FAMILY
Miris! Hampir Setengah Persen Remaja Sebut Ini yang Paling Menarik dari Rokok
Aulia Putriningtias
Rabu 30 April 2025 / 16:07
Jakarta: Yayasan Lentera Anak dan U-report melakukan riset terhadap apa yang menyebabkan anak tertarik kepada rokok. Sebanyak 46,5 persen dari 11 ribu remaja menyebutkan rasa menjadi daya tarik utama dari rokok.
Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari dalam temu media terkait Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025 mengatakan bahwa, karena perisa atau rasa menjadi daya tarik, ini adalah kesempatan jitu bagi para pegiat industri rokok. Belum lagi, mereka juga bermain kemasan yang menarik.
"Mereka (industri rokok) sengaja membuat packaging yang mengecoh anak dan remaja agar tertarik mencoba. Meskipun sudah tertera mengandung nikotin," ungkap Lisda saat ditemui di Jakarta, Selasa, 29 April 2025.
Kajian lain juga menyatakan bahwa sekitar 37 persen persen dari 1.339 produk liquid vape dan 33,3 persen dari 245 produk rokok konvensional memiliki rasa buah-buahan. Ini membuktikan bahwa perasa menjadi daya tarik orang-orang, khususnya anak dan remaja mencobanya.
Baca juga: Mantan Direktur Riset WHO Sebut 3 Faktor Penghambat Turunnya Prevalensi Merokok di Indonesia
"Membuat rokok terasa lebih nyaman. Jadi, rasa-rasa buah, rasa-rasa dessert, rasa-rasa manis itu sebenarnya menutupi rasa pahit, rasa tidak enak dari tembakau," jelasnya.
Belum lagi, Lisda menyoroti bahwa industri rokok mulai mencoba menggunakan desain yang mengecoh, mulai dari kemasan hingga baunya. Ini yang membuat banyak orang tua atau wali tidak sadar bahwa anaknya merokok.
Ditambah, industri rokok elektrik mulai dipromosikan besar-besaran dengan menggunakan artis ternama. Iklan masif dan kemudahan dalam membeli barang-barang yang seharusnya diakses oleh orang dewasa, membuat angka rokok usia dini kian melejit.
Perlu Sobat Medcom ketahui bahwa angka perokok usia 10-18 mengalami kenaikan dalam segi angka perseorangan. Meskipun dalam bentuk persen dikatakan menurun, tetapi data antara Riskedas 2018 dan SKI 2023, menunjukkan peningkatan perokok dini, berawal dari 4,3 juta hingga 5,9 juta.
"Terlebih lagi, penjualan rokok secara daring semakin memudahkan akses anak muda ke rokok," paparnya
Lisda mendesak Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan segera diimplementasikan. PP tersebut mengatur berbagai hal tentang rokok, seperti ketentuan beriklan, larangan penjualan pada anak-anak dan ibu hamil, hingga peringatan kesehatan.
Sejatinya kita sebagai orang dewasa perlu melindungi anak-anak dan remaja, bukan hanya untuk menghindari paparan asapnya, tetapi produk rokok itu sendiri. Mari lindungi anak dan remaja sekitar kita dari paparan asap dan produk rokok!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari dalam temu media terkait Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025 mengatakan bahwa, karena perisa atau rasa menjadi daya tarik, ini adalah kesempatan jitu bagi para pegiat industri rokok. Belum lagi, mereka juga bermain kemasan yang menarik.
"Mereka (industri rokok) sengaja membuat packaging yang mengecoh anak dan remaja agar tertarik mencoba. Meskipun sudah tertera mengandung nikotin," ungkap Lisda saat ditemui di Jakarta, Selasa, 29 April 2025.
Kajian lain juga menyatakan bahwa sekitar 37 persen persen dari 1.339 produk liquid vape dan 33,3 persen dari 245 produk rokok konvensional memiliki rasa buah-buahan. Ini membuktikan bahwa perasa menjadi daya tarik orang-orang, khususnya anak dan remaja mencobanya.
Baca juga: Mantan Direktur Riset WHO Sebut 3 Faktor Penghambat Turunnya Prevalensi Merokok di Indonesia
"Membuat rokok terasa lebih nyaman. Jadi, rasa-rasa buah, rasa-rasa dessert, rasa-rasa manis itu sebenarnya menutupi rasa pahit, rasa tidak enak dari tembakau," jelasnya.
Belum lagi, Lisda menyoroti bahwa industri rokok mulai mencoba menggunakan desain yang mengecoh, mulai dari kemasan hingga baunya. Ini yang membuat banyak orang tua atau wali tidak sadar bahwa anaknya merokok.
Ditambah, industri rokok elektrik mulai dipromosikan besar-besaran dengan menggunakan artis ternama. Iklan masif dan kemudahan dalam membeli barang-barang yang seharusnya diakses oleh orang dewasa, membuat angka rokok usia dini kian melejit.
Perlu Sobat Medcom ketahui bahwa angka perokok usia 10-18 mengalami kenaikan dalam segi angka perseorangan. Meskipun dalam bentuk persen dikatakan menurun, tetapi data antara Riskedas 2018 dan SKI 2023, menunjukkan peningkatan perokok dini, berawal dari 4,3 juta hingga 5,9 juta.
"Terlebih lagi, penjualan rokok secara daring semakin memudahkan akses anak muda ke rokok," paparnya
Lisda mendesak Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan segera diimplementasikan. PP tersebut mengatur berbagai hal tentang rokok, seperti ketentuan beriklan, larangan penjualan pada anak-anak dan ibu hamil, hingga peringatan kesehatan.
Sejatinya kita sebagai orang dewasa perlu melindungi anak-anak dan remaja, bukan hanya untuk menghindari paparan asapnya, tetapi produk rokok itu sendiri. Mari lindungi anak dan remaja sekitar kita dari paparan asap dan produk rokok!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)