FITNESS & HEALTH

Angka Perokok Remaja Terus Naik, Ini Sederet Alasannya

Aulia Putriningtias
Rabu 30 April 2025 / 16:30
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat melalui riset Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 bahwa angka perokok 10-18 tahun diketahui meningkat. Data antara Riskedas 2018 dan SKI 2023, menunjukkan peningkatan perokok dini, berawal dari 4,3 juta hingga 5,9 juta.

Menurut dr. Benget Saragih, M. Epid selaku Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau dan Penyakit Paru, perokok remaja masih tertarik dengan rokok, baik itu yang konvensional atau kretek, maupun elektronik.

Ia mengatakan ada banyak alasan mengapa perokok di usia remaja kian meningkat, menurut pembanding data antara Riskedas 2018 dan SKI 2023. Terutama dengan kemajuan media sosial yang menjadi sumber informasi terkini.

"Anak-anak ini kan meniru, mereka melihat ya keren, diikuti. Belum lagi ada kemasan-kemasan menarik," papar dr. Benget dalam temu media Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) bersama Yayasan Lentera Anak di Jakarta, Selasa, 29 April 2025.

Baca juga: Miris! Hampir Setengah Persen Remaja Sebut Ini yang Paling Menarik dari Rokok

Adapun beberapa dugaan yang menyebabkan perokok di usia remaja dikatakan tinggi, antara lain:
 

1. Strategi kemasan rokok



(Kemenkes mencatat melalui riset SKI 2023 bahwa angka perokok 10-18 tahun diketahui meningkat. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)

Strategi kemasan rokok, baik itu konvensional maupun elektronik, membuat remaja begitu penasaran. Tak sedikit produk tembakau ini diciptakan seperti ingin memakan sebuah snack.
 

2. Perisa rokok yang kian manis


Kita tak bisa menghindari rasa manis begitu saja. Apalagi rasa manis, dicampur dengan nikotin, yang beredar di sekitar kita. Tentu ini mengundang para remaja untuk tertarik mencoba.

Bahkan, Yayasan Lentera Anak dan U-report melakukan riset terhadap apa yang menyebabkan anak tertarik kepada rokok. Sebanyak 46,5 persen dari 11 ribu remaja menyebutkan rasa menjadi daya tarik utama dari rokok.
 

3. Peran influencer


Peran artis ternama yang ikut mempromosikan pun juga memiliki bagian penting dalam menarik masyarakat untuk membeli. Terutama, era media sosial yang mana membuat kita semakin cepat dalam mendapatkan informasi tanpa menelaah apakah ini baik atau buruk.
 

4. Peran orang dewasa yang abai


Sedihnya, peran orang dewasa masih kurang dalam pengawasan rokok pada anak remaja. Tragisnya, data menunjukkan rokok menjadi bentuk belanja terbesar ke-2 di keluarga setelah beras, yang mana ini tak bisa dibanggakan sama sekali.

Baca juga: AirAsia Ingatkan Penumpang Soal Larangan Merokok termasuk Rokok Elektrik dalam Pesawat
 

5. Kemudahan membeli


Kemudahan dalam membeli produk rokok sangat membuat produk tembakau digunakan oleh banyak anak muda. Ini sangat sadis, mengingat remaja begitu mudah untuk mendapatkan akses belanja secara daring. Pun, warung-warung konvensional tak sedikit menganggap hal ini lumrah dilakukan ketika remaja membeli rokok.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan yang memiliki turunan pendekatan pembatasan akses rokok pun perlu segera didesak implementasinya. 

Ini bukan lagi menjadi peran pemerintah atau individu, melainkan bersama. Kerja sama dalam berbagai sektor untuk menekan angka perokok pada remaja perlu dilakukan, sebab ini akan memengaruhi generasi muda Indonesia kedepannya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH