FITNESS & HEALTH
Renal Denervation untuk Penanganan Hipertensi, Apa Saja Keunggulannya dan Berapa Biayanya?
Medcom
Rabu 23 Agustus 2023 / 14:10
Jakarta: Ada penanganan hipertensi selain meminum obat, yaitu renal denervasi. Penanganan ini memang belum ramai dibicarakan publik, tetapi kamu perlu mengetahui keunggulannya.
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal. Hal ini yang menjadikan hipertensi sebagai penyebab utama kematian di dunia.
Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, usia (degeneratif), pola hidup yang tidak ideal, konsumsi minuman beralkohol dan merokok. Tekanan darah yang normal ditunjukkan dengan angka di bawah 120/80 mmHg pada pengukuran tensimeter.
Menurut Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K) dari Heartology Cardiovascular Hospital, saat ditemui di Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2023, penanganan hipertensi selama ini kebanyakan melalui obat. Untuk kasus hipertensi resisten, tersedia prosedur canggih menggunakan gelombang radio yang menyasar saraf simpatetik untuk secara aktif mengatur tekanan darah supaya dapat terkendali.
Teknologi ini disebut dengan Denervasi Ginjal (Renal Denervation). Artinya adalah prosedur minimal invasif tanpa bedah, hanya dengan memasukkan kateter lewat arteri femoralis (arteri besar pada pangkal paha). Kemudian mengeluarkan gelombang radio intens yang diarahkan pada saraf-saraf di sekitar ginjal yang berperan pada mekanisme hipertensi.
Renal denevarsi ini dilakukan terutama pada pasien yang sudah tidak mempan dengan kombinasi beberapa obat penurun tekanan darah. Prosedur denervasi ginjal juga efektif membantu pasien hipertensi yang memiliki efek samping dari obat konvensional, serta pasien yang tidak patuh dan kesulitan mengkonsumsi obat hipertensi dalam jangka panjang.
"(Renal denervasi) terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien hipertensi, menghindari komplikasi yang lebih jauh berupa kerusakan organ-organ tubuh yang penting akibat kasus hipertensi yang tidak tertangani dengan baik," kata Harmeni Wijaya selaku Marketing Director dari Heartology.
Berbagai keuntungan bisa didapatkan dengan melakukan tindakan penanganan ini. Dibandingkan dengan meminum obat, renal denervasi memang jauh menguntungkan, khususnya bagi yang tidak tepat waktu meminum obat.
Adapun keuntungannya, antara lain:
- Tidak ada luka yang terbuka, hanya sebuah tusukan dari jarum sebesar 2 milimeter.
- Hanya memerlukan waktu satu jam tindakan.
- Tidak memerlukan alat apapun setelah tindakan.
- Meminimalisir penggunaan obat.
- Penurunan tekanan darah tinggi secara efektif.
- Risiko terhindar dari stroke, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit vaskular perifer dan kerusakan pembuluh darah retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan.
Menurut dr. Faris sendiri, biaya yang ditawarkan untuk melakukan penanganan renal denervasi adalah sebesar Rp100-120 juta. Menurutnya, ini lebih baik dibandingkan mengonsumsi obat selamanya.
"Kalau dalam jangka pendek, ya, besar harganya. Tapi, kalau dalam jangka panjang, tentu ini sangat murah dibanding harus mengonsumsi obat selamanya," pungkas dr. Faris.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal. Hal ini yang menjadikan hipertensi sebagai penyebab utama kematian di dunia.
Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, usia (degeneratif), pola hidup yang tidak ideal, konsumsi minuman beralkohol dan merokok. Tekanan darah yang normal ditunjukkan dengan angka di bawah 120/80 mmHg pada pengukuran tensimeter.
Menurut Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K) dari Heartology Cardiovascular Hospital, saat ditemui di Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2023, penanganan hipertensi selama ini kebanyakan melalui obat. Untuk kasus hipertensi resisten, tersedia prosedur canggih menggunakan gelombang radio yang menyasar saraf simpatetik untuk secara aktif mengatur tekanan darah supaya dapat terkendali.
Teknologi ini disebut dengan Denervasi Ginjal (Renal Denervation). Artinya adalah prosedur minimal invasif tanpa bedah, hanya dengan memasukkan kateter lewat arteri femoralis (arteri besar pada pangkal paha). Kemudian mengeluarkan gelombang radio intens yang diarahkan pada saraf-saraf di sekitar ginjal yang berperan pada mekanisme hipertensi.
Renal denevarsi ini dilakukan terutama pada pasien yang sudah tidak mempan dengan kombinasi beberapa obat penurun tekanan darah. Prosedur denervasi ginjal juga efektif membantu pasien hipertensi yang memiliki efek samping dari obat konvensional, serta pasien yang tidak patuh dan kesulitan mengkonsumsi obat hipertensi dalam jangka panjang.
"(Renal denervasi) terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien hipertensi, menghindari komplikasi yang lebih jauh berupa kerusakan organ-organ tubuh yang penting akibat kasus hipertensi yang tidak tertangani dengan baik," kata Harmeni Wijaya selaku Marketing Director dari Heartology.
Keuntungan menjalani renal denervasi
Berbagai keuntungan bisa didapatkan dengan melakukan tindakan penanganan ini. Dibandingkan dengan meminum obat, renal denervasi memang jauh menguntungkan, khususnya bagi yang tidak tepat waktu meminum obat.
Adapun keuntungannya, antara lain:
- Tidak ada luka yang terbuka, hanya sebuah tusukan dari jarum sebesar 2 milimeter.
- Hanya memerlukan waktu satu jam tindakan.
- Tidak memerlukan alat apapun setelah tindakan.
- Meminimalisir penggunaan obat.
- Penurunan tekanan darah tinggi secara efektif.
- Risiko terhindar dari stroke, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit vaskular perifer dan kerusakan pembuluh darah retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan.
Berapa harga yang ditawarkan renal denervasi?
Menurut dr. Faris sendiri, biaya yang ditawarkan untuk melakukan penanganan renal denervasi adalah sebesar Rp100-120 juta. Menurutnya, ini lebih baik dibandingkan mengonsumsi obat selamanya.
"Kalau dalam jangka pendek, ya, besar harganya. Tapi, kalau dalam jangka panjang, tentu ini sangat murah dibanding harus mengonsumsi obat selamanya," pungkas dr. Faris.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)