FAMILY
Respons Veronica Tan Soal Perempuan Childfree, dan Begini Kata Psikolog
Medcom
Senin 18 November 2024 / 22:04
Jakarta: Badan Pusat Stastistik mencatat 71 ribu perempuan enggan memiliki anak dengan beragam macam faktor, kesanggupan ekonomi hingga fokus karier. Kasus-kasus tersebut lebih banyak ditemukan di Pulau Jawa dengan dominasi domisili DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Banten.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan memberikan tanggapan terkait survei terbaru itu.
Dalam artikel berjudul "Wamen PPPA Tanggapi Data 71 Ribu Perempuan Indonesia Memilih Childfree", Veronica mengatakan, "Jadi kalau untuk perempuan yang sudah teredukasi, mereka ngerti bahwa anak itu menjadi sebuah beban kalau kita tidak memberikan yang terbaik dengan kualitas," ungkap Veronica Tan saat ditemui di Jakarta Barat, Kamis, 14 November 2024.
Menurutnya, keinginan untuk enggan memiliki anak atau biasa dikenal dengan istilah childfree ini tidak jarang muncul dari wanita yang memiliki pendidikan tinggi. Namun, masih banyak pula wanita yang menganut 'banyak anak, banyak rezeki'.
Veronica melanjutkan bahwa wanita yang memiliki pendidikan tinggi, setidaknya mengerti untuk memiliki anak adalah tanggung jawab yang besar. Pun, jika tak yang teredukasi dengan baik, akan selalu muncul fenomena pernikahan dini.
"Akhirnya mereka memilih, saya saja enggak bisa kasih kualitas saya dengan baik, ngapain saya punya anak. Mungkin itu beda kalau ibu-ibu yang tidak teredukasi, perempuan yang tidak teredukasi, itu kan terjadi pernikahan dini," lanjutnya.
.jpg)
(Mety Tri Nurnuzulawati SPsi MSi Psikolog mengatakan, sebelum memutuskan untuk menikah, teman-teman bisa melakukan konseling pranikah kemudian parenting. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Dalam artikel "Menilik Fenomena Childfree dari Sudut Pandang Psikologi" yang ditulis oleh Sela Septi Dwi Arista, dan disunting oleh Nuri Hermawan via Unair News, Mety Tri Nurnuzulawati SPsi MSi Psikolog menjabarkan setidaknya ada empat alasan umum seseorang memilih childfree.
1. Alasan ekonomi yang mana mempunyai anak akan menambah biaya hidup
2. Ketidaksiapan mental bahkan trauma masa kecil karena pola asuh dan pola hidup dalam keluarga yang toxic
3. Alasan personal yang menganggap anak sebagai beban dan penghambat kesuksesan karier baik bagi suami maupun istri
4. Bumi yang mengalami over populasi sehingga childree menjadi pilihan untuk menstabilkan jumlah penduduk
Dalam sudut pandang psikologi, Psikolog Mety menghubungkan fenomena childfree dengan tahap perkembangan psikososial generativitas versus stagnasi yang dikemukakan psikolog Erik Erikson.
Ia menuturkan keputusan memiliki anak merupakan bentuk kontribusi diri untuk generasi selanjutnya atau disebut generativitas.
“Generativitas mengacu pada membuat kontribusi pada diri dan memberikan makna di dunia dengan merawat orang lain serta menciptakan dan mencapai hal-hal yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” jelas pemilik Your Mind Consulting itu.
Di sisi lain, ia menyebut seseorang yang memilih childfree ketika memasuki usia 40 hingga 65 tahun dapat berada dalam kondisi stagnasi, yaitu kegagalan untuk menemukan cara dalam berkontribusi di masyarakat.
Akibatnya, lanjut Mety, mereka merasa terputus dengan menarik diri dari komunitas maupun masyarakat secara keseluruhan.
Dalam paparannya ia berpesan, “Sebelum memutuskan untuk menikah, teman-teman bisa melakukan konseling pranikah kemudian parenting."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan memberikan tanggapan terkait survei terbaru itu.
Dalam artikel berjudul "Wamen PPPA Tanggapi Data 71 Ribu Perempuan Indonesia Memilih Childfree", Veronica mengatakan, "Jadi kalau untuk perempuan yang sudah teredukasi, mereka ngerti bahwa anak itu menjadi sebuah beban kalau kita tidak memberikan yang terbaik dengan kualitas," ungkap Veronica Tan saat ditemui di Jakarta Barat, Kamis, 14 November 2024.
Menurutnya, keinginan untuk enggan memiliki anak atau biasa dikenal dengan istilah childfree ini tidak jarang muncul dari wanita yang memiliki pendidikan tinggi. Namun, masih banyak pula wanita yang menganut 'banyak anak, banyak rezeki'.
Veronica melanjutkan bahwa wanita yang memiliki pendidikan tinggi, setidaknya mengerti untuk memiliki anak adalah tanggung jawab yang besar. Pun, jika tak yang teredukasi dengan baik, akan selalu muncul fenomena pernikahan dini.
"Akhirnya mereka memilih, saya saja enggak bisa kasih kualitas saya dengan baik, ngapain saya punya anak. Mungkin itu beda kalau ibu-ibu yang tidak teredukasi, perempuan yang tidak teredukasi, itu kan terjadi pernikahan dini," lanjutnya.
Alasan childfree menurut psikolog
.jpg)
(Mety Tri Nurnuzulawati SPsi MSi Psikolog mengatakan, sebelum memutuskan untuk menikah, teman-teman bisa melakukan konseling pranikah kemudian parenting. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Dalam artikel "Menilik Fenomena Childfree dari Sudut Pandang Psikologi" yang ditulis oleh Sela Septi Dwi Arista, dan disunting oleh Nuri Hermawan via Unair News, Mety Tri Nurnuzulawati SPsi MSi Psikolog menjabarkan setidaknya ada empat alasan umum seseorang memilih childfree.
1. Alasan ekonomi yang mana mempunyai anak akan menambah biaya hidup
2. Ketidaksiapan mental bahkan trauma masa kecil karena pola asuh dan pola hidup dalam keluarga yang toxic
3. Alasan personal yang menganggap anak sebagai beban dan penghambat kesuksesan karier baik bagi suami maupun istri
4. Bumi yang mengalami over populasi sehingga childree menjadi pilihan untuk menstabilkan jumlah penduduk
Psikososial generativitas versus stagnasi
Dalam sudut pandang psikologi, Psikolog Mety menghubungkan fenomena childfree dengan tahap perkembangan psikososial generativitas versus stagnasi yang dikemukakan psikolog Erik Erikson.
Ia menuturkan keputusan memiliki anak merupakan bentuk kontribusi diri untuk generasi selanjutnya atau disebut generativitas.
“Generativitas mengacu pada membuat kontribusi pada diri dan memberikan makna di dunia dengan merawat orang lain serta menciptakan dan mencapai hal-hal yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” jelas pemilik Your Mind Consulting itu.
Di sisi lain, ia menyebut seseorang yang memilih childfree ketika memasuki usia 40 hingga 65 tahun dapat berada dalam kondisi stagnasi, yaitu kegagalan untuk menemukan cara dalam berkontribusi di masyarakat.
Akibatnya, lanjut Mety, mereka merasa terputus dengan menarik diri dari komunitas maupun masyarakat secara keseluruhan.
Dalam paparannya ia berpesan, “Sebelum memutuskan untuk menikah, teman-teman bisa melakukan konseling pranikah kemudian parenting."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)