Jakarta: Dalam semangat Hari Kartini, tergambar sudah banyak perempuan memiliki peran penting dalam keluarga. Seperti dua cerita srikandi yang menjadi pengemudi di PT. Blue Bird, yaitu Lilly Mulawato dan Anne Maria.
Bagi para Srikandi Bluebird, menjadi pengemudi bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga ruang untuk tumbuh dan menata masa depan dengan cara mereka sendiri. Lilly, perempuan berusia 54 tahun telah bergabung dengan Bluebird selama lebih dari 12 tahun. Sebelumnya, ia sempat merasa dunia kerja kantoran bukan tempat yang cocok.
"Saya pernah nyeletuk, ‘Kalau Bluebird buka lowongan pengemudi wanita, saya mau daftar.’ Ternyata suatu hari, pas bantuin suami di usaha cuci mobil, ada pelanggan Bluebird yang nawarin kerja," ucap Lilly dalam keterangan pers.
"Suami nggak bisa nyetir, akhirnya saya yang ditawarin. Saya baru tahu kalau perempuan juga bisa jadi pengemudi di Bluebird,” ceritanya.
Lilly mengaku menikmati profesi yang membawanya bertemu banyak orang baru dan memberinya kebebasan waktu. Salah satu pengalaman yang paling ia kenang adalah terpilih menjadi perwakilan pengemudi dalam sebuah acara resmi dan bertemu langsung dengan menteri.
Selain itu, profesi ini juga membuka jalan bagi masa depan anaknya. "Anak saya dapat Beasiswa Bluebird Peduli sejak SMK hingga kuliah sekarang ini. Itu yang bikin saya merasa pilihan ini tidak salah," tambahnya.
Sementara itu, Anne Mary memulai perjalanannya sebagai pengemudi Bluebird setelah lebih dari 20 tahun menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Keputusan untuk kembali bekerja bukan hal yang mudah, terlebih dengan tantangan menjalani profesi baru di usia yang tidak lagi muda.
"Sudah lama saya nggak kerja, jadi ada rasa takut sendiri. Bukan karena nggak bisa, tapi lebih ke ‘masih sanggup nggak ya?’ Apalagi jadi pengemudi, itu sesuatu yang benar-benar baru buat saya," kenang perempuan berusia 43 tahun ini.

Pengemudi Blue Bird, Lilly Mulawato (54). Ia telah bergabung dengan Bluebird selama lebih dari 12 tahun.
Namun, dengan semangat dan dukungan dari lingkungan sekitar, Anne perlahan menemukan ritmenya. Ia merasa terbantu dengan pelatihan serta kebiasaan saling membantu di lapangan antar sesama pengemudi.
"Yang bikin saya bertahan itu juga karena saling bantu antar sesama pengemudi. Kita saling kasih info, misalnya area mana yang ramai. Itu sangat membantu, apalagi buat saya yang baru," tambahnya.
Kini, Anne bersyukur bisa kembali produktif, sekaligus mendukung pendidikan putranya yang sedang menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri unggulan di Yogyakarta lewat program Beasiswa Bluebird Peduli.
Perempuan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan Bluebird, yang didirikan oleh sosok ibu tangguh, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, menanamkan nilai peduli, integritas, pelayanan prima, dan pola pikir berkembang.
Hingga saat ini, Bluebird telah memiliki lebih dari 280 pengemudi wanita yang bertugas di layanan Bluebird, Silverbird, hingga Goldenbird. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pengemudi wanita tumbuh hampir 2,5X, mencerminkan meningkatnya keterlibatan aktif perempuan dalam profesi ini.
"Inklusivitas terhadap perempuan adalah bagian dari identitas Bluebird. Kami terus mendorong lebih banyak perempuan untuk berkembang dan menjadi inspirasi, baik di balik kemudi maupun di seluruh lini perusahaan,” ungkap Adrianto (Andre) Djokosoetono, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk.
Kesempatan menjadi pengemudi perempuan mulai dibuka pada 2010, sebagai wujud komitmen Bluebird terhadap kesetaraan. Kini, Srikandi Bluebird hadir di seluruh Indonesia, termasuk Jadetabek, Surabaya, Bali, Palembang, dan kota besar lainnya.
Menariknya, pengemudi perempuan Bluebird datang dari rentang usia 24 hingga 60 tahun, dengan proporsi yang hampir seimbang antara kelompok usia 29–44 tahun dan 45 tahun ke atas. Sekitar 5% lainnya berasal dari generasi muda, dengan usia termuda saat ini 24 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Bagi para Srikandi Bluebird, menjadi pengemudi bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga ruang untuk tumbuh dan menata masa depan dengan cara mereka sendiri. Lilly, perempuan berusia 54 tahun telah bergabung dengan Bluebird selama lebih dari 12 tahun. Sebelumnya, ia sempat merasa dunia kerja kantoran bukan tempat yang cocok.
"Saya pernah nyeletuk, ‘Kalau Bluebird buka lowongan pengemudi wanita, saya mau daftar.’ Ternyata suatu hari, pas bantuin suami di usaha cuci mobil, ada pelanggan Bluebird yang nawarin kerja," ucap Lilly dalam keterangan pers.
"Suami nggak bisa nyetir, akhirnya saya yang ditawarin. Saya baru tahu kalau perempuan juga bisa jadi pengemudi di Bluebird,” ceritanya.
Lilly mengaku menikmati profesi yang membawanya bertemu banyak orang baru dan memberinya kebebasan waktu. Salah satu pengalaman yang paling ia kenang adalah terpilih menjadi perwakilan pengemudi dalam sebuah acara resmi dan bertemu langsung dengan menteri.
Selain itu, profesi ini juga membuka jalan bagi masa depan anaknya. "Anak saya dapat Beasiswa Bluebird Peduli sejak SMK hingga kuliah sekarang ini. Itu yang bikin saya merasa pilihan ini tidak salah," tambahnya.
Sementara itu, Anne Mary memulai perjalanannya sebagai pengemudi Bluebird setelah lebih dari 20 tahun menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Keputusan untuk kembali bekerja bukan hal yang mudah, terlebih dengan tantangan menjalani profesi baru di usia yang tidak lagi muda.
"Sudah lama saya nggak kerja, jadi ada rasa takut sendiri. Bukan karena nggak bisa, tapi lebih ke ‘masih sanggup nggak ya?’ Apalagi jadi pengemudi, itu sesuatu yang benar-benar baru buat saya," kenang perempuan berusia 43 tahun ini.

Pengemudi Blue Bird, Lilly Mulawato (54). Ia telah bergabung dengan Bluebird selama lebih dari 12 tahun.
Namun, dengan semangat dan dukungan dari lingkungan sekitar, Anne perlahan menemukan ritmenya. Ia merasa terbantu dengan pelatihan serta kebiasaan saling membantu di lapangan antar sesama pengemudi.
"Yang bikin saya bertahan itu juga karena saling bantu antar sesama pengemudi. Kita saling kasih info, misalnya area mana yang ramai. Itu sangat membantu, apalagi buat saya yang baru," tambahnya.
Kini, Anne bersyukur bisa kembali produktif, sekaligus mendukung pendidikan putranya yang sedang menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri unggulan di Yogyakarta lewat program Beasiswa Bluebird Peduli.
Perempuan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan Bluebird, yang didirikan oleh sosok ibu tangguh, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, menanamkan nilai peduli, integritas, pelayanan prima, dan pola pikir berkembang.
Hingga saat ini, Bluebird telah memiliki lebih dari 280 pengemudi wanita yang bertugas di layanan Bluebird, Silverbird, hingga Goldenbird. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pengemudi wanita tumbuh hampir 2,5X, mencerminkan meningkatnya keterlibatan aktif perempuan dalam profesi ini.
"Inklusivitas terhadap perempuan adalah bagian dari identitas Bluebird. Kami terus mendorong lebih banyak perempuan untuk berkembang dan menjadi inspirasi, baik di balik kemudi maupun di seluruh lini perusahaan,” ungkap Adrianto (Andre) Djokosoetono, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk.
Kesempatan menjadi pengemudi perempuan mulai dibuka pada 2010, sebagai wujud komitmen Bluebird terhadap kesetaraan. Kini, Srikandi Bluebird hadir di seluruh Indonesia, termasuk Jadetabek, Surabaya, Bali, Palembang, dan kota besar lainnya.
Menariknya, pengemudi perempuan Bluebird datang dari rentang usia 24 hingga 60 tahun, dengan proporsi yang hampir seimbang antara kelompok usia 29–44 tahun dan 45 tahun ke atas. Sekitar 5% lainnya berasal dari generasi muda, dengan usia termuda saat ini 24 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)