FAMILY

Mengenal Weight Faltering yang Berisiko Stunting

A. Firdaus
Kamis 13 Juli 2023 / 14:10
Jakarta: Kondisi berat badan anak tidak bertambah sesuai usia atau bisa juga disebut dengan istilah ‘weight faltering’ merupakan masalah yang tidak boleh dianggap sepele. Gejala utama dari kondisi ini adalah perkembangan berat badan anak yang kurang dan tidak memenuhi standar kurva pertumbuhan.

Kementerian Kesehatan merilis hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 di awal 2023. Survei tersebut menunjukkan adanya peningkatan kasus balita yang mengalami berat badan kurang selama tiga tahun terakhir. Dari hasil SSGI 2022, terdapat 16.3 persen balita yang mengalami berat badan kurang pada 2019, kemudian pada 2021 meningkat menjadi 17 persen, sementara pada 2022 semakin meningkat menjadi 17,1 persen.

Masalah berat badan kurang pada anak ini menjadi salah satu kekhawatiran bagi banyak ahli dan dokter di Indonesia. Sebab, kondisi ini merupakan awal mula dari kondisi lain yang lebih berbahaya, yaitu stunting.

Dalam Instagram Live Teman Parenting, dr. Tania Paramita, Sp. A menjelaskan bahwa umumnya berat badan anak tidak bertambah sesuai usia di Indonesia adalah karena masalah asupan makan dan nutrisi. Namun, sebagian juga disebabkan oleh penyakit atau kondisi tersembunyi yang dialami anak, seperti penyakit bawaan, infeksi, kekurangan zat besi, dan lainnya.

"Biasanya weight faltering itu pasti keluhannya, ‘kok anak saya BB-nya stuck udah 3-4 bulan’,” ungkap dr. Tania dalam keterangan pers yang diterima Medcom.id.

Idealnya kenaikan berat badan anak selama tiga bulan pertama adalah 750-1000 gram. Di usia tiga sampai enam bulan, peningkatan berat badan anak idealnya 500-750 gram. Sementara di usia enam sampai sembilan bulan, kenaikan berat badannya 250-500 gram. Kemudian di usia sembilan sampai satu tahun, kenaikannya sekitar 250-300 gram.

Menurut dr. Tania, weight faltering umumnya mulai terjadi pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Jika kondisi weight faltering ini tidak segera ditangani, lama kelamaan akan berkembang menjadi stunting.

"Jadi stunting itu tidak di awal. Stunting itu kondisi di mana tinggi badan anak berada di bawah garis merah yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan berkepanjangan, misalnya sudah enam bulan berat badannya seret," jelas dr. Tania.

Kemudian, dr. Tania juga menjelaskan bahwa pada anak yang lahir prematur, maka diperlukan pemantauan lebih terhadap berat badannya. Pasalnya, bayi yang lahir sebelum waktunya umumnya memiliki organ yang belum sempurna, sehingga fungsinya belum matang. Akibat hal tersebut, umumnya berat badan anak prematur kecil.

"Anak prematur ketika dibawa pulang, kondisinya tidak boleh tidak tumbuh. Harus terus dipantau dan ada kurva pertumbuhannya sendiri sesuai berat badan lahirnya," tutur dr. Tania.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH