FITNESS & HEALTH
Yuk Moms Lebih Tahu mengenai Intoleransi Laktosa pada Anak
Aulia Putriningtias
Selasa 14 Mei 2024 / 14:22
Jakarta: Moms mungkin hanya mengetahui diare sebagai masalah pencernaan pada anak. Padahal, anakmu mungkin terkena intoleransi laktosa pada pencernaannya.
Dalam tumbuh kembang anak, masalah pada pencernaan selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Karena proses penyerapan nutrisi terjadi di saluran cerna, pencernaan yang sehat menjadi kunci tubuh yang sehat.
Memahami berbagai masalah pencernaan anak, tidak hanya penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, juga untuk memastikan bahwa anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Baca juga: Mengapa Kafein Sering Membuatmu Ingin BAB? Ini Jawabannya
Ada beragam masalah pencernaan anak yang sering muncul, salah satunya adalah intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa.
Banyak orang tua keliru menyamakan pengertian istilah intoleransi laktosa dan alergi susu sapi. Menurut dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp. A, Subsp. G. H. selaku Dokter Spesialis Anak Subspesialis Gastrohepatologi Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, kedua masalah ini jelas berbeda.
Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan, sedangkan alergi susu sapi melibatkan sistem imun. Sehingga meskipun intoleransi laktosa menimbulkan rasa ketidaknyamanan, tetapi tidak akan menimbulkan kondisi yang mengancam nyawa seperti kejadian syok anafilaksis.
Laktosa adalah gugus gula yang terdapat pada susu dan produk turunannya seperti yogurt dan keju. Produk turunan laktosa lainnya adalah roti, sereal, serta makanan kemasan yang mengandung susu dan keju.
Gejala intoleransi laktosa tergantung dari jumlah yang dikonsumsi dan jumlah yang dapat ditolerir oleh tubuh. Semakin banyak produk laktosa dikonsumsi, maka semakin berat gejala yang timbul.
Gejala intoleransi laktosa biasanya muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Gejala tersebut meliputi:
- Sering buang angin.
- Perut kembung.
- Nyeri perut.
- Diare.
- Perut berbunyi “krucuk-krucuk” (borborygmi).
- Mual dan muntah.
Tiap pengidap, termasuk anak-anak, intoleransi laktosa dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Tingkat keparahan gejalanya juga tergantung pada seberapa banyak laktosa yang dikonsumsi.
Ketika gejala muncul, sebaiknya Moms segera memeriksakan Si Kecil kepada dokter ahli. Hal ini agar dapat ditinjau lebih dalam apakah Si Kecil mengalami intoleransi laktosa atau tidak.
Pada beberapa kasus, intoleransi laktosa sifatnya sementara. Namun pada sebagian orang, intoleransi laktosa dapat berlangsung seumur hidup sehingga memerlukan bimbingan nutrisi agar kecukupan kalsium dan vitamin D3 dapat terpenuhi.
Jika memang Si Kecil ditetapkan mengalami intoleransi laktosa, Moms perlu berkonsultasi lebih lanjut terkait pola makan anak. Hal ini dikarenakan makanan anak-anak yang kebanyakan cenderung mengandung laktosa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Dalam tumbuh kembang anak, masalah pada pencernaan selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Karena proses penyerapan nutrisi terjadi di saluran cerna, pencernaan yang sehat menjadi kunci tubuh yang sehat.
Memahami berbagai masalah pencernaan anak, tidak hanya penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, juga untuk memastikan bahwa anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Baca juga: Mengapa Kafein Sering Membuatmu Ingin BAB? Ini Jawabannya
Ada beragam masalah pencernaan anak yang sering muncul, salah satunya adalah intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa.
Apakah sama intoleransi laktosa dengan alergi susu sapi?
Banyak orang tua keliru menyamakan pengertian istilah intoleransi laktosa dan alergi susu sapi. Menurut dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp. A, Subsp. G. H. selaku Dokter Spesialis Anak Subspesialis Gastrohepatologi Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, kedua masalah ini jelas berbeda.
Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan, sedangkan alergi susu sapi melibatkan sistem imun. Sehingga meskipun intoleransi laktosa menimbulkan rasa ketidaknyamanan, tetapi tidak akan menimbulkan kondisi yang mengancam nyawa seperti kejadian syok anafilaksis.
Laktosa adalah gugus gula yang terdapat pada susu dan produk turunannya seperti yogurt dan keju. Produk turunan laktosa lainnya adalah roti, sereal, serta makanan kemasan yang mengandung susu dan keju.
Apa saja gejala yang muncul karena intoleransi laktosa?
Gejala intoleransi laktosa tergantung dari jumlah yang dikonsumsi dan jumlah yang dapat ditolerir oleh tubuh. Semakin banyak produk laktosa dikonsumsi, maka semakin berat gejala yang timbul.
Gejala intoleransi laktosa biasanya muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Gejala tersebut meliputi:
- Sering buang angin.
- Perut kembung.
- Nyeri perut.
- Diare.
- Perut berbunyi “krucuk-krucuk” (borborygmi).
- Mual dan muntah.
Tiap pengidap, termasuk anak-anak, intoleransi laktosa dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Tingkat keparahan gejalanya juga tergantung pada seberapa banyak laktosa yang dikonsumsi.
Kapan sebaiknya perlu ke dokter?
Ketika gejala muncul, sebaiknya Moms segera memeriksakan Si Kecil kepada dokter ahli. Hal ini agar dapat ditinjau lebih dalam apakah Si Kecil mengalami intoleransi laktosa atau tidak.
Pada beberapa kasus, intoleransi laktosa sifatnya sementara. Namun pada sebagian orang, intoleransi laktosa dapat berlangsung seumur hidup sehingga memerlukan bimbingan nutrisi agar kecukupan kalsium dan vitamin D3 dapat terpenuhi.
Jika memang Si Kecil ditetapkan mengalami intoleransi laktosa, Moms perlu berkonsultasi lebih lanjut terkait pola makan anak. Hal ini dikarenakan makanan anak-anak yang kebanyakan cenderung mengandung laktosa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)