FITNESS & HEALTH

Mengapa Perempuan Lebih Berisiko untuk Mengalami Hipertensi?

Raka Lestari
Jumat 18 Februari 2022 / 19:53
Jakarta: Hipertensi atau darah tinggi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang cukup banyak dialami oleh masyarakat. Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi yang tidak terkontrol bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Terutama pada wanita, yang juga memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi. Menurut dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA, Anggota Pokja Panduan Konsensus Indonesian Society of Hypertension (InaSH), hipertensi pada perempuan memiliki keunikan, dalam hubungannya dengan berbagai perubahan hormonal yang menyertai perempuan sepanjang siklus hidupnya.

“Siklus hidup perempuan dimulai dengan masa kanak-kanak kemudian diikuti fase remaja, dewasa muda, menopause serta usia tua. Dalam setiap fase, terdapat perubahan spesifik gender yang dapat menempatkan perempuan pada risiko hipertensi serta komplikasi yang menyertainya,” ujar dr. Siska dalam kegiatan Virtual Media Briefing, pada Jumat, 18 Februari 2022.

Hipertensi ditemukan pada sekitar 10 persen kehamilan dan menempati urutan kedua sebagai kontributor penyebab kematian ibu hamil di negara berkembang. Tatalaksana hipertensi dan komplikasinya pada kehamilan harus mempertimbangkan perubahan hormonal yang terjadi, serta kondisi kehamilan yang menyebabkan keterbatasan terapi anti hipertensi yang dapat diberikan.

“Penggunaan obat kontrasepsi hormonal juga merupakan salah satu aspek spesifik gender terjadinya peningkatan tekanan darah. Hipertensi terkait pil kontrasepsi didapatkan pada sekitar 2-5 persen perempuan dengan tekanan darah yang awalnya normal, sedangkan pada perempuan hipertensi, peningkatan tekanan darah terjadi pada 9-16 persen pada pengguna pil kontrasepsi,” jelas dr. Siska.

Risiko terjadinya hipertensi ini berhubungan dengan dosis dan jenis kontrasepsi yang digunakan, kebiasaan merokok, usia, adanya riwayat hipertensi di keluarga, serta obesitas.

“Apabila tekanan darah tetap tinggi, walaupun telah dilakukan penyesuaian jenis pil kontrasepsi maka pil kontrasepsi harus dihentikan. Saat memasuki fase menopause, hormon estrogen yang berperan penting dalam relaksasi pembuluh darah dan pengaturan tekanan darah, kadarnya akan berkurang,” ungkap dr. Siska.

Hal ini menyebabkan gangguan relaksasi dan peningkatan kekakuan pembuluh darah, peningkatan sensitivitas terhadap garam, penambahan berat badan, perubahan metabolisme lemak dan terjadinya penyempitan pembuluh darah.

“Fase ini merupakan masa kehidupan yang kritis untuk terjadinya hipertensi serta penyakit jantung dan pembuluh darah pada perempuan,” tutup dr. Siska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH