FITNESS & HEALTH
Seberapa Besar Kemungkinan Pasien Covid-19 Terkena Badai Sitokin?
Sri Yanti Nainggolan
Minggu 22 Agustus 2021 / 17:16
Jakarta: Sindrom badai sitokin menghantui para penderita covid-19, baik mereka yang masih terpapar maupun sudah sembuh dari virus tersebut. Seberapa besar kemungkinan pasien covid-19 terkena badai sitokin?
Dilansir dari Times of India, sebuah studi menyebutkan 20-30 persen pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit dapat terkena gangguan imunitas berat. Dalam beberapa kasus, penyakit ini menyebabkan badai sitokin, dengan kerusakan organ yang mengancam jiwa dan risiko kematian yang tinggi.
"Jika kita dapat mengantisipasi badai sitokin, kita dapat menerapkan pengobatan lebih cepat dan mungkin menurunkan angka kematian," ujar pemimpin penelitian Roberto Caricchio dari Sekolah Kedokteran Lewis Katz di Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat.
Studi tersebut menghasilkan enam kriteria prediktif dengan tiga di antaranya berkaitan dengan peradangan, kematian sel dan kerusakan jaringan, serta ketidakseimbangan elektrolit.
Secara khusus, pasien badai sitokin memiliki status proinflamasi (peradangan) dan peningkatan kadar enzim yang menunjukkan kerusakan jaringan sistemik yang signifikan. Pasien dengan kriteria tersebut tinggal di rumah sakit lebih lama dan berisiko meninggal akibat covid-19.
"Dengan hampir setengah dari pasien yang mengalami badai sitokin memenuhi semua kriteria dalam hari pertama rawat inap," tambah Caricchio.
Baca: Benang Merah Sindrom Badai Sitokin dan Covid-19
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa badai sitokin terjadi pada pekan kedua setelah terinfeksi virus covid-19. Hal ini menekankan pentingnya pemantauan pada pasien secara terus-menerus, terutama bila dalam kondisi kritis.
Namun, ada beberapa ahli yang menilai kematian akibat sindrom sitokin pada kasus pasien covid-19 relatif jarang terjadi. "Dokter mulai memberikan obat anti-inflamasi tanpa banyak bukti, yang mungkin tidak membantu pasien dalam pemulihan," ujar salah satu peneliti Philip Mudd.
Deddy Corbuzier akhirnya buka suara terkait alasan dia vakum dari media sosial. Ia menyatakan bahwa dirinya pemulihan dari sakit parah selama dua pekan.
"Mohon maaf saya baru bisa memberitahu keadaan sebenarnya pada masyarakat. Intinya dua minggu saya break semuanya karena saya harus konsentrasi pada kesehatan saya," tulis dia postingan di akun Instagram @mastercorbuzier, Minggu, 22 Agustus 2021.
Dirinya sempat keadaan kritis dan hampir meninggal karena penyakit 'badai sitokin'. Penyakit itu datang setelah dirinya dinyatakan sembuh dari covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(SUR)
Dilansir dari Times of India, sebuah studi menyebutkan 20-30 persen pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit dapat terkena gangguan imunitas berat. Dalam beberapa kasus, penyakit ini menyebabkan badai sitokin, dengan kerusakan organ yang mengancam jiwa dan risiko kematian yang tinggi.
"Jika kita dapat mengantisipasi badai sitokin, kita dapat menerapkan pengobatan lebih cepat dan mungkin menurunkan angka kematian," ujar pemimpin penelitian Roberto Caricchio dari Sekolah Kedokteran Lewis Katz di Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat.
Studi tersebut menghasilkan enam kriteria prediktif dengan tiga di antaranya berkaitan dengan peradangan, kematian sel dan kerusakan jaringan, serta ketidakseimbangan elektrolit.
Secara khusus, pasien badai sitokin memiliki status proinflamasi (peradangan) dan peningkatan kadar enzim yang menunjukkan kerusakan jaringan sistemik yang signifikan. Pasien dengan kriteria tersebut tinggal di rumah sakit lebih lama dan berisiko meninggal akibat covid-19.
"Dengan hampir setengah dari pasien yang mengalami badai sitokin memenuhi semua kriteria dalam hari pertama rawat inap," tambah Caricchio.
Baca: Benang Merah Sindrom Badai Sitokin dan Covid-19
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa badai sitokin terjadi pada pekan kedua setelah terinfeksi virus covid-19. Hal ini menekankan pentingnya pemantauan pada pasien secara terus-menerus, terutama bila dalam kondisi kritis.
Namun, ada beberapa ahli yang menilai kematian akibat sindrom sitokin pada kasus pasien covid-19 relatif jarang terjadi. "Dokter mulai memberikan obat anti-inflamasi tanpa banyak bukti, yang mungkin tidak membantu pasien dalam pemulihan," ujar salah satu peneliti Philip Mudd.
Deddy Corbuzier akhirnya buka suara terkait alasan dia vakum dari media sosial. Ia menyatakan bahwa dirinya pemulihan dari sakit parah selama dua pekan.
"Mohon maaf saya baru bisa memberitahu keadaan sebenarnya pada masyarakat. Intinya dua minggu saya break semuanya karena saya harus konsentrasi pada kesehatan saya," tulis dia postingan di akun Instagram @mastercorbuzier, Minggu, 22 Agustus 2021.
Dirinya sempat keadaan kritis dan hampir meninggal karena penyakit 'badai sitokin'. Penyakit itu datang setelah dirinya dinyatakan sembuh dari covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)