FITNESS & HEALTH

5 Perubahan yang Terjadi pada Vagina Saat Menopause

Mia Vale
Senin 08 Januari 2024 / 21:12
Jakarta: Ada banyak hal yang terjadi seiring bertambahnya usia, dan tidak semuanya diterima dengan baik. "Menopause, misalnya. Banyak wanita tidak menyadari perubahan yang terjadi akibat menopause,” buka Lauren Streicher, MD, seorang profesor klinis kebidanan dan ginekologi di Feinberg School of Medicine di Northwestern University di Chicago. 

Tak hanya berhenti siklus haid, menopause juga bisa memengaruhi pada perubahan vagina. Masa, sih? Selama menopause, wanita mengalami penurunan kadar estrogen dan perubahan fisik pada vagina, vulva, dan lubang vagina, yang dapat menyebabkan gejala seperti kekeringan dan infeksi saluran kemih. Perubahan ini, yang dulu disebut atrofi vagina, sekarang dikenal sebagai Sindrom Genitourinari Menopause (GSM). 

Yakni, suatu kondisi yang memengaruhi lebih dari separuh wanita pascamenopause, menurut sebuah tinjauan penelitian. Kabar baiknya adalah perubahan ini dapat diatasi dan dibalik, ujar Dr. Streicher. Inilah yang terjadi di bawah sana. Lantas, apa saja yang terjadi pada organ vital perempuan yang sudah menopause?
 

1. Seks jadi tidak nyaman atau menyakitkan



(Pengobatan dengan estrogen vagina untuk mengatasi gejala terkait menopause lainnya dapat membantu menurunkan tingkat pH dan meningkatkan bakteri “baik” vagina. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)

Pramenopause, vagina memiliki dinding tebal yang terdiri dari lipatan rugal, yaitu “Kerutan seperti akordeon yang memungkinkan vagina mengembang untuk menampung bayi atau penis,” jelas Streicher. 

Nah, selama menopause, banyak wanita mengalami penipisan lapisan tersebut. Terlebih lagi, lipatan rugal tersebut menjadi rata sehingga mencegah vagina melebar. Akibatnya, penetrasi mungkin terasa menyakitkan, bahkan saat kamu terangsang. 

Selain hubungan intim, kamu mungkin merasakan iritasi atau rasa terbakar pada vagina secara umum. Pelumas atau pelembap vagina yang dijual bebas dapat membantu meningkatkan kenyamanan saat berhubungan atau mengurangi kekeringan, menurut penelitian. 

“Jika tidak berhasil, bicarakan dengan dokter tentang apakah kamu harus mengonsumsi estrogen vagina,” kata Mary Jane Minkin, MD, seorang profesor klinis ilmu kebidanan, ginekologi, dan reproduksi di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut. 
 

2. Rasa terbakar saat kencing


Jaringan yang melapisi vagina dan uretra serupa, karena keduanya memiliki reseptor estrogen. Ketika kadar estrogen menurun, jaringan-jaringan ini mulai mengering, sehingga memberikan kesempatan bagi bakteri “jahat” untuk berkembang biak.

Mengutip Everyday Health, kamu mengalami badai infeksi yang sempurna pada kandung kemih dan uretra. Minum banyak cairan dan buang air kecil secara teratur merupakan kebiasaan yang baik untuk dilakukan.
 

3. Vulva terlihat berbeda


Menopause memicu perubahan lebih dari sekadar vagina dan itu juga dapat mengubah tampilan vulva. “Kami melihat labia minora menipis dan mendatar,” ujar Streicher. Seiring waktu, beberapa wanita kehilangan labia minora mereka sepenuhnya.

Merawat bagian dalam vagina saja tidak selalu cukup, masalah dari luar bisa membuat penetrasi menjadi tidak mungkin. Temui dokter untuk mengevaluasi kedua area tersebut.
 

4. Mikrobioma vagina mungkin bergeser


Bukan hal yang aneh jika pH vagina berubah seiring menopause. Peningkatan pH saja tidak akan menimbulkan gejala, namun perubahan ini dapat mengubah mikrobioma vagina (jaringan bakteri), yang menyebabkan peningkatan risiko infeksi vagina. 

Pengobatan dengan estrogen vagina untuk mengatasi gejala terkait menopause lainnya dapat membantu menurunkan tingkat pH dan meningkatkan bakteri “baik” vagina, meskipun pengobatan estrogen biasanya tidak hanya digunakan untuk mengatasi masalah pH.
 

5. Tidak mampu menahan kencing


Kadang kita merasa ingin pergi ke kamar mandi, padahal sebelumnya sudah melakukan itu. Atau bahkan kamu tidak sempat sampai ke kamar mandi. Hal ini terjadi mungkin karena dasar panggul kamu lemah.

“Banyak gejala inkontinensia urine berasal dari dasar panggul,” tandas Streicher. Dan menurutnya, seorang ahli terapi fisik yang berspesialisasi dalam latihan dasar panggul dapat membantu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH