FITNESS & HEALTH

Monkeypox Berganti Nama menjadi 'Mpox' untuk Mengurangi Stigma

Mia Vale
Minggu 04 Desember 2022 / 12:00
Jakarta: Kalau beberapa waktu lalu di berbagai negara, termasuk Indonesia, sempat dihebohkan dengan penyakit cacar monyet, kini penyakit tersebut sudah tergolong menurun.

Selain itu, WHO juga berencana untuk mengganti nama penyakit monkeypox ini dengan yang lain agar tidak menjadi stigma bagi sebagian orang. Hasilnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Senin lalu, secara resmi mengganti nama monkeypox dengan "mpox".

Kedua nama tersebut akan digunakan secara bersamaan selama satu tahun, sementara “cacar monyet” dihapuskan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengikuti dan juga memperbarui situs webnya dengan istilah "mpox".

WHO membuat perubahan dalam upaya memerangi rasisme, diskriminasi, dan stigma yang dikaitkan dengan penyakit tersebut. 

“Dalam beberapa pertemuan, publik dan pribadi, sejumlah individu dan negara menyuarakan keprihatinan dan meminta WHO mengusulkan cara untuk mengubah nama tersebut,” tulis organisasi tersebut.


(Gejala khas dari cacar monyet atau mpox adalah adanya pembengkakan kelenjar getah bening atau limfadenopati. Pembengkakan kelenjar getah bening dapat penderita rasakan di bagian leher, selangkangan, dan ketiak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Dorongan untuk mengganti nama penyakit dimulai pada Juni 2022, ketika sekelompok ilmuwan internasional menyatakan dalam sebuah pernyataan kebutuhan mendesak untuk menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif dan tidak menstigmatisasi untuk virus tersebut. 

Menurut PBB, para ilmuwan juga mengatakan bahwa nama tersebut menyesatkan karena sebagian besar hewan yang rentan tertular penyakit (dan kemudian menginfeksi manusia) adalah hewan pengerat, seperti tikus raksasa Gambia, dormice, dan tupai pohon.

WHO mengatakan memilih nama baru berdasarkan "alasan, kesesuaian ilmiah, tingkat penggunaan saat ini, pengucapan, kegunaan dalam bahasa yang berbeda, tidak adanya referensi geografis atau zoologi, dan kemudahan pengambilan informasi ilmiah sejarah."

Papar WHO, istilah cacar monyet untuk menggambarkan infeksi di antara manusia dimulai pada tahun 1970 ketika diidentifikasi pada seorang anak laki-laki berusia sembilan bulan dari Republik Demokratik Kongo. Penyakit itu sendiri ditemukan pada tahun 1958 saat terjadi wabah di fasilitas hewan di Kopenhagen, Denmark, per penelitian.

Di masa lalu, peredaran penyakit ini sebagian besar terbatas di Afrika Barat dan Tengah. Namun, ketika kasus meningkat di seluruh dunia tahun ini, WHO menyatakan wabah tersebut sebagai "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional".

Namun, infeksi Mpox telah menurun secara dramatis. Pada 16 November, angka CDC menunjukkan bahwa rata-rata infeksi tujuh hari di Amerika Serikat turun menjadi 13 — penurunan yang signifikan dari musim panas ini ketika penghitungan mencapai 456 pada 6 Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH