FITNESS & HEALTH
Punya Riwayat Pembekuan Darah, Bolehkah Menggunakan Vaksin AstraZeneca?
Raka Lestari
Selasa 22 Juni 2021 / 21:24
Jakarta: Dalam pemberian vaksin untuk covid-19, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama adalah kondisi yang sudah dimiliki sebelumnya.
Dan, mengenai adanya kasus pembekuan darah pada vaksin AstraZeneca, perlu diketahui juga, apakah orang yang sudah memiliki riwayat pembekuan darah boleh menggunakan vaksin AstraZeneca?
“Sebenarnya belum ada bukti bahwa orang-orang dengan riwayat pembekuan darah (deep vein thrombosis, stroke, jantung iskemi) berisiko mengalami pembekuan darah akibat vaksin. Yang lebih berisiko justru mereka yang pernah mengalami heparin-induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2),” ujar Prof. Zullies Ikawati, PhD. Apt, Guru Besara Fakultas Farmasi UGM, dalam rilis yang dikirim Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Prof. Zullies menyebutkan bahwa kejadian ini pun sangat jarang. Kendati demikian, ia menganjurkan untuk berhati-hati. Ada baiknya mereka yang punya riwayat pembekuan darah tidak menggunakan vaksin jenis ini.
Prof. Zullies juga menjelaskan bahwa mekanisme pastinya penyebab pembekuan darah oleh vaksin AstraZeneca masih dipelajari. Tetapi seorang peneliti Jerman, Greinacher, menduga bahwa reaksi pembekuan darah yang jarang ini berkaitan dengan platform vaksinnya, yaitu viral vector menggunakan adenovirus.
“Memang belum bisa dipastikan, tetapi penelitian sebelumnya menggunakan platform adenovirus ternyata menghasilkan reaksi yang sama, yaitu aktivasi platelet yang menyebabkan pembekuan darah," ujar Prof. Zullies.
"Dan reaksi yang sama ternyata juga dijumpai pada penggunaan vaksin Johnson and Johnson yang menggunakan platform yang sama, yaitu adenovirus. Penggunaan vaksin Johnson & Johnson sempat dihentikan di Amerika dan setelah dievaluasi bisa digunakan kembali,” sambung Prof. Zullies.
Kejadian pembekuan darah akibat penggunaan vaksin AstraZeneca, menurut Prof. Zullies, sangat jarang terjadi. Per 5 Mei 2021, di Eropa telah ada laporan kejadian pembekuan darah akibat vaksin ini sebanyak 262 kasus.
"Dengan 51 di antaranya meninggal, dari penggunaan sebanyak 30 juta dosis vaksin. Jika dihitung, maka prosentase kejadiannya sangat kecil sekali,” tutur Prof. Zullies.
“Itulah mengapa European Medicines Agency (EMA), masih menilai bahwa kalaupun memang vaksin ini dapat menyebabkan reaksi pembekuan darah, manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya, sehingga vaksin ini tetap boleh diberikan,” tutup Prof. Zullies.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Dan, mengenai adanya kasus pembekuan darah pada vaksin AstraZeneca, perlu diketahui juga, apakah orang yang sudah memiliki riwayat pembekuan darah boleh menggunakan vaksin AstraZeneca?
“Sebenarnya belum ada bukti bahwa orang-orang dengan riwayat pembekuan darah (deep vein thrombosis, stroke, jantung iskemi) berisiko mengalami pembekuan darah akibat vaksin. Yang lebih berisiko justru mereka yang pernah mengalami heparin-induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2),” ujar Prof. Zullies Ikawati, PhD. Apt, Guru Besara Fakultas Farmasi UGM, dalam rilis yang dikirim Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Prof. Zullies menyebutkan bahwa kejadian ini pun sangat jarang. Kendati demikian, ia menganjurkan untuk berhati-hati. Ada baiknya mereka yang punya riwayat pembekuan darah tidak menggunakan vaksin jenis ini.
Prof. Zullies juga menjelaskan bahwa mekanisme pastinya penyebab pembekuan darah oleh vaksin AstraZeneca masih dipelajari. Tetapi seorang peneliti Jerman, Greinacher, menduga bahwa reaksi pembekuan darah yang jarang ini berkaitan dengan platform vaksinnya, yaitu viral vector menggunakan adenovirus.
“Memang belum bisa dipastikan, tetapi penelitian sebelumnya menggunakan platform adenovirus ternyata menghasilkan reaksi yang sama, yaitu aktivasi platelet yang menyebabkan pembekuan darah," ujar Prof. Zullies.
"Dan reaksi yang sama ternyata juga dijumpai pada penggunaan vaksin Johnson and Johnson yang menggunakan platform yang sama, yaitu adenovirus. Penggunaan vaksin Johnson & Johnson sempat dihentikan di Amerika dan setelah dievaluasi bisa digunakan kembali,” sambung Prof. Zullies.
Kejadian pembekuan darah akibat penggunaan vaksin AstraZeneca, menurut Prof. Zullies, sangat jarang terjadi. Per 5 Mei 2021, di Eropa telah ada laporan kejadian pembekuan darah akibat vaksin ini sebanyak 262 kasus.
"Dengan 51 di antaranya meninggal, dari penggunaan sebanyak 30 juta dosis vaksin. Jika dihitung, maka prosentase kejadiannya sangat kecil sekali,” tutur Prof. Zullies.
“Itulah mengapa European Medicines Agency (EMA), masih menilai bahwa kalaupun memang vaksin ini dapat menyebabkan reaksi pembekuan darah, manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya, sehingga vaksin ini tetap boleh diberikan,” tutup Prof. Zullies.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)