FAMILY

Risiko Obesitas pada Anak tergantung dari Pola Makan

A. Firdaus
Jumat 10 Maret 2023 / 20:18
Jakarta: Masih banyak anggapan bahwa anak gemuk itu lucu dan menggemaskan. Anggapan demikian cenderung membuat orang tua berusaha menggemukkan anaknya.

Tanpa sadar, orang tua mungkin menerapkan pola asuh yang kurang tepat. Sehingga anak memiliki persepsi yang salah tentang makanan.

Penting bagi orang tua untuk menerapkan kebiasaan makan yang baik sejak dini. Idealnya, ini dimulai sejak si Kecil melewati masa ASI eksklusif dan mulai mendapat MPASI (makanan pendamping ASI) di usia 6 bulan.

"Asupan makanan tambahan akan menentukan pertumbuhan anak," ujar Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti Sp.A(K).

Baru-baru ini, mencuat kasus anak berusia 16 bulan yang mengalami obesitas. Kental manis dituding menjadi penyebabnya. Menurut dr. Frida, tidak ada satu makanan tunggal yang bikin gemuk.

"Tidak ada. Prinsipnya adalah makanan yang masuk berlebihan, dan hanya sedikit yang dikeluarkan," tandasnya.

Pada dasarnya, semua bahan makanan boleh-boleh saja dikonsumsi, asalkan sesuai dengan peruntukan usia, dan tidak berlebihan. Yang perlu diperhatikan, dalam parenting, orang tua pun harus memiliki kebiasaan yang baik terkait makanan.

Misalnya, cermat membaca label. Pada label kental manis, sudah tertulis bahwa produk tersebut tidak untuk menggantikan ASI, tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan, dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.

Tak perlu menyalahkan ibu maupun keluarga dari bayi yang mengalami obesitas. Sebaliknya, kita bisa menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran dan refleksi mengenai pola asuh yang kita terapkan kepada anak.
 

Pola makan sehat dimulai dari keluarga


"Anak gemuk itu bukannya lucu. Pasti akan menimbulkan komplikasi. Misalnya diabetes, kolesterol tinggi, hingga perlemakan hati dini. Dalam jangka panjang, akan menyebabkan kegagalan hati," tutur dr. Frida.

Orang tua harus terus memantau berat badan dan tumbuh kembang anak sejak bayi, dengan kurva pertumbuhan. Melalui kurva ini, akan terlihat bagaimana penambahan berat badan bayi/anak; apakah sesuai dengan tinggi badan maupun usianya.

Waspada bila berat badan si Kecil menurut tinggi badannya +2 SD (standar deviasi), yang menunjukkan bahwa ia sudah mengalami kegemukan. Bila angkanya mencapai +3 SD, maka si Kecil tergolong obesitas.

Ditekankan oleh dr. Frida, menurunkan berat badan anak yang gemuk atau obes bukan dengan cara diet ketat dan melarang anak makan makanan tertentu.

“Apalagi sampai mengurangi jumlah kalori secara drastis, karena akan membuat anak craving atau kelaparan. Akhirnya, terjadi efek yoyo,” jelasnya.

Yang dibutuhkan adalah mengembalikan pola makan sesuai kebutuhan kalori yang normal. Pertama-tama, buatlah jadwal makan teratur. Terdiri dari tiga kali makan besar (sarapan, makan siang, makan malam), serta dua kali selingan.

"Paling bagus adalah menu yang berwarna-warni dalam satu piring. Kalau berwarna-warni pasti sehat karena ada warna sayuran," papar dr. Frida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH