FITNESS & HEALTH

Jangan Remehkan Sakit Kepala, Kenali Penyebab dan Cara Penanganannya

Rendy Renuki H
Sabtu 17 Juli 2021 / 12:07
Jakarta: Sebagian orang terkadang menganggap remeh jika mengalami sakit kepala. Rasa nyeri tersebut biasanya kerap diatasi dengan meminum paracetamol.

Namun ternyata, ada beberapa jenis sakit di kelapa yang jika diklasifikasikan akan menjadi dua kategori. Di antaranya sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder yang memiliki penyebab dan ciri masing-masing.

Sakit kepala primer biasanya terjadi seperti migrain dan nyeri kepala tipe tegang, serta ada nyeri kepala tipe kluster. Sedangkan sakit kepala sekunder adalah nyeri karena cedera kepala, infeksi, stroke, gangguan mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, konsumsi obat dan makanan, substansi, gangguan psikiatri dan lainnya. 

"Kemudian ada pula Nyeri Kepala lainnya, yaitu yang tidak termasuk dari dua kategori diatas," jelas dr. Riezky Valentina Astari, Sp.S., dari Siloam Hospitals Jantung Diagram, dalam paparan virtual, Sabtu 17 Juli 2021.

Gejala dan Penanganan

Berdasarkan gejalanya, pada sakit kepala migrain (satu sisi kepala) biasanya merasakan nyeri sedang sampai dengan berat, terasa berdenyut dan semakin nyeri jika disertai aktifitas. Sehingga, sakit kepala migrain cenderung ingin beristirahat atau menutup mata dengan durasi antara 4 sampai 72 jam. 

"Penyerta akan merasakan gejala mual, muntah, fotofobia, fonofobia, aura. Sementara untuk nyeri kepala tipe tegang, yaitu merasakan nyeri pada kedua sisi kepala dengan perasaan seperti ditindih beban berat, tingkat nyeri sedang namun tidak mengganggu aktifitas dengan durasi yang bervariasi," ujar dr. Riezky. 

Adapun nyeri kepala kluster yakni merasakan nyeri pada satu sisi kepala, umumnya di sekitar mata. Nyeri yang dirasakan terus menerus semakin berat hingga membuat pasien gelisah, durasi nyeri yang dirasakan sekitar 30 menit sampai 3 jam. 

"Gejala yang dialami adalah mata merah, hidung berair, berkeringat, kelopak mata bengkak," lanjutnya. 

Untuk penanganannya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin, elektrolit, glukosa darah, profil lipid dan lainnya. Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala juga dapat dilakukan jika ada indikasi. 

Manfaat Terapi

Tata laksana nyeri kepala dapat dibedakan menjadi terapi abortif, terapi preventif, dan terapi non obat. Terapi abortif bertujuan untuk mengobati episode nyeri kepala yang sedang dialami menggunakan obat-obatan jenis analgesik atau antimuntah. 

Selanjutnya, terapi preventif dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi, berat, dan lama serangan nyeri kepala. Terapi preventif diharapkan dapat meningkatkan respons pasien terhadap pengobatan, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya pengobatan pasien. 

"Terapi non-obat yang dapat dilakukan yaitu menghindari atau mengelola faktor pencetus nyeri kepala misalnya perubahan pola tidur, makanan, stress, rutinitas, cuaca, lingkungan tempat tinggal, melakukan teknik relaksasi, menghindari merokok atau konsumsi alkohol, serta mempertahankan kualitas tidur yang baik," paparnya. 

Pertahankan Kualitas Terapi

Menurut Riezky, pengobatan sakit kepala bergantung dari karakteristik nyeri kepala yang dialami pasien dan faktor-faktor penyebabnya. Bila tidak ada gejala lain yang berbahaya, sakit kepala dapat diredakan dengan obat-obatan yang dijual bebas, seperti paracetamol.

"Bila sakit kepala dirasa mengkhawatirkan, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai," ujarnya. 

Pencegahan sakit kepala akibat perilaku sehari-hari dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup sehat, misalnya beristirahat dengan cukup dan rutin berolahraga. Sedangkan untuk nyeri kepala sekunder akibat penyakit lain yang mendasari, pencegahan yang terbaik adalah dengan mengobati penyebabnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MBM)

MOST SEARCH