FAMILY
Agar Tak Jadi Generasi Galau, Yuk, Pahami Gaya Strawberry Parenting
Mia Vale
Minggu 10 Desember 2023 / 08:00
Jakarta: Bagi sebagian orang, mungkin istilah generasi strawberry/stroberi masih belum terlalu familiar. Namun begitu, tidak ada salahnya bila kita mengenal beragam istilah parenting dalam mendidik anak. Lantas, mengapa dinamakan generasi stroberi?
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang dianggap lemah dan rapuh, seperti halnya stroberi. Mereka dianggap terlalu sensitif dan tidak mampu menangani kesulitan atau kritik.
Generasi ini dicirikan oleh kurangnya ketahanan, kekuatan emosional, dan kemampuan menghadapi kemunduran. Seseorang dengan ciri-ciri tersebut mudah frustrasi, mudah menyerah, dan memiliki toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan.
Meskipun setiap anak adalah unik dan memiliki tantangannya masing-masing, penting para orang tua untuk memahami konteks yang lebih luas dari fenomena ini dan dampaknya terhadap masyarakat. Pola asuh ini diklaim bisa menghasilkan generasi stroberi yang rapuh dan lunak.
.jpg)
(Umumnya orang tua generasi stroberi terlalu protektif dan terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua membuat semua keputusan untuk anak, dan tidak membiarkan mereka mengalami kegagalan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Dari sisi kecerdasan emosional, anak generasi stroberi sering kali sangat emosional dan sensitif, sehingga bisa menimbulkam rasa empati dan emosional yang kuat. Generasi ini mungkin unggul dalam bidang yang memerlukan kreativitas dan imajinasi.
Pasalnya, mereka mampu out of the box dalam berpikir. Kesadaran diri anak-anak genrrasi stroberi juga kuat, karena mereka sering introspektif dan reflektif.
Pada generasi ini umumnya kurang memiliki ketahanan, sehingga sulit bangkit dari kegagalannya. Mengutip laman Mcaresforkids, generasi stroberi juga disinyalir mudah menyerah dan ragu untuk mengambil risiko. Mereka merasa berhak atas hak istimewa tanpa harus berusaha atau bersusah payah mendapatkannya.
Umumnya orang tua generasi stroberi terlalu protektif dan terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua membuat semua keputusan untuk anak, dan tidak membiarkan mereka mengalami kegagalan. atau ketidaknyamanan. Sehingga anak-anak tidak mampu mengembangkan kemandirian.
Orang tua juga sangat menekankan kesuksesan pada sisi akademis. Namun, mereka mengorbankan aspek lain, seperti pertumbuhan sosial atau emosional anak. Lebih memprioritaskan kebahagiaan anak-anak di atas kebutuhan atau keinginan orang tuanya sendiri.
Mereka juga ragu memperkenalkan risiko atau tantangan karena takut akan kegagalan atau bahaya. Untuk membuat anak-anak sibuk dan bahagia, biasanya orang tua generasi stroberi akan memberikan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, seperti ponsel atau tablet.
Boleh dibilang, munculnya generasi ini, sebenarnya disebabkan karena pola asuh orang tua juga. Pasalnya terkadang orang tua cenderung memberikan apa yang diminta anak-anaknya.
Strawberry parents kerap lebih royal saat memberi hadiah dalam bentuk materi. Ingat, orang tua harus berperan agar anaknya menjadi generasi yang lebih baik dari dirinya.
Jangan terlalu memanjakan anak dengan berlebihan dan jelaskan pada anak, bahwa ia harus menerima konsekuensi saat melakukan kesalahan. Jangan takut akan kegagalan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang dianggap lemah dan rapuh, seperti halnya stroberi. Mereka dianggap terlalu sensitif dan tidak mampu menangani kesulitan atau kritik.
Generasi ini dicirikan oleh kurangnya ketahanan, kekuatan emosional, dan kemampuan menghadapi kemunduran. Seseorang dengan ciri-ciri tersebut mudah frustrasi, mudah menyerah, dan memiliki toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan.
Meskipun setiap anak adalah unik dan memiliki tantangannya masing-masing, penting para orang tua untuk memahami konteks yang lebih luas dari fenomena ini dan dampaknya terhadap masyarakat. Pola asuh ini diklaim bisa menghasilkan generasi stroberi yang rapuh dan lunak.
.jpg)
(Umumnya orang tua generasi stroberi terlalu protektif dan terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua membuat semua keputusan untuk anak, dan tidak membiarkan mereka mengalami kegagalan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
1. Kelebihan generasi stroberi
Dari sisi kecerdasan emosional, anak generasi stroberi sering kali sangat emosional dan sensitif, sehingga bisa menimbulkam rasa empati dan emosional yang kuat. Generasi ini mungkin unggul dalam bidang yang memerlukan kreativitas dan imajinasi.
Pasalnya, mereka mampu out of the box dalam berpikir. Kesadaran diri anak-anak genrrasi stroberi juga kuat, karena mereka sering introspektif dan reflektif.
2. Kelemahan generasi stroberi
Pada generasi ini umumnya kurang memiliki ketahanan, sehingga sulit bangkit dari kegagalannya. Mengutip laman Mcaresforkids, generasi stroberi juga disinyalir mudah menyerah dan ragu untuk mengambil risiko. Mereka merasa berhak atas hak istimewa tanpa harus berusaha atau bersusah payah mendapatkannya.
3. Ciri orang tua pola asuh stroberi
Umumnya orang tua generasi stroberi terlalu protektif dan terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua membuat semua keputusan untuk anak, dan tidak membiarkan mereka mengalami kegagalan. atau ketidaknyamanan. Sehingga anak-anak tidak mampu mengembangkan kemandirian.
Orang tua juga sangat menekankan kesuksesan pada sisi akademis. Namun, mereka mengorbankan aspek lain, seperti pertumbuhan sosial atau emosional anak. Lebih memprioritaskan kebahagiaan anak-anak di atas kebutuhan atau keinginan orang tuanya sendiri.
Mereka juga ragu memperkenalkan risiko atau tantangan karena takut akan kegagalan atau bahaya. Untuk membuat anak-anak sibuk dan bahagia, biasanya orang tua generasi stroberi akan memberikan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, seperti ponsel atau tablet.
Boleh dibilang, munculnya generasi ini, sebenarnya disebabkan karena pola asuh orang tua juga. Pasalnya terkadang orang tua cenderung memberikan apa yang diminta anak-anaknya.
Strawberry parents kerap lebih royal saat memberi hadiah dalam bentuk materi. Ingat, orang tua harus berperan agar anaknya menjadi generasi yang lebih baik dari dirinya.
Jangan terlalu memanjakan anak dengan berlebihan dan jelaskan pada anak, bahwa ia harus menerima konsekuensi saat melakukan kesalahan. Jangan takut akan kegagalan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)