FAMILY

Lazy Parenting: Meski Terlihat Santai, Namun Ada Tanggung Jawab di Sana

Mia Vale
Selasa 15 Oktober 2024 / 10:11
Jakarta: Ada banyak desas-desus dalam beberapa tahun terakhir tentang “lazy parenting”. Mungkin saat mendengar pola asuh yang satu ini, kamu akan berpikir orang tua yang malas dan membiarkan anak-anaknya berbuat apa saja, sementara orang tua bersantai. 

Hal ini mungkin terdengar seperti kehidupan impian bagi sebagian orang, namun hal ini tidak realistis dan tentunya bukan hal yang dimaksud dengan pola asuh lazy parenting.

Lazy parenting pada dasarnya menggambarkan tipe orang tua yang santai dan bebas. Bagi sebagian orang mungkin pola asuh ini terkesan negatif. Padahal, bisa memberikan dampak positif. 

Baca juga: Tips Orang Tua agar Anak Gemar Membaca dan Tumbuh Cerdas

Hal ini membutuhkan pendekatan yang lebih lepas tangan dan memungkinkan anak untuk mengalami kehidupan secara mandiri dan menghadapi konsekuensi alami atas tindakan dan keputusan mereka.

Hal ini juga dapat dianggap mirip dengan gaya pengasuhan bebas, di mana anak-anak diberi lebih banyak kebebasan untuk menjalani kehidupan mereka dibandingkan dengan gaya pengasuhan lainnya. 

Anak dibiarkan melakukan tindakan yang memiliki risiko, selama itu tidak berakibat fatal. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar dari pengalamannya sendiri. 

Dengan begitu, mereka dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik dan mungkin menjadi lebih mandiri. Lebih banyak otonomi atas diri sendiri juga akan meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri.
 

Ajarkan anak jadi dewasa aktif


Tidak ada yang malas dalam pola asuy lazy parenting, justru membuat anak menjadi individu yang jauh lebih aktif. Anak-anak belajar untuk berinvestasi pada diri mereka sendiri dan kesuksesan mereka serta bertanggung jawab atas kegagalan mereka. 

Ketika mereka melakukan sesuatu dengan baik, sekecil apa pun, mereka dapat berterima kasih pada diri mereka sendiri karena telah mencapainya.
 

Lazy parenting tidaklah mudah 


Lazy parenting bisa menjadi tantangan bagi orang yang suka memegang kendali. Bayangkan melihat seorang anak membuat sandwich untuk pertama kalinya. Bukankah lebih mudah untuk mengambil selai kacang dan jeli lalu menyatukannya? 

Ini akan memakan waktu lebih sedikit dan lebih bersih, namun anak Moms tidak akan belajar melakukan sesuatu secara mandiri. Mengasuh anak lazy parenting berarti melangkah mundur dan membiarkan anak-anak kita belajar melalui trial and error serta menyempurnakan keterampilan mereka. 

Ini juga berarti orang tua akan menyaksikan anak-anak mereka gagal. Namun yang pasti, dari kesalahan yang dibuat, anak bisa belajar untuk menjadi lebih bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada dirinya. 
 

Lazy parenting tidak melelahkan


Elemen lain dari gaya lazy parenting, menghilangkan tekanan dari Moms selaku orang tua. Alih-alih harus langsung mengatasi suatu masalah dan menyelesaikannya, Moms justru berkesempatan untuk bersantai. 

Tentu saja, seperti dinukil dari Baby-Chick, ini semua tentang keseimbangan, tidak menjadi orang tua yang bertindak terlalu ekstrem, tidak juga menjadi orang tua yang tidak terlibat sama sekali.


(Lazy parenting bukanlah pola asuh malas di mana orang tua tidak menaruh minat pada apa yang dilakukan anak. Namun, ini adalah cara untuk membiarkan anak membuat kesalahan sendiri dan orang tua tidak ikut campur atau memberikan instruksi untuk menyelesaikannya. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Ingat, tidak ada salahnya berada dekat dengan anak ketika mereka bermain tanpa terlibat aktif atau membiarkan mereka mencoba menyelesaikan situasi (yang tidak mendesak) tanpa masukan Moms.
 

Terlatih imajinasi, empati, dan kemandirian


Ada beberapa manfaat luar biasa ketika ibu dan ayah tidak ikut campur dalam permainan anak-anak dan membiarkan mereka bereksplorasi sesuai keinginan mereka. Anak-anak secara alami belajar dan menjelajahi dunia mereka melalui permainan, jadi kita menghentikan proses alami ini ketika kita terlalu banyak ikut campur. 

Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk mempraktikkan hal-hal seperti situasi sosial, permainan peran (yang membangun empati), berbagai keterampilan (keterampilan fisik, keterampilan kasar, keterampilan motorik halus), berbagi dan mengambil giliran, imajinasi, dan permainan pura-pura.

Jika kita memberikan ruang kepada anak-anak dan tidak terlalu banyak 'melayang', mereka dapat menjelajahi dunia dengan cara yang lebih bermakna bagi mereka.

Anak mungkin juga merasa bangga karena bisa melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri ketika kita memberi mereka ruang untuk memikirkan sesuatu. Hal ini memberi mereka lebih banyak kebebasan dan kesempatan untuk mempraktikkan kemandirian.
 

Anak menjadi produktif


Mungkin ada baiknya mencoba mengasuh anak dengan gaya lazy parenting di rumah. Tentu saja, ini mungkin membuat frustrasi, tetapi ini tentu bisa menjadi pengalaman yang berkembang bagi semua orang di rumah.

Anak-anak adalah pembelajar yang tangguh dan cepat. Mereka mungkin lebih menyukai gaya pengasuhan ini daripada orang tua yang terus-menerus mengabaikan atau diktaktor. 

Hal ini terutama berlaku bagi anak-anak yang lebih tua dan remaja yang ingin mendapatkan sedikit kemandirian.

Dalam pola asuh ini, ada kalanya orang tua ikut campur atas apa yang dihadapi anak, itu tak masalah. Misal, si kecil bermain di dekat kompor yang menyala.

Tentu Moms tidak ingin dia terbakar, bukan? Biar bagaimana pun orang tua adalah manusia biasa yang selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan melakukan segala kemungkinan untuk mewujudkannya.

Namun jika Moms ingin memberlakukan pola asuh lazy parenting, meskipun sulit, tahan keinginan untuk melakukan apa yang seharusnya anak Moms lakukan. Jangan bosan meminta si kecil untuk mengerjakan apa yang sudah bisa dia kerjakan, dan beetanggung jawab atas apa yang telah mereka berbuat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH