FAMILY
5 Dampak Psikologis dari Tren Glow-up pada Remaja Perempuan
A. Firdaus
Selasa 30 September 2025 / 14:15
Jakarta: Budaya glow-up di media sosial terlihat menyenangkan, tapi dampak terburuknya justru pada kesehatan mental remaja perempuan. Tren ini mendorong obsesi terhadap penampilan sempurna yang seringkali membuat remaja perempuan merasa tidak pernah cukup baik.
Selain bahaya fisik, budaya glow-up paling merusak kesehatan mental gadis remaja. Banyak penelitian menunjukkan bahwa remaja yang terobsesi dengan video yang menekankan kecantikan dan penampilan lebih rentan mengalami masalah citra tubuh.
“Secara spesifik, mereka lebih cenderung tidak puas dengan tubuh mereka, membandingkan diri dengan orang lain, dan mengembangkan masalah kesehatan mental serius, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan,” kata Whitney Casares, MD, MPH seorang dokter anak dan penulis buku.
Baca juga: Bantu Anak Atasi FOMO dengan Ketahanan Emosional
Semakin remaja dan anak-anak terobsesi dengan penampilan tertentu secara online, semakin buruk perasaan mereka di dunia nyata. Ini memicu lingkaran setan keraguan diri dan ketidakpuasan yang sulit dipatahkan.
Lingkaran setan ini dimulai dari video-video pendek yang menampilkan rutinitas sempurna, filter cantik, dan hasil instan. Gadis remaja yang sering menontonnya mulai membandingkan diri dengan influencer, merasa kulit atau tubuh mereka kurang ideal.
Hal ini menciptakan rasa cemas yang konstan, di mana mereka khawatir tampil jelek di sekolah atau media sosial. Depresi bisa muncul jika tekanan ini berlanjut, membuat gadis muda menarik diri dari teman atau keluarga.
Gangguan makan, seperti melewatkan makan siang demi 'detoks' dari video glow-up menjadi cara salah untuk mencapai standar itu, tetapi justru memperburuk kesehatan secara keseluruhan.
Dilansir dari Parents, Grace Lautman, LMHC, CN, ahli gizi dan terapis gangguan makan remaja juga melihat dampak psikologis ini pada remaja perempuan yang dia tangani.
“Dampak psikologis dari video-video seperti ini adalah peningkatan kekhawatiran mental dan internalisasi standar kecantikan yang tidak realistis,” jelasnya.
Gadis remaja sering merasa tidak cukup cantik jika tidak mengikuti rutinitas ini yang menyebabkan stres kronis, isolasi sosial, dan pikiran negatif tentang diri sendiri.
Stres kronis ini bisa mengganggu tidur, konsentrasi, dan hubungan dengan orang lain, membuat hari-hari terasa berat. Isolasi sosial terjadi ketika gadis muda menghindari acara karena merasa tidak percaya diri, sementara pikiran negatif seperti 'Aku jelek'.
Lingkaran ini bisa berujung pada gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, gadis muda akan membatasi makanan demi 'glow up' yang sempurna.
Di sekolah, tekanan ini membuat mereka sulit fokus belajar karena pikiran selalu tertuju pada penampilan. Misalnya, seorang gadis mungkin menghabiskan waktu istirahat untuk cek makeup daripada bermain dengan teman.
Tren ini juga memperburuk masalah yang sudah ada, seperti bullying online, di mana komentar negatif tentang penampilan memperdalam luka mental.
Ahli seperti dr. Casares menekankan bahwa paparan berlebih ini menciptakan standar mustahil, di mana kebahagiaan tergantung pada likes dan views, bukan nilai diri sejati.
Untuk memutus lingkaran ini, penting bagi orang dewasa untuk dorong gadis remaja hargai diri apa adanya. Dorong aktivitas seperti olahraga menyenangkan atau hobi kreatif yang bangun kepercayaan diri alami, bukan obsesi penampilan.
Dengan kesadaran dini, dampak psikologis tren glow-up bisa dikurangi, membiarkan gadis remaja tumbuh dengan mental yang kuat dan sehat.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Selain bahaya fisik, budaya glow-up paling merusak kesehatan mental gadis remaja. Banyak penelitian menunjukkan bahwa remaja yang terobsesi dengan video yang menekankan kecantikan dan penampilan lebih rentan mengalami masalah citra tubuh.
“Secara spesifik, mereka lebih cenderung tidak puas dengan tubuh mereka, membandingkan diri dengan orang lain, dan mengembangkan masalah kesehatan mental serius, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan,” kata Whitney Casares, MD, MPH seorang dokter anak dan penulis buku.
Baca juga: Bantu Anak Atasi FOMO dengan Ketahanan Emosional
Semakin remaja dan anak-anak terobsesi dengan penampilan tertentu secara online, semakin buruk perasaan mereka di dunia nyata. Ini memicu lingkaran setan keraguan diri dan ketidakpuasan yang sulit dipatahkan.
Ini beberapa dampak psikologis akibat budaya Glow up
Lingkaran setan ini dimulai dari video-video pendek yang menampilkan rutinitas sempurna, filter cantik, dan hasil instan. Gadis remaja yang sering menontonnya mulai membandingkan diri dengan influencer, merasa kulit atau tubuh mereka kurang ideal.
1. Kecemasan
Hal ini menciptakan rasa cemas yang konstan, di mana mereka khawatir tampil jelek di sekolah atau media sosial. Depresi bisa muncul jika tekanan ini berlanjut, membuat gadis muda menarik diri dari teman atau keluarga.
2. Gangguan makan
Gangguan makan, seperti melewatkan makan siang demi 'detoks' dari video glow-up menjadi cara salah untuk mencapai standar itu, tetapi justru memperburuk kesehatan secara keseluruhan.
Dilansir dari Parents, Grace Lautman, LMHC, CN, ahli gizi dan terapis gangguan makan remaja juga melihat dampak psikologis ini pada remaja perempuan yang dia tangani.
“Dampak psikologis dari video-video seperti ini adalah peningkatan kekhawatiran mental dan internalisasi standar kecantikan yang tidak realistis,” jelasnya.
3. Gak puas dengan kecantikannya
Gadis remaja sering merasa tidak cukup cantik jika tidak mengikuti rutinitas ini yang menyebabkan stres kronis, isolasi sosial, dan pikiran negatif tentang diri sendiri.
4. Stres kronis
Stres kronis ini bisa mengganggu tidur, konsentrasi, dan hubungan dengan orang lain, membuat hari-hari terasa berat. Isolasi sosial terjadi ketika gadis muda menghindari acara karena merasa tidak percaya diri, sementara pikiran negatif seperti 'Aku jelek'.
Lingkaran ini bisa berujung pada gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, gadis muda akan membatasi makanan demi 'glow up' yang sempurna.
Di sekolah, tekanan ini membuat mereka sulit fokus belajar karena pikiran selalu tertuju pada penampilan. Misalnya, seorang gadis mungkin menghabiskan waktu istirahat untuk cek makeup daripada bermain dengan teman.
5. Perdalam luka mental
Tren ini juga memperburuk masalah yang sudah ada, seperti bullying online, di mana komentar negatif tentang penampilan memperdalam luka mental.
Ahli seperti dr. Casares menekankan bahwa paparan berlebih ini menciptakan standar mustahil, di mana kebahagiaan tergantung pada likes dan views, bukan nilai diri sejati.
Untuk memutus lingkaran ini, penting bagi orang dewasa untuk dorong gadis remaja hargai diri apa adanya. Dorong aktivitas seperti olahraga menyenangkan atau hobi kreatif yang bangun kepercayaan diri alami, bukan obsesi penampilan.
Dengan kesadaran dini, dampak psikologis tren glow-up bisa dikurangi, membiarkan gadis remaja tumbuh dengan mental yang kuat dan sehat.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)