FAMILY

Zaman Candu Gadget, Masihkah Ibu Mendongeng untuk Anaknya?

A. Firdaus
Jumat 04 Desember 2020 / 18:10
Jakarta: Masih ingat dengan dongeng legendaris, seekor kancil yang licik dan suka mencuri timun dari kebun sayur Pak Tani? Tentu kita yang sekarang sebagai orang tua pernah mendengarnya dongeng klasik itu.

Dongeng tersebut sangat populer di Indonesia. Pesan moral yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah jangan pantang menyerah saat menghadapi sebuah masalah.

Tapi apakah, dongeng yang kita dengar tersebut pernah kita ceritakan kembali ke anak kita? Terlebih pada masa perkembangan teknologi yang pesat, membuat orang tua dan anak kerap disibukkan dengan gadget.
 

Tradisi mendongeng yang tertelan teknologi


Ada sebuah survei yang diadakan Disney di Inggris pada 2012. Survei diikuti oleh 1.000 orang tua dan kakek-nenek yang memiliki anak atau cucu berusia di bawah enam tahun.

Dari survei tersebut, terungkap hanya 33 persen orang tua di Inggris yang masih sempat membacakan cerita pada anak sebelum tidur. Meskipun jumlah orang tua yang sempat membacakan cerita itu sedikit, setengah dari responden percaya mendongeng adalah saat yang tepat untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama anak-anak mereka. Sementara 47 persen orang tua sebenarnya tahu bahwa anak-anak senang dibacakan dongeng oleh orang tua mereka.

Menurut survei tersebut, sekarang ini sebagian besar orang tua merasa kehabisan waktu untuk membacakan anak-anak mereka sebuah dongeng. Hampir sepertiga orang tua yang menjadi responden mengaku terlalu lelah untuk bercerita, terlebih ketika mereka terlambat pulang kantor dan harus melakukan pekerjaan rumah lainnya.


Sebanyak 40 persen orang tua tidak pernah mendongeng untuk anaknya. (Foto: Pexels)


Dari survei Disney juga terungkap, pada era digital seperti sekarang ini, 67 persen dari orang tua dan kakek-nenek merasa bahwa teknologi modern sudah menghilangkan tradisi mendongeng.

Kondisi orang tua membacakan buku atau mendongeng untuk anak di Indonesia, tidak kalah menyedihkan. Hal itu tampak dari laporan penelitian yang dilakukan dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Amelia Maika, pada 2010.

Penelitian dilakukan pada sejumlah pedesaan di sembilan kabupaten di Indonesia. Dalam laporan hasil penelitian disebutkan, banyak orang tua tidak pernah mendongeng atau membacakan buku cerita untuk anaknya.

Penelitian pada orang tua dengan anak berusia kurang dari empat tahun menyebutkan, sekitar 60 persen orang tua tidak pernah membacakan buku. Sementara 40 persen tidak pernah mendongeng untuk anaknya.
 

Mendongeng mengaktivasi otak anak


Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa, kebiasaan seorang ibu hamil yang gemar membaca akan membantu mengoptimalkan perkembangan otak janin, dan membantu agar anak tumbuh menjadi lebih cerdas.

Ketika anak tersebut lahir dan terus tumbuh hingga besar, kebiasaan membaca seorang ibu akan sangat melekat dalam pikiran mereka. Anak akan meniru kebiasaan tersebut dan mengasah otak mereka untuk terus berpikir.

Pertumbuhan dan perkembangan otak paling pesat adalah ketika anak berusia 2 tahun, karena 'masa emas' ada pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Umumnya hingga usia 5 tahun, kemampuan belajar anak sangat pesat dibandingkan setelahnya.

Membaca memberikan banyak manfaat untuk perkembangan otak anak. Sebab kegiatan membaca menstimulasi hubungan antara sel saraf dalam otak untuk menghantarkan informasi.


Peneliti menemukan aktivasi otak secara signifikan sangat besar ketika anak terlibat dalam membacakan buku cerita. (Foto: Pexels)

Kebiasaan ibu membacakan cerita atau mendongeng dapat membuat anak mengenal banyak karakter manusia, hewan, dan lingkungan sekitarnya. Hal demikian akan melatih daya ingat dan empati anak pada sesama makhluk hidup dan lingkungannya. Kebiasaan membaca yang didapatkan dari ibu dapat mengalihkan perhatian anak dari aktivitas kurang bermanfaat seperti bermain game atau kecanduan gadget.

Riset dari Cincinnati Children's Hospital Medical Centre mengungkapkan, ternyata ada efek sangat baik terhadap otak anak, saat ia mendengarkan cerita dalam sebuah buku. Dengan menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI), peneliti menemukan aktivasi otak secara signifikan sangat besar ketika anak terlibat dalam membacakan buku cerita.
 

Ibu perpustakaan pertama anak


Jelang Hari Ibu ke-90 yang jatuh pada 22 Desember nanti, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) telah menghelat Gerakan Ibu Bangsa Membaca sejak 14 Desember 2018 silam. Ada 26 tokoh perempuan yang berpartisipasi dalam acara ini.

Mereka datang dari kalangan artis, menteri-menteri perempuan, seniman dan komunitas ibu. Partisipan tampil membaca kutipan paragraf pilihan, dari buku-buku koleksi Perpusnas.

Tujuan acara tersebut membangkitkan kesadaran membaca bagi para ibu. Sebab ibu akan menjadi 'perpustakaan' pertama bagi anak-anaknya.

Konstruksi biologis dan psikologis manusia dimulai sejak dini. Dimulainya dari percakapan dan dididik oleh seorang ibu pada anaknya.

Ibu yang banyak membaca memiliki peluang lebih tinggi memiliki anak-anak yang cerdas secara intelektual dan mental. Apakah membacakan cerita atau mendongeng saat ini masih menjadi bagian keseharian ibu untuk anaknya? Semoga masih!

Penulis: Dr. Joko Santoso, M.Hum., adalah Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Perpustakaan Nasional RI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH