FAMILY

Begini Cara Ayah Tetap Bonding saat Istrinya Menyusui

Medcom
Kamis 28 Agustus 2025 / 16:11
Jakarta: Menyusui adalah momen yang sangat penting bagi ibu dan bayi, tetapi bukan berarti peran orang tua lainnya menjadi kurang penting. Merawat bayi adalah usaha bersama, dan ada banyak cara untuk terlibat meskipun pasangan sedang menyusui.

Setelah bayi selesai menyusu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjalin ikatan. Misalnya, membantu bayi bersendawa setelah menyusui adalah langkah yang baik.

Selain itu, menyanyikan lagu, bermain, atau hanya memeluk bayi juga dapat memperkuat hubungan. Jika pasangan memompa ASI, kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengambil alih beberapa sesi menyusui.

Dengan cara ini, waktu bonding antara ayah dan bayi dapat meningkat. Sementara pasangan mendapatkan kesempatan untuk beristirahat. Sesi menyusui di tengah malam, ketika hanya ada orang tua dan bayi yang terjaga, bisa menjadi momen yang sangat spesial dan intim.

Baca juga: 7 Tips Ayah Membangun Bonding dengan Bayi
 

Mengatasi kesulitan dalam bonding


Jika merasa kesulitan saat menjalin ikatan dengan bayi, penting untuk tidak ragu berbicara dengan penyedia layanan kesehatan.

Jika upaya untuk membangun perasaan ikatan tidak berhasil, mungkin ada faktor lain yang memengaruhi. Salah satu kemungkinan adalah gangguan mood yang dapat mengganggu kemampuan untuk menjalin ikatan.

Para ahli kini mulai menyadari bahwa depresi pasca melahirkan yang biasanya dikaitkan dengan ibu baru juga dapat memengaruhi ayah. Menurut American Academy of Pediatrics, hingga 10 persen ayah baru mengalami depresi pasca melahirkan (paternal PPD).

Studi lain menunjukkan bahwa antara 4 hingga 25 persen ayah baru mengalami kondisi ini, yang biasanya terjadi dalam tiga hingga enam bulan pertama setelah bayi lahir.

Jika mengalami gejala berikut yang berlangsung lebih dari dua minggu, penting untuk segera mencari bantuan dari profesional kesehatan mental:

1. Hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai.

2. Penambahan atau penurunan berat badan yang signifikan.

3. Kelelahan atau kehilangan energi yang berkepanjangan.

4. Mudah marah atau tersinggung.

5. Kesulitan dalam mengambil keputusan.

6. Perilaku impulsif atau kekerasan.

7. Kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak.

8. Merasa cemas yang berlebihan, tidak berharga, atau bersalah.

9. Kesulitan berkonsentrasi.

10. Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

11. Penyalahgunaan zat. 

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH