FAMILY
Mengulik Fakta di Balik MPASI Fortifikasi, Begini Penjelasan Para Ahli
Mia Vale
Kamis 05 Oktober 2023 / 08:00
Jakarta: Melihat pertumbuhan dan perkembangan bayi merupakan momen yang tidak bisa diulang. Mulai dari si kecil diberikan ASI yang notabene makanan terbaik untuknya, sampai memperkenalkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) saat dia berumur enam bulan.
Ya, sejak bayi mulai memasuki usia enam bulan asupan ASI saja tidak cukup untuk tumbuh kembangnya. Itulah mengapa bayi membutuhkan nutrisi tambahan dari MPASI. Pemberian MPASI juga dianggap efektif untuk melatih kemampuan bayi mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan.
Dalam mengolah MPASI kadang seorang ibu bingung untuk memastikan kualitas nutrisi makanan. Dari segi pengolahan makanannya saja, sebenarnya cukup sulit memastikan kualitas nutrisi MPASI olahan sendiri. Sementara, bagi Moms yang bekerja, kadang merasa kesulitan untuk menyiapkan MPASI yang dibuat sendiri. Di sinilah MPASI fortifikasi bisa digunakan sebagai alternatif nutrisi pendukung tumbuh kembang bayi.
Pada dasarnya, MPASI fortifikasi sudah ditambahkan vitamin dan mineral sesuai kebutuhan harian. Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bayi berusia 6-24 bulan yang mengonsumsi MPASI fortifikasi mencatat kadar hemoglobin, zat besi, dan ferritinnya (pengikat zat besi) lebih tinggi. Dalam berbagai penelitian lain juga telah dibuktikan bahwa nutrisi fortifikasi dapat mendukung pertumbuhan anak secara positif.

(MPASI dianggap efektif untuk melatih kemampuan bayi mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Masih dilanjutkan oleh Prof. Sugiyono, Moms juga harus mengetahui bahwa makanan pabrik merupakan hasil pengolahan yang mencakup pemasukan, perebusan, pengukusan, dan pengeringan.
Artinya, setelah proses pemasakan, dalam pembuatan makanan pabrikan, dilakukan proses pengeringan yang bertujuan mengeluarkan air dari makanan. Proses inilah yang membuat makanan pabrikan tahan lama atau awet disimpan tanpa mengalami kerusakan atau pembusukan dan kandungan nutrisinya dapat dipertahankan.
Contoh selanjutnya, roti tawar dikeringkan menjadi roti kering, ataupun daging dikeringkan menjadi dendeng. Jadi, makanan pabrikan itu cepat penyajiannya karena sudah dimasak sebelumnya, dan awet karena telah dikeringkan.
Dengan demikian, makanan pabrikan tidak perlu mengandung bahan pengawet karena bentuknya sudah kering sehingga awet dengan sendirinya. Dalam bidang industri, salah satu makanan yang melalui proses pengeringan agar lebih awet adalah makanan bayi yang dikeringkan menjadi MPASI fortifikasi.

(Orang tua sebaiknya bijak dalam menyikapi nutrisi MPASI. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Hal inilah yang membedakan fortifikasi dengan makanan yang diolah di rumah. Proses penambahan vitamin dan mineral ini justru bisa memberi tambahan nutrisi yang sangat sulit dipenuhi tiap harinya, seperti zat besi dan zat gizi mikro lainnya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Penting diketahui Moms, bahwa MPASI fortifikasi dikontrol sangat ketat oleh BPOM, mulai dari bahan baku, proses produksi, kandungan zat gizi, serta keamanannya. BPOM tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.
MPASI fortifikasi yang telah diizinkan beredar di Indonesia oleh BPOM berarti juga telah lolos tahap pengontrolan kualitas sesuai kriteria Codex Alimentarius, sebuah lembaga independen yang membuat standar makanan berbasis sains yang ditetapkan secara kolektif oleh berbagai negara untuk melindungi kesehatan konsumen yang dibentuk oleh FAO/WHO.
Ditekankan oleh Dr. Mas Nugroho, orang tua sebaiknya bijak dalam menyikapi nutrisi MPASI. Ingat, kebutuhan nutrisi anak harus seimbang, terlepas apakah berasal dari nutrisi olahan sendiri atau dibantu oleh nutrisi fortifikasi. Moms juga disarankan untuk terus menambah wawasan terkait tumbuh kembang dari sumber-sumber yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Ya, sejak bayi mulai memasuki usia enam bulan asupan ASI saja tidak cukup untuk tumbuh kembangnya. Itulah mengapa bayi membutuhkan nutrisi tambahan dari MPASI. Pemberian MPASI juga dianggap efektif untuk melatih kemampuan bayi mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan.
MPASI fortifikasi
Berkaitan dengan MPASI, tak jarang Moms meluangkan waktu untuk mengolah sendiri makanan untuk Si kecil. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Mas Nugroho Ardi Santoso, SpA, MKes, hal ini dikarenakan adanya berbagai pertimbangan dan perbedaan pandangan dalam memilih nutrisi MPASI. Ada sebagian yang berpendapat bahwa MPASI yang baik adalah yang diolah sendiri, dan di sisi lain anti terhadap MPASI fortifikasi.Dalam mengolah MPASI kadang seorang ibu bingung untuk memastikan kualitas nutrisi makanan. Dari segi pengolahan makanannya saja, sebenarnya cukup sulit memastikan kualitas nutrisi MPASI olahan sendiri. Sementara, bagi Moms yang bekerja, kadang merasa kesulitan untuk menyiapkan MPASI yang dibuat sendiri. Di sinilah MPASI fortifikasi bisa digunakan sebagai alternatif nutrisi pendukung tumbuh kembang bayi.
Pada dasarnya, MPASI fortifikasi sudah ditambahkan vitamin dan mineral sesuai kebutuhan harian. Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bayi berusia 6-24 bulan yang mengonsumsi MPASI fortifikasi mencatat kadar hemoglobin, zat besi, dan ferritinnya (pengikat zat besi) lebih tinggi. Dalam berbagai penelitian lain juga telah dibuktikan bahwa nutrisi fortifikasi dapat mendukung pertumbuhan anak secara positif.

(MPASI dianggap efektif untuk melatih kemampuan bayi mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Mengapa bisa tahan lama?
Prof. Dr. Ir. Sugiyono, M.AppSc., Pakar Teknologi Pangan sekaligus Anggota Tim Pakar Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM tidak menampik kalau banyak Moms yang mempertanyakan apakah MPASI fortifikasi aman untuk bayi. Pasalnya kita tahu, kalau MPASI fortifikasi termasuk makanan pabrikan dan ada persepsi bahwa makanan pabrikan tidak baik untuk bayi.Masih dilanjutkan oleh Prof. Sugiyono, Moms juga harus mengetahui bahwa makanan pabrik merupakan hasil pengolahan yang mencakup pemasukan, perebusan, pengukusan, dan pengeringan.
Artinya, setelah proses pemasakan, dalam pembuatan makanan pabrikan, dilakukan proses pengeringan yang bertujuan mengeluarkan air dari makanan. Proses inilah yang membuat makanan pabrikan tahan lama atau awet disimpan tanpa mengalami kerusakan atau pembusukan dan kandungan nutrisinya dapat dipertahankan.
Contoh selanjutnya, roti tawar dikeringkan menjadi roti kering, ataupun daging dikeringkan menjadi dendeng. Jadi, makanan pabrikan itu cepat penyajiannya karena sudah dimasak sebelumnya, dan awet karena telah dikeringkan.
Dengan demikian, makanan pabrikan tidak perlu mengandung bahan pengawet karena bentuknya sudah kering sehingga awet dengan sendirinya. Dalam bidang industri, salah satu makanan yang melalui proses pengeringan agar lebih awet adalah makanan bayi yang dikeringkan menjadi MPASI fortifikasi.

(Orang tua sebaiknya bijak dalam menyikapi nutrisi MPASI. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Menghilangkan gizi?
Tidak dipungkiri bahwa proses pengolahan, termasuk saat kita mengolahnya di rumah seperti memasak, dapat merusak sebagian vitamin yang ada pada makanan. Pada makanan fortifikasi, sebagian zat gizi yang rusak atau hilang karena proses pengolahan, dapat diatasi dengan menambahkan vitamin dan mineral pada makanan yang telah diolah.Hal inilah yang membedakan fortifikasi dengan makanan yang diolah di rumah. Proses penambahan vitamin dan mineral ini justru bisa memberi tambahan nutrisi yang sangat sulit dipenuhi tiap harinya, seperti zat besi dan zat gizi mikro lainnya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Penting diketahui Moms, bahwa MPASI fortifikasi dikontrol sangat ketat oleh BPOM, mulai dari bahan baku, proses produksi, kandungan zat gizi, serta keamanannya. BPOM tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.
MPASI fortifikasi yang telah diizinkan beredar di Indonesia oleh BPOM berarti juga telah lolos tahap pengontrolan kualitas sesuai kriteria Codex Alimentarius, sebuah lembaga independen yang membuat standar makanan berbasis sains yang ditetapkan secara kolektif oleh berbagai negara untuk melindungi kesehatan konsumen yang dibentuk oleh FAO/WHO.
Ditekankan oleh Dr. Mas Nugroho, orang tua sebaiknya bijak dalam menyikapi nutrisi MPASI. Ingat, kebutuhan nutrisi anak harus seimbang, terlepas apakah berasal dari nutrisi olahan sendiri atau dibantu oleh nutrisi fortifikasi. Moms juga disarankan untuk terus menambah wawasan terkait tumbuh kembang dari sumber-sumber yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)