barrett’s Esophagus yaitu penyakit yang berisiko menimbulkan kanker esofagus. GERD dapat menyebabkan kematian apabila sudah terjadi perubahan striktur esophagus dan bertransformasi menjadi kanker esophagus," tutup Prof. Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)