Veronica menyampaikan hal tersebut dalam acara yang mempertemukan hampir 300 Tanoto Scholars (sebutan untuk penerima beasiswa TELADAN Tanoto Foundation) dari seluruh Indonesia ini, Veronica menekankan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjadi manusia utuh di era digital yang penuh distraksi.
“Akal itu intellect, kemampuan. Kita bisa punya IQ tinggi, tapi itu harus ditempelin dengan budi. Artinya, akal budi itu tidak bisa dipisahkan,” ujar Veronica dalam siaran persnya, Kamis, 31 Juli 2025.
Julukan generasi strawberry pertama kali mencuat di Taiwan dan digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang tampak hebat namun cepat ‘memar’ ketika menghadapi tekanan. Fenomena ini kini mencuat di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Mental Remaja Indonesia tahun 2024, ditemukan bahwa sebanyak 15,5 juta remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, setara dengan sekitar 34,9 persen dari total jumlah remaja di Indonesia. Sementara itu, Riskesdas 2023 menunjukkan sekitar 2 persen penduduk usia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia.
Data ini menempatkan Indonesia pada risiko masyarakat rapuh secara mental, terutama di kalangan Gen Z. Tekanan akademik, paparan media sosial, dan ekspektasi sosial yang tinggi menjadi beberapa faktor penyebabnya. Generasi muda hari ini tumbuh dalam lanskap digital yang begitu cepat dan tak selalu ramah.
Meski demikian, Veronica meyakini, mereka memiliki kapasitas luar biasa untuk beradaptasi dan berkembang, asal mampu menjaga keseimbangan antara logika dan nurani.
“Kalian sekarang jauh lebih terpapar informasi dari berbagai sumber. Resiliensi kalian harus lebih kuat dari generasi kami dulu. Jangan biarkan emosi kalian melebihi akal sehat,” ujarnya
Veronica juga menyoroti pentingnya kemampuan generasi muda untuk menyeleksi informasi dan konten yang mereka konsumsi setiap hari. Ia menyebut paparan konten yang bersifat sensasional dan emosional di media sosial sebagai tantangan tersendiri dalam menjaga ketenangan batin dan kejernihan berpikir.
Alih-alih mengikuti arus konten viral yang tak mendidik, ia mendorong mahasiswa untuk memperkaya diri dengan bacaan bermutu, refleksi moral, dan dialog yang berlandaskan nilai. “Kalau mau jadi champion of good, carilah bacaan yang berkualitas. Keseimbangan antara emosi dan akal budi itu penting. Jangan sampai kehilangan akal hanya karena emosi sesaat,” tuturnya.
Pesannya sederhana namun kuat: jadikan hati nurani sebagai kompas moral, dan gunakan akal budi sebagai alat navigasi. Ini adalah fondasi penting bagi generasi muda agar tidak larut dalam gelombang dunia maya yang deras.
Selain penguatan nilai individual, Veronica juga menekankan pentingnya komunitas dan dukungan sosial dalam membentuk karakter dan semangat perubahan. Dalam pandangannya, seseorang tidak bisa menjadi agen perubahan sendirian. “Kalau kita punya teman yang mendukung moral dan pemikiran kita, satu orang saja bisa memberi dampak. Tapi kalau seribu orang bergerak bersama, dampaknya bisa jauh lebih besar,” katanya.
Baca juga: TSG 2025, Jembatani Kesenjangan Lulusan Perguruan Tinggi dengan Dunia Kerja |
Ia mengajak Tanoto Scholars untuk membangun solidaritas di tengah tantangan zaman, terutama dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan integritas yang saat ini justru semakin dibutuhkan. Salah satu poin penting dari pidato Veronica adalah seruan untuk speak up.
Menurutnya, generasi muda harus berani menyuarakan nilai-nilai kebaikan yang mereka yakini. Di tengah dominasi konten negatif dan destruktif di media sosial, suara yang berpihak pada moralitas tidak boleh diam. “Kalau memang kita harus speak up on behalf of the morality, maka kita harus lakukan. Ini cara kita membuat perubahan,” ujarnya.
Dalam konteks inilah, peran Tanoto Scholars sebagai pemimpin muda masa depan diuji. Mereka tak hanya ditantang untuk unggul secara akademik, tetapi juga membawa nilai—dalam sikap, perkataan, dan tindakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id