FAMILY
5 Penyebab Bayi atau Balita Mengalami Regresi Tidur
A. Firdaus
Jumat 26 Desember 2025 / 11:15
Jakarta: Regresi tidur pada bayi adalah fenomena umum yang sering membuat orang tua khawatir. Pada kondisi ini, pola tidur anak yang sudah mulai stabil tiba-tiba kembali kacau dengan bayi sering terbangun di malam hari, kesulitan tertidur, atau menunjukkan perilaku seperti ingin menyusu terus-menerus.
Meskipun terdengar menakutkan, regresi tidur sebenarnya adalah bagian normal dari perkembangan anak, di mana kebiasaan tidur yang sudah terbentuk tampak mundur untuk sementara waktu.
Hal ini bukan berarti ada masalah serius, melainkan respons alami terhadap perubahan internal atau eksternal dalam kehidupan bayi. Memahami mengapa hal ini terjadi dapat membantu orang tua menghadapinya dengan lebih tenang.
Dilansir dari BabyCenter, berikut adalah lima penyebab bayi atau balita mungkin mengalami regresi tidur.
Antara usia 3 hingga 6 bulan, sebagian besar bayi menyesuaikan pola tidur mereka untuk lebih sering terjaga di siang hari dan tidur lebih lama di malam hari. Siklus tidur mereka mulai mirip dengan orang dewasa dalam hal bergantian antara tidur ringan dan tidur dalam.
Namun, saat bayi beralih antara tahap tidur, mereka mungkin terbangun dan tidak dapat kembali tidur sendiri. Orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua juga terbangun di malam hari karena alasan ini, tetapi biasanya segera kembali tidur.
Orang tua sering melaporkan regresi tidur saat bayi mereka sedang belajar keterampilan baru, seperti berbalik, merangkang, atau berdiri.
Beberapa ahli mengatakan hal ini mungkin terjadi karena bayi begitu sibuk belajar keterampilan tersebut. Sehingga ingin melakukannya sepanjang waktu, bahkan di malam hari.
Selain itu, jika bayi sudah belajar berdiri, mereka mungkin mencoba melakukannya di tempat tidur bayi saat terbangun dan kemudian menangis karena belum tahu cara kembali berbaring.
Perubahan kecil di sekitar bayi dapat memengaruhi kualitas tidurnya. Perubahan cuaca dapat memengaruhi suhu di kamar bayi, membuatnya terlalu panas atau terlalu dingin di malam hari.
Atau mungkin ada gangguan dari luar, seperti lampu luar rumah tetangga yang menyinari kamarnya atau anjing yang menggonggong.
Antara usia 6 dan 12 bulan, bayi mulai memahami bahwa mereka terpisah dari orang tua dan mungkin menjadi cemas saat orang tua atau pasangan meninggalkan ruangan. Kecemasan pemisahan ini biasanya mencapai puncaknya sekitar usia 10 hingga 18 bulan dan berkurang pada usia 2 tahun.
Bayi mungkin menangis memanggil orang tua di tengah malam, mencoba keluar dari tempat tidurnya, atau ingin tidur di tempat tidur orang tua. Kecemasan pemisahan, meskipun menantang, adalah bagian normal dari perkembangan emosional anak.
Mungkin orang tua pergi berlibur dan bayi tidur lebih larut dari biasanya. Atau anak sakit dan terbiasa dengan orang tua memeriksa mereka di malam hari dan mengayun atau menenangkan mereka untuk tidur.
Perubahan apa pun pada rutinitas normal anak atau perubahan waktu dapat sementara mengganggu pola tidur mereka.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Meskipun terdengar menakutkan, regresi tidur sebenarnya adalah bagian normal dari perkembangan anak, di mana kebiasaan tidur yang sudah terbentuk tampak mundur untuk sementara waktu.
Hal ini bukan berarti ada masalah serius, melainkan respons alami terhadap perubahan internal atau eksternal dalam kehidupan bayi. Memahami mengapa hal ini terjadi dapat membantu orang tua menghadapinya dengan lebih tenang.
Baca Juga :
Mengenal Regresi Tidur pada Bayi dan Balita
Dilansir dari BabyCenter, berikut adalah lima penyebab bayi atau balita mungkin mengalami regresi tidur.
1. Pergeseran tidur
Antara usia 3 hingga 6 bulan, sebagian besar bayi menyesuaikan pola tidur mereka untuk lebih sering terjaga di siang hari dan tidur lebih lama di malam hari. Siklus tidur mereka mulai mirip dengan orang dewasa dalam hal bergantian antara tidur ringan dan tidur dalam.
Namun, saat bayi beralih antara tahap tidur, mereka mungkin terbangun dan tidak dapat kembali tidur sendiri. Orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua juga terbangun di malam hari karena alasan ini, tetapi biasanya segera kembali tidur.
2. Tonggak perkembangan
Orang tua sering melaporkan regresi tidur saat bayi mereka sedang belajar keterampilan baru, seperti berbalik, merangkang, atau berdiri.
Beberapa ahli mengatakan hal ini mungkin terjadi karena bayi begitu sibuk belajar keterampilan tersebut. Sehingga ingin melakukannya sepanjang waktu, bahkan di malam hari.
Selain itu, jika bayi sudah belajar berdiri, mereka mungkin mencoba melakukannya di tempat tidur bayi saat terbangun dan kemudian menangis karena belum tahu cara kembali berbaring.
3. Perubahan lingkungan
Perubahan kecil di sekitar bayi dapat memengaruhi kualitas tidurnya. Perubahan cuaca dapat memengaruhi suhu di kamar bayi, membuatnya terlalu panas atau terlalu dingin di malam hari.
Atau mungkin ada gangguan dari luar, seperti lampu luar rumah tetangga yang menyinari kamarnya atau anjing yang menggonggong.
4. Kecemasan pemisahan
Antara usia 6 dan 12 bulan, bayi mulai memahami bahwa mereka terpisah dari orang tua dan mungkin menjadi cemas saat orang tua atau pasangan meninggalkan ruangan. Kecemasan pemisahan ini biasanya mencapai puncaknya sekitar usia 10 hingga 18 bulan dan berkurang pada usia 2 tahun.
Bayi mungkin menangis memanggil orang tua di tengah malam, mencoba keluar dari tempat tidurnya, atau ingin tidur di tempat tidur orang tua. Kecemasan pemisahan, meskipun menantang, adalah bagian normal dari perkembangan emosional anak.
5. Perubahan rutinitas
Mungkin orang tua pergi berlibur dan bayi tidur lebih larut dari biasanya. Atau anak sakit dan terbiasa dengan orang tua memeriksa mereka di malam hari dan mengayun atau menenangkan mereka untuk tidur.
Perubahan apa pun pada rutinitas normal anak atau perubahan waktu dapat sementara mengganggu pola tidur mereka.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)