FITNESS & HEALTH

Gaya Hidup jadi Pemicu Utama Anak Mengalami Stroke

Aulia Putriningtias
Rabu 30 Oktober 2024 / 12:10
Jakarta: Memperingati Hari Stroke Sedunia, kita disadarkan bahwa penyakit ini bukan lagi tentang lanjut usia (lansia). Tak sedikit usia produktif diserang oleh stroke, mengapa demikian?

Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah, dr. Sahar Aritonang, Sp. N, M.Si.Med, FINS mengatakan bahwa faktor gaya hidup menjadi pemicu utama, selain persoalan genetik. Bahkan, ia mengatakan pernah menangani pasien stroke berusia enam tahun.

"Saya pernah merawat pasien stroke usia 6 tahun. Itu bahkan bukan remaja, tapi anak-anak. Jadi memang stroke ini bukan lagi persoalan kesehatan lansia," ungkapnya dalam diskusi media ekslusif bersama RSPI, Selasa, 29 Oktober 2024.

Baca juga: Kemenkes: 90% Kasus Stroke Dapat Dicegah

Namun, dr. Sahat menggarisbawahi mengenai stroke yang terjadi pada anak-anak. Hal ini biasanya dikarenakan genetik sejak lahir. Tak dipungkiri pula usia remaja hingga dewasa, mulai banyak terkena stroke jika tak menjaga pola hidup yang sehat.

Stroke memiliki faktor risiko yang tak dapat dimodifikasi. Seperti usia lebih dari 55 tahun, ras yang cenderung berkulit hitam lebih berisiko terkena, genetik, dan riwayat keluarga sebelumnya.

Namun, gaya hidup menjadi acuan dalam meningkatkan risiko stroke terjadi. Risiko akan terus meningkat jika si anak tidak menjaga pola makan, gaya hidup, dan konsumsi obat darah tinggi yang dianjurkan dokter.
 

Apa penyebab usia produktif banyak terkena stroke?


Stroke pada usia muda biasanya akan dimulai dari beberapa masalah medis yang disebabkan gaya hidup seperti hipertensi dan kolesterol tinggi. Ini seringkali dijumpai dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Makanan cepat saji dan tidak bernutrisi tentu akan memicu risiko stroke tinggi, melalui penyakit bawaan seperti hipertensi dan kolesterol. Jadi, sebenarnya stroke tidak tiba-tiba datang, melainkan melalui penyakit-penyakit tersebut terlebih dahulu.

"Misal di kantor ramai-ramai pesan makanan cepat saji itu, kan, tidak terasa terlalu sering pesan. Padahal, makanan cepat saji ini mulai dari kandungan natrium tinggi juga macam-macam lah tidak sehat," jelas dr. Sahat.

Dr. Sahat pun mengimbau agar usia-usia produktif tak mengambil jalan gaya hidup sedentari. Pentingnya untuk terus bergerak dan memilih makanan bernutrisi untuk tubuh, sehingga tak bermunculan penyakit seperti hipertensi dan kolesterol, yang dapat menyebabkan stroke.

"Jadi kalau anak muda terkena stroke pasti awalnya dia terkena hipertensi atau kolesterol. Jadi tidak tiba-tiba stroke. Intinya ini karena gaya hidup yang semakin tidak sehat makanya banyak yang terkena (stroke)," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH