FITNESS & HEALTH
Kanker Paru Kerap tak Bergejala, Ahli Jelaskan Alasannya
Aulia Putriningtias
Rabu 20 November 2024 / 12:10
Jakarta: Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis penyakit yang tinggi diderita di Indonesia. Global Observatory on Cancer (GLOBOCAN) tahun 2022 menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 66.271 jumlah kasus baru.
Pada data tersebut, sebanyak 34.339 jumlah kematian akibat kanker paru. Tingginya jumlah kasus dan kematian menandakan pentingnya pengendalian faktor risiko sebagai upaya pencegahan.
Menurut Ketua Bidang Ilmiah Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K), angka tinggi ini kerap disebabkan oleh minimnya pengetahuan mengenai skrining dan deteksi dini.
Pada kanker paru sendiri, ada tidaknya gejala pada kanker paru-paru dipengaruhi oleh lokasi keberadaan sel kanker. Jika sel kanker ada di tengah paru-paru, keluhannya tidak akan ada.
"(Kanker paru) yang berkeluhan, biasanya yang ada di saluran napas," ungkap Prof. Elisna dalam temu media bersama Yayasan Kanker Indonesia mengenai kanker paru di Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Baca juga: Yuk, Kita Hindari Kanker Paru-paru dengan 5 Cara Ini!
"Saluran napas kita cabangnya juga banyak, ada 33. Kalau cabang yang paling ujung yang terkena kanker, ya dia (pasien) nggak merasakan apa-apa. Jadi itu kenapa (kanker paru) datangnya terlambat," sambungnya.

Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K). Dok. Aulia/Medcom
Kanker paru sendiri masih banyak dianggap sepele gejalanya oleh masyarakat. Menurutnya, salah satu gejala yang sering dianggap enteng adalah batuk. Padahal, mungkin saja itu bukan batuk, tetapi flek.
Kanker paru dapat berasal dari sel epitel saluran napas yang menandakan sebagai kanker paru primer. Sementara itu, ada kanker paru sekunder atau metastasis, yakni kanker yang berasal dari organ lain seperti kanker payudara, kanker serviks yang menyebar dan tumbuh di paru-paru.
Prof. Elisna mengatakan bahwa sangat penting untuk melakukan skrining dan deteksi dini. Skrining dan deteksi dini sejak awal akan membantu menekan angka kematian.
Skrining sendiri berfokus kepada orang yang sehat dan memiliki tujuan untuk mengidentifikasi mereka yang cenderung memiliki risiko pengidap kanker. Sementara itu, deteksi dini berfokus pada pasien yang memiliki gejala sejak awal.
Prof. Eliana sendiri menyarankan agar tidak menunggu berlama-lama dalam melakukan skrining dan deteksi dini. Khususnya orang-orang yang memiliki risiko, seperti merokok, menjadi perokok pasif, atau bekerja di tempat banyak polusi udara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Pada data tersebut, sebanyak 34.339 jumlah kematian akibat kanker paru. Tingginya jumlah kasus dan kematian menandakan pentingnya pengendalian faktor risiko sebagai upaya pencegahan.
Menurut Ketua Bidang Ilmiah Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K), angka tinggi ini kerap disebabkan oleh minimnya pengetahuan mengenai skrining dan deteksi dini.
Pada kanker paru sendiri, ada tidaknya gejala pada kanker paru-paru dipengaruhi oleh lokasi keberadaan sel kanker. Jika sel kanker ada di tengah paru-paru, keluhannya tidak akan ada.
"(Kanker paru) yang berkeluhan, biasanya yang ada di saluran napas," ungkap Prof. Elisna dalam temu media bersama Yayasan Kanker Indonesia mengenai kanker paru di Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Baca juga: Yuk, Kita Hindari Kanker Paru-paru dengan 5 Cara Ini!
"Saluran napas kita cabangnya juga banyak, ada 33. Kalau cabang yang paling ujung yang terkena kanker, ya dia (pasien) nggak merasakan apa-apa. Jadi itu kenapa (kanker paru) datangnya terlambat," sambungnya.

Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K). Dok. Aulia/Medcom
Kanker paru sendiri masih banyak dianggap sepele gejalanya oleh masyarakat. Menurutnya, salah satu gejala yang sering dianggap enteng adalah batuk. Padahal, mungkin saja itu bukan batuk, tetapi flek.
Kanker paru dapat berasal dari sel epitel saluran napas yang menandakan sebagai kanker paru primer. Sementara itu, ada kanker paru sekunder atau metastasis, yakni kanker yang berasal dari organ lain seperti kanker payudara, kanker serviks yang menyebar dan tumbuh di paru-paru.
Prof. Elisna mengatakan bahwa sangat penting untuk melakukan skrining dan deteksi dini. Skrining dan deteksi dini sejak awal akan membantu menekan angka kematian.
Skrining sendiri berfokus kepada orang yang sehat dan memiliki tujuan untuk mengidentifikasi mereka yang cenderung memiliki risiko pengidap kanker. Sementara itu, deteksi dini berfokus pada pasien yang memiliki gejala sejak awal.
Prof. Eliana sendiri menyarankan agar tidak menunggu berlama-lama dalam melakukan skrining dan deteksi dini. Khususnya orang-orang yang memiliki risiko, seperti merokok, menjadi perokok pasif, atau bekerja di tempat banyak polusi udara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)