FITNESS & HEALTH
Jika tak Deteksi Dini, Hipertensi akan Merusak Organ Lain
A. Firdaus
Sabtu 24 Februari 2024 / 18:10
Jakarta: Hipertensi masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Berdasarkan data dari BPJS, klaim terbesar di tahun 2023 masih dipegang oleh penyakit jantung dengan besaran 17,63 triliun. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2022 yang mencapai 12,1 Triliun.
"Berdasarkan laporan BPJS di tahun 2023, dari 23 juta peserta JKN yang di telah menjalani skrining riwayat kesehatan, sekitar 8 persen diantaranya berisiko menderita hipertensi," jelas dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), Ketua Panitia The 18th Annual Scientific meeting of Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2024.
Pada momen itu, dr. Ario mengemukakan, hipertensi yang tidak tertangani akan menimbulkan kerusakan di organ lain termasuk otak dan ginjal. Bisa dibayangkan biaya kesehatan yang akan sangat membengkak apabila sampai terjadi gangguan di tiga organ sekaligus.
"Harus diingat juga bahwa penyakit jantung, ginjal dan otak termasuk 8 penyakit katastropik dengan klaim BPJS terbesar di Indonesia. Dengan demikian, pencegahan adalah salah satu langkah tepat agar pasien tetap sehat, dapat produktif dan tidak memberikan beban kepada keluarga, masyarakat dan negara," terang dr. Ario.
Baca juga: Sebanyak 63% Anggota KPPS dengan Risiko Kesehatan Hipertensi
Sementara itu di kesempatan yang sama, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, Wakil Ketua InaSH, mengatakan, tanpa disadari hipertensi dapat merusak organ selama bertahun tahun sebelum ada gejala. Apabila tidak diobati hipertensi dapat menyebabkan disabilitas, kualitas hidup buruk, hingga kematian karena kerusakan organ target seperti otak, jantung dan ginjal.
"Pembuluh darah pada orang sehat bersifat lentur, kuat dan elastis, permukaannya bersih dan licin sehingga darah mengalir bebas dan lancar untuk mensuplai oksigen dan nutrien ke organ vital," ucap dr. Eka.
Tentang dampak hipertensi terhadap kerusakan susunan saraf, dr. Eka menjelaskan, hipertensi dapat menyebabkan Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke minor yang terjadi karena terganggunya aliran darah ke otak dalam waktu singkat akibat adanya penyumbatan di pembuluh darah. Selain itu, hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab stroke.
"Menurut berbagai penelitian hipertensi ditemukan pada 60-70% kasus stroke. Hipertensi akan menyebabkan kerusakan endotel dinding pembuluh darah arteri yang akan menginisiasi proses atherosklerosis," tegas dr. Eka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
"Berdasarkan laporan BPJS di tahun 2023, dari 23 juta peserta JKN yang di telah menjalani skrining riwayat kesehatan, sekitar 8 persen diantaranya berisiko menderita hipertensi," jelas dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), Ketua Panitia The 18th Annual Scientific meeting of Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2024.
Pada momen itu, dr. Ario mengemukakan, hipertensi yang tidak tertangani akan menimbulkan kerusakan di organ lain termasuk otak dan ginjal. Bisa dibayangkan biaya kesehatan yang akan sangat membengkak apabila sampai terjadi gangguan di tiga organ sekaligus.
"Harus diingat juga bahwa penyakit jantung, ginjal dan otak termasuk 8 penyakit katastropik dengan klaim BPJS terbesar di Indonesia. Dengan demikian, pencegahan adalah salah satu langkah tepat agar pasien tetap sehat, dapat produktif dan tidak memberikan beban kepada keluarga, masyarakat dan negara," terang dr. Ario.
Baca juga: Sebanyak 63% Anggota KPPS dengan Risiko Kesehatan Hipertensi
Sementara itu di kesempatan yang sama, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, Wakil Ketua InaSH, mengatakan, tanpa disadari hipertensi dapat merusak organ selama bertahun tahun sebelum ada gejala. Apabila tidak diobati hipertensi dapat menyebabkan disabilitas, kualitas hidup buruk, hingga kematian karena kerusakan organ target seperti otak, jantung dan ginjal.
"Pembuluh darah pada orang sehat bersifat lentur, kuat dan elastis, permukaannya bersih dan licin sehingga darah mengalir bebas dan lancar untuk mensuplai oksigen dan nutrien ke organ vital," ucap dr. Eka.
Tentang dampak hipertensi terhadap kerusakan susunan saraf, dr. Eka menjelaskan, hipertensi dapat menyebabkan Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke minor yang terjadi karena terganggunya aliran darah ke otak dalam waktu singkat akibat adanya penyumbatan di pembuluh darah. Selain itu, hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab stroke.
"Menurut berbagai penelitian hipertensi ditemukan pada 60-70% kasus stroke. Hipertensi akan menyebabkan kerusakan endotel dinding pembuluh darah arteri yang akan menginisiasi proses atherosklerosis," tegas dr. Eka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)