FITNESS & HEALTH
Kasus Dugaan Mpox di Riau, Kemenkes Beri Penjelasan
Yatin Suleha
Senin 22 September 2025 / 19:25
Jakarta: Dugaan kasus Mpox atau Monkeypox/cacar monyet terjadi. Dilansir dari Detik dan Antara, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, Ade Suhartian, menyampaikan bahwa korban meninggal pada Jumat, 19 September 2025 usai menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Meranti.
Dia merupakan satu dari dua pasien dengan gejala serupa cacar monyet sedangkan dua lainnya masih dalam pemantauan dan berstatus suspek.
Baca juga: 3 Vaksin Mpox Sudah Disetujui WHO dan BPOM
Bupati Kepulauan Meranti, Asmar, membenarkan adanya laporan dari pesantren terkait empat santri dengan dugaan cacar monyet. "Satu orang meninggal, satu masih dirawat, dan dua lainnya sudah dipulangkan," ujarnya.

(Ciri-ciri penyakit cacar monyet (monkeypox atau mpox) diawali dengan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan, diikuti dengan munculnya ruam yang khas dan pembengkakan kelenjar getah bening. Foto: Ilustrasi/Istimewa)
Dalam keterangan yang diberikan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, terkait dugaan Mpox, Kemenkes memberikan penjelasan, antara lain:
Kasus Mpox di Indonesia pada tahun ini tidak ada kasus. Khusus untuk Riau dan Kepulauan Meranti, hingga saat ini juga belum pernah ada pelaporan kasus konfirmasi Mpox. Kasus yang diduga terjadi adalah 2 kasus suspek (BS, 13 tahun dan Zu, 17 tahun).
- Sejak 12 September 2025, pasien BS mengalami demam di ponpes. Setelah itu, mengalami bintik merah dan lesi bertambah banyak.
- Pada 17 September 2025, pasien BS dibawa ke RSUD Kep Meranti karena lesi semakin bertambah banyak hingga ke organ vital dan kondisi pasien memburuk sehingga dilakukan tata laksana penanganan sesuai standar dan SOP.
- 18 September 2025, pasien Zu dibawa ke UGD RSUD Kep Meranti dengan keluhan demam dan ruam merah.
- 20 September 2025, pasien BS meninggal dunia. Secara klinis mengarah ke varicella/cacar air. Pasien memiliki komorbid berupa infeksi selaput otak.
- 21 September 2025, pasien Zu diperbolehkan pulang dan dilakukan isoman.
Berdasarkan hasil investigasi awal, terdapat teman sekamar kasus yang mengalami cacar air dan sejauh ini tidak terdapat faktor risiko mengarah ke mpox.
- Sebagai bentuk kewaspadaan, RSUD menetapkan kasus tersebut sebagai suspek Mpox. Saat ini, masih menunggu hasil pemeriksaan.
- Koordinasi dengan Dinas Kesehatan, RSUD, dan pihak Pondok Pesantren.
- Pengobatan kasus.
- Penyelidikan epidemiologi.
- Pengiriman dan pemeriksaan spesimen 2 kasus di Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan.
- Komunikasi risiko/KIE tentang Mpox kepada masyarakat.
Baca juga: Apakah Butuh Obat Jika Terinfeksi Mpox?
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Menghindari kontak seksual berisiko.
- Segera melapor ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala Mpox seperti demam, nyeri, sakit tenggorokan yang disertai ruam/lesi pada kulit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Dia merupakan satu dari dua pasien dengan gejala serupa cacar monyet sedangkan dua lainnya masih dalam pemantauan dan berstatus suspek.
Baca juga: 3 Vaksin Mpox Sudah Disetujui WHO dan BPOM
Bupati Kepulauan Meranti, Asmar, membenarkan adanya laporan dari pesantren terkait empat santri dengan dugaan cacar monyet. "Satu orang meninggal, satu masih dirawat, dan dua lainnya sudah dipulangkan," ujarnya.
Keterangan Kemenkes

(Ciri-ciri penyakit cacar monyet (monkeypox atau mpox) diawali dengan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan, diikuti dengan munculnya ruam yang khas dan pembengkakan kelenjar getah bening. Foto: Ilustrasi/Istimewa)
Dalam keterangan yang diberikan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, terkait dugaan Mpox, Kemenkes memberikan penjelasan, antara lain:
1. Kasus Mpox
Kasus Mpox di Indonesia pada tahun ini tidak ada kasus. Khusus untuk Riau dan Kepulauan Meranti, hingga saat ini juga belum pernah ada pelaporan kasus konfirmasi Mpox. Kasus yang diduga terjadi adalah 2 kasus suspek (BS, 13 tahun dan Zu, 17 tahun).
2. Kronologi:
- Sejak 12 September 2025, pasien BS mengalami demam di ponpes. Setelah itu, mengalami bintik merah dan lesi bertambah banyak.
- Pada 17 September 2025, pasien BS dibawa ke RSUD Kep Meranti karena lesi semakin bertambah banyak hingga ke organ vital dan kondisi pasien memburuk sehingga dilakukan tata laksana penanganan sesuai standar dan SOP.
- 18 September 2025, pasien Zu dibawa ke UGD RSUD Kep Meranti dengan keluhan demam dan ruam merah.
- 20 September 2025, pasien BS meninggal dunia. Secara klinis mengarah ke varicella/cacar air. Pasien memiliki komorbid berupa infeksi selaput otak.
- 21 September 2025, pasien Zu diperbolehkan pulang dan dilakukan isoman.
3. Hasil investigasi awal
Berdasarkan hasil investigasi awal, terdapat teman sekamar kasus yang mengalami cacar air dan sejauh ini tidak terdapat faktor risiko mengarah ke mpox.
4. Penanganan:
- Sebagai bentuk kewaspadaan, RSUD menetapkan kasus tersebut sebagai suspek Mpox. Saat ini, masih menunggu hasil pemeriksaan.
- Koordinasi dengan Dinas Kesehatan, RSUD, dan pihak Pondok Pesantren.
- Pengobatan kasus.
- Penyelidikan epidemiologi.
- Pengiriman dan pemeriksaan spesimen 2 kasus di Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan.
- Komunikasi risiko/KIE tentang Mpox kepada masyarakat.
Baca juga: Apakah Butuh Obat Jika Terinfeksi Mpox?
5. Imbauan publik:
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Menghindari kontak seksual berisiko.
- Segera melapor ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala Mpox seperti demam, nyeri, sakit tenggorokan yang disertai ruam/lesi pada kulit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)