FITNESS & HEALTH
WHO sampai Dinkes Larang Penggunaan Atap Menggunakan Asbes, Ini Alasannya
Aulia Putriningtias
Kamis 08 Mei 2025 / 13:10
Jakarta: Penggunaan atap asbes masih seringkali dijumpai oleh banyak masyarakat. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta pun melarang penggunaan material ini.
WHO menyebut material pada asbes dapat melepaskan serat beracun ke udara. Apabila ini terhirup, seratnya dapat menempel di paru-paru. Serat ini sulit dicegah agar tidak masuk ke paru-paru karena ukurannya sangat kecil.
Menurut Dinkes DKI Jakarta ukuran serat tersebut hanya berdiameter kurang dari 3 mikrometer atau lebih tipis dari 1/700 helai rambut. Asbes pun bisa dikategorikan sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Faktanya, berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2019 di Indonesia terdapat 1.661 kematian akibat paparan asbes di tempat kerja. Sebanyak 82 persen di antaranya dari kanker paru-paru.
Baca juga: Kembali Mewabah! Inilah Gejala, Pencegahan, Sampai Komplikasi TBC
Mengapa angka ini bisa besar? Dilansir dalam beberapa sumber, gejala yang ditimbulkan biasanya tak akan berlangsung cepat. Gejalanya akan muncul setelah 40-60 tahun setelah terhirup pertama kali. Serat ini bisa bertahan lebih lama dari itu.
Penyakit ini disebut sebagai asbestosis. Dilansir dalam Alodokter, asbestosis adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan oleh paparan serat asbes dalam jangka panjang.
Serat asbes yang telah terhirup ini selanjutnya terperangkap di dalam kantong udara dalam paru-paru (alveoli). Kemudian, membentuk jaringan parut sehingga paru-paru menjadi kaku.
Paru-paru yang kaku dapat sebabkan organ tersebut tidak dapat mengembang dan mengempis dengan normal. Hal ini berakibat pada penderita yang menjadi sulit bernapas. Kondisi ini lebih parah jika pasien aktif merokok.
Adapun beberapa gejala yang menunjukkan seseorang mengalami asbestosis, antara lain:
- Sesak napas
- Batuk kering secara terus-menerus
- Mengi
- Nyeri dada atau bahu
- Hilang nafsu makan
- Berat badan menurun
- Leher atau wajah membengkak
- Tubuh terasa sangat lelah
- Jari tabuh (clubbing finger), yaitu kondisi jari dan kuku jari melebar dan membengkak
Siapa saja yang berisiko terkena asbesitos? Pekerja-pekerja seperti penambang asbes, pekerja perkapalan, pekerja di jalan kereta api, buruh pabrik asbes, pekerja bangunan, teknisi listrik, dan mekanik berisiko terkena hal ini.
Namun, tak dipungkiri bahwa masyarakat dapat berisiko terpapar jika atap rumah mereka masih menggunakan asbes. Jadi, sebaiknya gantilah material atap yang cocok untuk kesehatan jangka panjang, Sobat Medcom!
Jika kamu tinggal di bawah atap asbes dan juga melakukan pekerjaan yang tak jarang menemukan material ini, sebaiknya lakukan skrining atau rontgen dada tiap 3–5 tahun untuk mengetahui apakah kamu perlu ditangani segera atau tidak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
WHO menyebut material pada asbes dapat melepaskan serat beracun ke udara. Apabila ini terhirup, seratnya dapat menempel di paru-paru. Serat ini sulit dicegah agar tidak masuk ke paru-paru karena ukurannya sangat kecil.
Menurut Dinkes DKI Jakarta ukuran serat tersebut hanya berdiameter kurang dari 3 mikrometer atau lebih tipis dari 1/700 helai rambut. Asbes pun bisa dikategorikan sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Faktanya, berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2019 di Indonesia terdapat 1.661 kematian akibat paparan asbes di tempat kerja. Sebanyak 82 persen di antaranya dari kanker paru-paru.
Baca juga: Kembali Mewabah! Inilah Gejala, Pencegahan, Sampai Komplikasi TBC
Mengapa angka ini bisa besar? Dilansir dalam beberapa sumber, gejala yang ditimbulkan biasanya tak akan berlangsung cepat. Gejalanya akan muncul setelah 40-60 tahun setelah terhirup pertama kali. Serat ini bisa bertahan lebih lama dari itu.
Penyakit ini disebut sebagai asbestosis. Dilansir dalam Alodokter, asbestosis adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan oleh paparan serat asbes dalam jangka panjang.
Bagaimana asbestosis menyerang tubuh?
Serat asbes yang telah terhirup ini selanjutnya terperangkap di dalam kantong udara dalam paru-paru (alveoli). Kemudian, membentuk jaringan parut sehingga paru-paru menjadi kaku.
Paru-paru yang kaku dapat sebabkan organ tersebut tidak dapat mengembang dan mengempis dengan normal. Hal ini berakibat pada penderita yang menjadi sulit bernapas. Kondisi ini lebih parah jika pasien aktif merokok.
Adapun beberapa gejala yang menunjukkan seseorang mengalami asbestosis, antara lain:
- Sesak napas
- Batuk kering secara terus-menerus
- Mengi
- Nyeri dada atau bahu
- Hilang nafsu makan
- Berat badan menurun
- Leher atau wajah membengkak
- Tubuh terasa sangat lelah
- Jari tabuh (clubbing finger), yaitu kondisi jari dan kuku jari melebar dan membengkak
Siapa saja yang berisiko terkena asbesitos? Pekerja-pekerja seperti penambang asbes, pekerja perkapalan, pekerja di jalan kereta api, buruh pabrik asbes, pekerja bangunan, teknisi listrik, dan mekanik berisiko terkena hal ini.
Namun, tak dipungkiri bahwa masyarakat dapat berisiko terpapar jika atap rumah mereka masih menggunakan asbes. Jadi, sebaiknya gantilah material atap yang cocok untuk kesehatan jangka panjang, Sobat Medcom!
Jika kamu tinggal di bawah atap asbes dan juga melakukan pekerjaan yang tak jarang menemukan material ini, sebaiknya lakukan skrining atau rontgen dada tiap 3–5 tahun untuk mengetahui apakah kamu perlu ditangani segera atau tidak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)