FITNESS & HEALTH
Kaitan Gangguan Tidur dengan Penyakit dan Kecantikan
Yatin Suleha
Selasa 07 Mei 2024 / 23:14
Jakarta: Gangguan tidur dapat ditandai dengan mengantuk di siang hari, sulit tidur di malam hari, atau siklus tidur dan bangun tidur yang tidak teratur. Gangguan tidur yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko munculnya berbagai penyakit lain, seperti hipertensi dan penyakit jantung.
Dr. Kevin Adrian via Alodokter menjelaskan bahwa ketika kamu mengalami gangguan tidur, kekebalan tubuh bisa melemah, sehingga tubuh akan lebih mudah terserang penyakit, termasuk flu dan lainnya.
Sistem kekebalan atau imunitas tubuh berperan penting dalam melawan virus dan kuman penyebab infeksi atau penyakit. Untuk menjaga kekebalan tubuh tetap kuat, kamu perlu beristirahat yang cukup, mengurangi stres, dan megonsumsi makanan bergizi.
Ia juga menjelaskan bahwa dampak gangguan tidur juga bisa menimbulkan depresi. Lho, kok bisa? Beberapa riset telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara depresi dan gangguan tidur.
Kebiasaan sering kurang tidur lama kelamaan bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi. Sebaliknya, orang yang depresi juga sering mengalami gejala susah tidur atau justru tidur terlalu banyak.
Hal ini belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya, tapi efek gangguan tidur ini diduga terjadi karena adanya masalah di otak yang berfungsi untuk mengatur mood.
Bahaya risiko obesitas juga mengintai. Kurang tidur bisa membuat berat badan kamu bertambah. Menurut beberapa penelitian, orang yang memiliki gangguan tidur cenderung memiliki nafsu makan dan rasa lapar yang lebih tinggi.
Saat kurang tidur, sebagian orang juga mungkin akan lebih banyak makan di malam hari, terlebih jika mereka memiliki kebiasaan untuk makan ketika stres.
(1).jpg)
(Gangguan tidur bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti kondisi psikis akibat stres berat, depresi, atau gangguan kecemasan, serta kondisi fisik, misalnya asma, alergi, atau pilek. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Hal lain yang bisa terjadi dari gangguan tidur juga bisa membuat kamu tidak segar. Contohnya kamu mengalami sleep apnea. Dr. Andreas Arman Prasadja, RPSGT, Dokter Spesialis Kesehatan Tidur alias Somnologis dari Klinik Gangguan Tidur - RS Mitra Keluarga Kemayoran menjelaskan, “Dalam kasus sleep apnea, kurangnya oksigen berakibat tidur seseorang terbangun-bangun karena kaget akibat napas yang tersendat."
"Tidurnya terpotong-potong karena kaget, maka meningkatkan aktivitas syaraf simpatis (karena ini termasuk stres secara fisik). Sebenarnya aktivitas saraf simpatis ketika kita tidur adalah nol, dan baru akan tinggi jika ia sedang stres, baik secara fisik atau pikiran."
"Nah, jika syaraf simpatis aktivitasnya menjadi tinggi, akibatnya tubuh juga akan stres dengan indikasi seperti tekanan darah naik, metabolisme terganggu (dikenal secara medis dengan glukose intolerance, insuline resistance) yang dikenal secara umum sebagai kondisi pre-diabetes," jelas dr. Andreas Prasadja.
Dr. Andreas Prasadja juga memaparkan, "Kadar gula naik dan tekanan darah naik. Sel-sel inflamasi juga naik (yang membuat darah menjadi kental) sehingga risiko untuk koroner atau stroke lebih tinggi. Jadi jangan hanya perhatikan kadar kolesterol semata. Sebuah penelitian baru bahkan menyatakan bahwa mendengkur lebih berbahaya bagi kesehatan jantung dibanding rokok dan kolestreol.”
Dokter Andreas juga menjelaskan kaitan antara kecantikan kulit dengan tidur. Pada kasus sleep apnea, durasi tidur yang terpotong ini juga meningkatkan sel inflamasi (peradangan).
“Begitu sel inflamasi tinggi maka kulit akan terlihat kusam dan berkerut. Karena sel inflamasi memakan zat kolagen,” katanya. Kolagen sendiri merupakan zat penunjang utama dalam fungsi membangun jaringan komponen dalam lapisan paling rendah pada kulit. Dan kolagen sangat baik dalam menjaga kekencangan kulit serta kelenturannya.
“Kalau tidurnya sehat, maka regenerasi kulit menjadi baik, karena regenerasi selnya pun juga baik. Mengapa juga jika kurang tidur kulit muka paling mudah terlihat kusam? Karena regenerasi sel yang paling cepat adalah regenerasi kulit. Maka itu, begitu ada gangguan pada tidur (selain durasi dan kuliatas tidur) penting sekali tidur yang sehat,” pungkas dr. Andreas Prasadja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dr. Kevin Adrian via Alodokter menjelaskan bahwa ketika kamu mengalami gangguan tidur, kekebalan tubuh bisa melemah, sehingga tubuh akan lebih mudah terserang penyakit, termasuk flu dan lainnya.
Sistem kekebalan atau imunitas tubuh berperan penting dalam melawan virus dan kuman penyebab infeksi atau penyakit. Untuk menjaga kekebalan tubuh tetap kuat, kamu perlu beristirahat yang cukup, mengurangi stres, dan megonsumsi makanan bergizi.
Ia juga menjelaskan bahwa dampak gangguan tidur juga bisa menimbulkan depresi. Lho, kok bisa? Beberapa riset telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara depresi dan gangguan tidur.
Kebiasaan sering kurang tidur lama kelamaan bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi. Sebaliknya, orang yang depresi juga sering mengalami gejala susah tidur atau justru tidur terlalu banyak.
Hal ini belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya, tapi efek gangguan tidur ini diduga terjadi karena adanya masalah di otak yang berfungsi untuk mengatur mood.
Bahaya risiko obesitas juga mengintai. Kurang tidur bisa membuat berat badan kamu bertambah. Menurut beberapa penelitian, orang yang memiliki gangguan tidur cenderung memiliki nafsu makan dan rasa lapar yang lebih tinggi.
Saat kurang tidur, sebagian orang juga mungkin akan lebih banyak makan di malam hari, terlebih jika mereka memiliki kebiasaan untuk makan ketika stres.
Bangun tidur tidak merasa segar
(1).jpg)
(Gangguan tidur bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti kondisi psikis akibat stres berat, depresi, atau gangguan kecemasan, serta kondisi fisik, misalnya asma, alergi, atau pilek. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Hal lain yang bisa terjadi dari gangguan tidur juga bisa membuat kamu tidak segar. Contohnya kamu mengalami sleep apnea. Dr. Andreas Arman Prasadja, RPSGT, Dokter Spesialis Kesehatan Tidur alias Somnologis dari Klinik Gangguan Tidur - RS Mitra Keluarga Kemayoran menjelaskan, “Dalam kasus sleep apnea, kurangnya oksigen berakibat tidur seseorang terbangun-bangun karena kaget akibat napas yang tersendat."
"Tidurnya terpotong-potong karena kaget, maka meningkatkan aktivitas syaraf simpatis (karena ini termasuk stres secara fisik). Sebenarnya aktivitas saraf simpatis ketika kita tidur adalah nol, dan baru akan tinggi jika ia sedang stres, baik secara fisik atau pikiran."
"Nah, jika syaraf simpatis aktivitasnya menjadi tinggi, akibatnya tubuh juga akan stres dengan indikasi seperti tekanan darah naik, metabolisme terganggu (dikenal secara medis dengan glukose intolerance, insuline resistance) yang dikenal secara umum sebagai kondisi pre-diabetes," jelas dr. Andreas Prasadja.
Dr. Andreas Prasadja juga memaparkan, "Kadar gula naik dan tekanan darah naik. Sel-sel inflamasi juga naik (yang membuat darah menjadi kental) sehingga risiko untuk koroner atau stroke lebih tinggi. Jadi jangan hanya perhatikan kadar kolesterol semata. Sebuah penelitian baru bahkan menyatakan bahwa mendengkur lebih berbahaya bagi kesehatan jantung dibanding rokok dan kolestreol.”
Bikin peradangan
Dokter Andreas juga menjelaskan kaitan antara kecantikan kulit dengan tidur. Pada kasus sleep apnea, durasi tidur yang terpotong ini juga meningkatkan sel inflamasi (peradangan).
“Begitu sel inflamasi tinggi maka kulit akan terlihat kusam dan berkerut. Karena sel inflamasi memakan zat kolagen,” katanya. Kolagen sendiri merupakan zat penunjang utama dalam fungsi membangun jaringan komponen dalam lapisan paling rendah pada kulit. Dan kolagen sangat baik dalam menjaga kekencangan kulit serta kelenturannya.
“Kalau tidurnya sehat, maka regenerasi kulit menjadi baik, karena regenerasi selnya pun juga baik. Mengapa juga jika kurang tidur kulit muka paling mudah terlihat kusam? Karena regenerasi sel yang paling cepat adalah regenerasi kulit. Maka itu, begitu ada gangguan pada tidur (selain durasi dan kuliatas tidur) penting sekali tidur yang sehat,” pungkas dr. Andreas Prasadja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)