FAMILY
Mitos atau Fakta, Sering Berhubungan Seks Tingkatkan Peluang Hamil
Raka Lestari
Sabtu 25 Desember 2021 / 19:05
Jakarta: Masa-masa ovulasi sering dianggap sebagai masa di mana terjadinya peluang lebih besar untuk bisa terjadi kehamilan. Namun nyatanya tidak selalu demikian.
Bagi kamu yang ingin mendapatkan kehamilan, mungkin tidak selalu harus melakukan hubungan seks di masa-masa ovulasi. Asisten profesor di University of Nebraska-Lincoln, Tierney Lorenz mengatakan, itu adalah mitos bahwa wanita harus merencanakan seks hanya sekitar ovulasi.
Faktanya, banyak wanita sehat tidak berovulasi setiap 28 hari. Di mana 28 hari merupakan panjang rata-rata siklus wanita pada umumnya.
Penelitian Lorenz menunjukkan perilaku seksual wanita memengaruhi produksi hormon mereka. Lorenz mengatakan bahwa hormon, yang bertindak sebagai pembawa pesan untuk membantu otak dan organ lain bekerja sama sangat 'cerdik'.
“Bagi sebagian orang, hormon mereka dapat sedikit mengubah cara mereka bertindak, atau meningkatkan kemungkinan beberapa perilaku dan fungsi tubuh,” kata Lorenz.
"Pada dasarnya, aktif secara seksual tampaknya memicu tingkat ovulasi yang lebih tinggi. Dan ini juga akan meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya kehamilan," sambungnya.
Selain itu, Lorenz dan timnya mengatakan, melakukan hubungan seksual secara merata selama seluruh siklus menstruasi, yang berlangsung sekitar 28 hari, lebih penting daripada melakukan hubungan seksual hanya pada masa-masa ovulasi saja.
Menurut Lorenz, wanita yang 'sering' dan aktif secara seksual selama dua minggu pertama siklus menstruasi, lebih mungkin memicu ovulasi daripada wanita yang tidak sering berhubungan seks selama jangka waktu tersebut.
Lorenz menambahkan bahwa melakukan hubungan seks yang sangat intens selama dua minggu terakhir dari siklus menstruasi wanita, justru tidak akan berdampak apapun terhadap terjadinya ovulasi.
"Jadi bagi orang-orang yang mencoba untuk hamil, yang mencoba untuk meningkatkan tingkat ovulasi mereka, mengatur waktu aktivitas seksual lebih sering daripada hanya melakukannya di masa-masa ovulasi, bisa meningkatkan peluang untuk terjadinya kehamilan,” tutup Lorenz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Bagi kamu yang ingin mendapatkan kehamilan, mungkin tidak selalu harus melakukan hubungan seks di masa-masa ovulasi. Asisten profesor di University of Nebraska-Lincoln, Tierney Lorenz mengatakan, itu adalah mitos bahwa wanita harus merencanakan seks hanya sekitar ovulasi.
Faktanya, banyak wanita sehat tidak berovulasi setiap 28 hari. Di mana 28 hari merupakan panjang rata-rata siklus wanita pada umumnya.
Orang yang berhubungan seks lebih sering cenderung lebih sering berovulasi
Penelitian Lorenz menunjukkan perilaku seksual wanita memengaruhi produksi hormon mereka. Lorenz mengatakan bahwa hormon, yang bertindak sebagai pembawa pesan untuk membantu otak dan organ lain bekerja sama sangat 'cerdik'.
“Bagi sebagian orang, hormon mereka dapat sedikit mengubah cara mereka bertindak, atau meningkatkan kemungkinan beberapa perilaku dan fungsi tubuh,” kata Lorenz.
"Pada dasarnya, aktif secara seksual tampaknya memicu tingkat ovulasi yang lebih tinggi. Dan ini juga akan meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya kehamilan," sambungnya.
Selain itu, Lorenz dan timnya mengatakan, melakukan hubungan seksual secara merata selama seluruh siklus menstruasi, yang berlangsung sekitar 28 hari, lebih penting daripada melakukan hubungan seksual hanya pada masa-masa ovulasi saja.
Menurut Lorenz, wanita yang 'sering' dan aktif secara seksual selama dua minggu pertama siklus menstruasi, lebih mungkin memicu ovulasi daripada wanita yang tidak sering berhubungan seks selama jangka waktu tersebut.
Lorenz menambahkan bahwa melakukan hubungan seks yang sangat intens selama dua minggu terakhir dari siklus menstruasi wanita, justru tidak akan berdampak apapun terhadap terjadinya ovulasi.
"Jadi bagi orang-orang yang mencoba untuk hamil, yang mencoba untuk meningkatkan tingkat ovulasi mereka, mengatur waktu aktivitas seksual lebih sering daripada hanya melakukannya di masa-masa ovulasi, bisa meningkatkan peluang untuk terjadinya kehamilan,” tutup Lorenz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)