FITNESS & HEALTH
Jauhi Hustle Culture dengan Terapkan 7 Hal Ini, Catat!
Medcom
Selasa 01 Agustus 2023 / 15:10
Jakarta: Aktivitas produktif membuat tubuhmu menjadi bergerak aktif. Ini tentunya akan membuat tubuh menjadi lebih sehat, namun, jangan sampai kamu terlewat tidak istirahat.
Tidak sedikit orang yang menjalani pekerjaan tanpa istirahat. Padahal, istirahat menjadi salah satu aktivitas untuk menghindari masalah kesehatan yang melanda. Bekerja tanpa istirahat juga dikenal sebagai hustle culture.
Istilah hustle culture dimaknai sebagai gaya hidup yang menuntut seseorang untuk kerja keras dan kerja cepat hingga melampaui batas kemampuan dirinya.
Istilah lainnya dari hustle culture adalah 'budaya gila kerja'. Pada hustle culture, seseorang mendedikasikan hidupnya untuk bekerja dan tidak memiliki waktu luang untuk istirahat atau bahkan menjalani kehidupan pribadi.
Alasannya orang-orang menjalani hustle culture pun beragam. Mulai dari target kerja, terobsesi karena menyukai bekerja, hingga tidak ingin merasa tertinggal. Alasan ini yang sering dianggap toksik ketika menghadapi pekerjaan.
Ciri utama seseorang yang terjebak dalam hustle culture adalah ia beranggapan bahwa bekerja dengan produktif berarti harus kerja keras tanpa henti. Jika berhenti, seseorang akan merasa bersalah.
Tidak hanya itu, menurut dr. Airindya Bella dalam Alodokter, ada beberapa ciri lain yang menandakan kamu menjalan hustle culture ketika bekerja, antara lain:
- Memikirkan pekerjaan setiap waktu dan di mana pun.
- Mengorbankan waktu tidur untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
- Mengabaikan saran orang lain untuk istirahat dan mengurangi pekerjaan.
- Merasa terobsesi dengan kesuksesan soal pekerjaan.
- Memiliki ketakutan yang kuat akan kegagalan di tempat kerja.
- Bekerja untuk mengatasi perasaan bersalah atau depresi.
- Memiliki work-life balance yang buruk.
- Menggunakan alasan pekerjaan sebagai cara untuk menghindari hubungan dengan orang lain.
- Merasa tidak percaya diri dan selalu merasa dirinya kurang mampu.
- Jarang merasa puas terhadap apa yang telah diraih dan selalu merasa ada yang salah.
- Tidak memiliki waktu untuk memikirkan kebahagiaan diri sendiri.
- Mengabaikan kesehatan diri hingga sering lupa makan, tidur larut malam, dan lelah secara mental akibat bekerja secara berlebihan.
Menjalani hustle culture akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Mulai dari masalah penyakit jantung, risiko serangan jantung, hingga depresi. Kurangnya istirahat pun membuat tubuhmu bisa mengalami penurunan imunitas hingga mengalami sakit.
Jika kamu merasa hustle culture mulai datang ke kamu, sebaiknya mulai berhenti. Bagaimana cara berhentinya? Berikut tujuh tips yang bisa dilakukan untuk berhenti menjalani hustle culture:
1. Jika mulai merasa terlalu lama bekerja dan tubuh terasa lelah, sebaiknya segera istirahat.
2. Pahami dan tetapkan batasan waktu, misalnya waktu untuk bekerja, diri sendiri, keluarga, dan teman-teman.
3. Buatlah daftar pekerjaan atau aktivitas prioritas setiap harinya.
4. Susunlah jadwal dengan baik dan patuhilah agar pekerjaan tidak menumpuk. Jangan lupa masukkan jadwal istirahat.
5. Tetapkan target pekerjaan sesuai kemampuan diri.
6. Hindari membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Ingat, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
7. Jangan sungkan untuk memberi tahu atasan atau manager terkait beban kerja dan kondisi diri.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Tidak sedikit orang yang menjalani pekerjaan tanpa istirahat. Padahal, istirahat menjadi salah satu aktivitas untuk menghindari masalah kesehatan yang melanda. Bekerja tanpa istirahat juga dikenal sebagai hustle culture.
Istilah hustle culture dimaknai sebagai gaya hidup yang menuntut seseorang untuk kerja keras dan kerja cepat hingga melampaui batas kemampuan dirinya.
Istilah lainnya dari hustle culture adalah 'budaya gila kerja'. Pada hustle culture, seseorang mendedikasikan hidupnya untuk bekerja dan tidak memiliki waktu luang untuk istirahat atau bahkan menjalani kehidupan pribadi.
Alasannya orang-orang menjalani hustle culture pun beragam. Mulai dari target kerja, terobsesi karena menyukai bekerja, hingga tidak ingin merasa tertinggal. Alasan ini yang sering dianggap toksik ketika menghadapi pekerjaan.
Ciri utama seseorang yang terjebak dalam hustle culture adalah ia beranggapan bahwa bekerja dengan produktif berarti harus kerja keras tanpa henti. Jika berhenti, seseorang akan merasa bersalah.
Tidak hanya itu, menurut dr. Airindya Bella dalam Alodokter, ada beberapa ciri lain yang menandakan kamu menjalan hustle culture ketika bekerja, antara lain:
- Memikirkan pekerjaan setiap waktu dan di mana pun.
- Mengorbankan waktu tidur untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
- Mengabaikan saran orang lain untuk istirahat dan mengurangi pekerjaan.
- Merasa terobsesi dengan kesuksesan soal pekerjaan.
- Memiliki ketakutan yang kuat akan kegagalan di tempat kerja.
- Bekerja untuk mengatasi perasaan bersalah atau depresi.
- Memiliki work-life balance yang buruk.
- Menggunakan alasan pekerjaan sebagai cara untuk menghindari hubungan dengan orang lain.
- Merasa tidak percaya diri dan selalu merasa dirinya kurang mampu.
- Jarang merasa puas terhadap apa yang telah diraih dan selalu merasa ada yang salah.
- Tidak memiliki waktu untuk memikirkan kebahagiaan diri sendiri.
- Mengabaikan kesehatan diri hingga sering lupa makan, tidur larut malam, dan lelah secara mental akibat bekerja secara berlebihan.
Menjalani hustle culture akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Mulai dari masalah penyakit jantung, risiko serangan jantung, hingga depresi. Kurangnya istirahat pun membuat tubuhmu bisa mengalami penurunan imunitas hingga mengalami sakit.
Jika kamu merasa hustle culture mulai datang ke kamu, sebaiknya mulai berhenti. Bagaimana cara berhentinya? Berikut tujuh tips yang bisa dilakukan untuk berhenti menjalani hustle culture:
1. Jika mulai merasa terlalu lama bekerja dan tubuh terasa lelah, sebaiknya segera istirahat.
2. Pahami dan tetapkan batasan waktu, misalnya waktu untuk bekerja, diri sendiri, keluarga, dan teman-teman.
3. Buatlah daftar pekerjaan atau aktivitas prioritas setiap harinya.
4. Susunlah jadwal dengan baik dan patuhilah agar pekerjaan tidak menumpuk. Jangan lupa masukkan jadwal istirahat.
5. Tetapkan target pekerjaan sesuai kemampuan diri.
6. Hindari membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Ingat, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
7. Jangan sungkan untuk memberi tahu atasan atau manager terkait beban kerja dan kondisi diri.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)