FAMILY

Bagaimana Cara Merespons Saat Balita Memukul?

Medcom
Minggu 10 Agustus 2025 / 10:00
Jakarta: Merespons perilaku agresif seperti memukul pada balita bisa menjadi tantangan bagi orang tua. Penting untuk menangani situasi ini dengan bijak agar anak dapat belajar mengelola emosi dan berinteraksi dengan baik.

Erin Heger dalam Babycenter membagikan cara-cara yang bisa dilakukan untuk merespons saat balita memukul.

Baca juga: 6 Tips agar Balita Tidak Histeris saat Potong Rambut


Berikut adalah tips untuk mengelola perilaku memukul dan menggigit pada balita:
 

1. Usahakan untuk tetap tenang


Berteriak, memukul, atau memarahi anak bahwa tindakannya adalah salah tidak akan membuat anak mengerti dan mengubah perilakunya menjadi lebih baik. 

Bahkan, hal tersebut hanya akan membuat balita menjadi lebih marah dari sebelumnya. Namun, dengan mencontohkan pengendalian emosi akan membuat balita dapat mengendalikan emosinya sendiri.
 

2. Menerapkan batas yang jelas



(Menekankan kepada balita bahwa merasa marah adalah hal yang wajar, tetapi balita tidak boleh melampiaskan amarahnya dengan cara memukul, menendang, atau menggigit. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Melerai saat balita menyakiti atau memukul orang lain. Jauhkan balita dari situasi tersebut untuk sementara waktu yang biasanya disebut time out.

Biasanya jika balita tersebut berumur 2 tahun waktu yang dibutuhkannya adalah 2 menit. Begitu pula saat usianya 3 tahun berarti waktunya ada 3 menit.

Time out berfungsi agar anak memiliki waktu untuk menenangkan diri. Para orang tua dapat melakukan distraksi lain, seperti merobek kertas atau mencoret di buku agar balita dapat mengendalikan emosinya. Hal ini juga dapat mengembangkan regulasi emosi balita.
 

3. Memberikan konsekuensi yang logis


Jika saat mandi bola di playground balita kedapatan melempar bola ke anak lain, segera mengeluarkannya dari area bermain tersebut dan beri konsekuensi dengan mengatakan ia boleh masuk jika berjanji untuk tidak melempar bola ke anak lain lagi.
 

4. Mendisiplinkan balita secara konsisten


Sebisa mungkin para orang tua harus menanggapi setiap insiden dengan cara yang sama. Jika balita melihat respons yang sama di setiap insiden, mereka akan memprediksi dan membentuk pola sehingga ia dapat mengetahui konsekuensi yang akan diberikan oleh orang tuanya.

Konsistensi akan membantu balita untuk membangun koneksi otak yang menjadi bagian penting untuk mendukung perkembangan regulasi emosi anak.
 

5. Menghindari memberikan hukuman memakai kekerasan


Hukuman dengan kekerasan, seperti memukul akan membuat anak mencontoh perilaku orang tua. Akibatnya, perilaku tersebut akan digunakan juga kepada orang lain.

Melakukan kekerasaan fisik, seperti memukul mengajarkan balita memiliki perilaku agresif, sehingga ia tidak akan menanamkan regulasi emosinya dengan baik. Selain itu, kekerasan fisik dapat merusak perkembangan otak dan kesehatan mental balita.

Menekankan kepada balita bahwa merasa marah adalah hal yang wajar, tetapi balita tidak boleh melampiaskan amarahnya dengan cara memukul, menendang, atau menggigit.

Ajarkan kepada balita untuk mencari cara yang lebih efektif, seperti menggunakan kata kata atau mengobrol dengan orang tua untuk melampiaskannya.

Baca juga: Hari Anak Nasional 2025, IDAI: Pentingnya Pemerataan Akses Layanan Kesehatan Anak

Selain itu, mengajarkan balita untuk meminta maaf juga disarankan agar dapat belajar dari hal tersebut jika balita membuat kesalahan, maka wajib baginya untuk meminta maaf.


Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH