FAMILY

Orang Tua Sering Marah Anak Bisa Stres Berkepanjangan

Medcom
Rabu 09 November 2022 / 07:09
Jakarta: Marah adalah ketika tubuh bereaksi terhadap sesuatu yang dirasakannya sebagai ancaman. Kamu melepaskan adrenalin, otot-otot menegang, detak jantung dan tekanan darah meningkat, dan wajah serta tangan bisa memerah.

Marah adalah emosi normal pada setiap manusia. Semua orang tua bisa marah dari waktu ke waktu, tetapi jika kamu sebagai orang tua tidak bisa mengendalikan amarah, itu bisa berdampak negatif pada buah hati.

Dilansir dari Healthline, Institute of Learning and Brain Science of Universitas Washington melakukan sebuah studi, yang mana ada seorang bayi 15 bulan di pangkuan ibunya sambil diberi mainan oleh lawan bicara di hadapannya. Kemudian dua orang emoter masuk dan pura-pura membaca majalah, sang bayi terus memperhatikan pergerakan emoter tanpa melihat ke arah mainan.

Lalu, kedua emoter berargumen dengan nada tinggi, hingga bayi kaget terhadap reaksi emoter. Sehingga bayi itu terlihat stres dan ketakutan, ia menunduk dan bernafas cepat, merasakan situasi bahaya dan tidak nyaman.

Bahkan sebuah studi 2010 menyebutkan pada usia 6 bulan, bayi juga sudah bisa menunjukkan reaksi stres terhadap ekspresi wajah cemberut atau marah. Dan bayi yang terpapar konflik dapat mengalami peningkatan detak jantung, yang juga memicu respons hormon stres.
 

Apakah ada efek jangka panjangnya?


Seiring waktu, peningkatan stres pada bayi dapat menyebabkan kecemasan perpisahan, kegelisahan, dan masalah dengan tidur. Tetapi ada efek yang lebih nyata dari konflik yang berkelanjutan di hadapan mereka. Bahkan balita mungkin akan sering membuat ulah atau kesulitan berteman. Kemudian, anak-anak mungkin menunjukkan kesulitan dengan konsentrasi, memiliki kecemasan, atau mengembangkan masalah perilaku.

Sebagai contoh, satu studi tahun 2012 terhadap taman kanak-kanak menemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya bertengkar atau sering bertengkar lebih mungkin mengalami depresi, kecemasan, dan masalah perilaku pada saat mereka duduk di kelas tujuh.

Studi lain, dari tahun 2015, menemukan bahwa terlalu banyak perselisihan keluarga sebenarnya dapat mulai mengubah otak anak-anak dan membuat mereka memproses emosi mereka secara berbeda. Hal ini menyebabkan mereka menghadapi lebih banyak tantangan sosial di kemudian hari.
 

Hal yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah keburukan terjadi


- Pertama-tama, ketahuilah bahwa satu argumen tidak akan merusak anak selamanya. Namun , jika argumen terus berulang maka resiko itu bisa saja terjadi.

- Bahkan, perselisihan bisa menjadi kesempatan belajar bagi anak-anak jika dilakukannya dengan baik dan benar: Ini bisa mengajari mereka resolusi konflik yang sehat.

- Kuncinya adalah menjadi panutan yang baik

- Sangat penting untuk membiarkan anak melihat kamu menyelesaikan sesuatu

- Pastikan untuk menghubungi anak kamu setelah mereka menyaksikan pertengkaran

- Jika kamu kesulitan dalam rumah tangga, pertimbangkan terapi pasangan


Nandhita Nur Fadjriah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(YDH)

MOST SEARCH