FAMILY
Mengenal Kejang (Sawan) pada Bayi, Penyebab hingga Penanganannya
Mia Vale
Rabu 04 Juni 2025 / 19:04
Jakarta: Mendengar kata sawan pada bayi, banyak orang tua yang mengaitkannya dengan hal-hal mistis. Misal, untuk menghindari sawan bayi, jangan bawa bayi melayat ke rumah orang meninggal karena dipercaya ia bisa melihat arwah atau makhluk halus yang ada di sana, yang kemudian menyebabkan sawan.
Akibatnya, tidak jarang sawan pada bayi diberi penanganan yang kurang tepat.
Baca juga: Jangan Sembarang Ayun atau Mengguncang Bayi, Shaken Baby Syndrome Akibatnya!
Istilah sawan sendiri sebenarnya tidak ada di dalam dunia medis. Sebaliknya, secara medis, kondisi ini disebut dengan kejang.
Sawan atau kejang adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya satu atau beberapa bagian otak yang menerima sinyal dari sel saraf secara berlebihan, sehingga mengganggu sinyal normal otak.
Kondisi yang ditandai dengan aktivitas listrik abnormal di otak ini menyebabkan perubahan sementara pada gerakan, perilaku, tingkat kesadaran, atau sensasi bayi.
Kejang pada bayi bisa terlihat sangat menakutkan, tetapi penting untuk diingat bahwa tidak semua kejang berbahaya dan sebagian besar dapat ditangani dengan baik.
.jpg)
(Jika si kecil sedang mengalami demam tinggi dan memiliki riwayat kejang demam, cobalah berikan obat pereda demam, seperti paracetamol dan juga bisa memberikan kompres air hangat untuk meredakan demamnya, utamanya di lipatan paha dan ketiak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Gejala sawan pada bayi dapat bervariasi bergantung pada jenis kejang yang dialami. Beberapa gejala umum ini diterangkan oleh dr. Erlin SpA melalui Halodoc, meliputi:
- Gerakan menyentak atau kaku pada lengan dan kaki
- Mata mendelik atau berkedip-kedip tidak terkontrol
- Hilang kesadaran sementara
- Mengeluarkan air liur berlebihan
- Perubahan warna kulit (pucat atau kebiruan)
- Bernapas tidak teratur
- Lidah tergigit
Pada beberapa kasus, bayi mungkin hanya mengalami perubahan perilaku yang halus, seperti tatapan kosong atau gerakan mengunyah tanpa suara.
Sawan lebih sering dialami oleh bayi berusia 12—18 bulan. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan sawan pada bayi. Beberapa penyebab umum meliputi:
- Demam tinggi, penyebab paling umum sawan pada bayi, terutama saat demam naik dengan cepat, umum terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun
- Infeksi otak seperti meningitis atau ensefalitis dapat menyebabkan kejang
- Gangguan Metabolik, seperti kadar gula darah rendah (hipoglikemia) atau kadar natrium yang tidak seimbang, dapat memicu kejang
- Cedera kepala bisa menyebabkan kerusakan otak dan memicu kejang
- Kondisi Genetik, seperti sindrom Dravet, dapat meningkatkan risiko kejang pada bayi
- Kekurangan oksigen saat lahir atau perdarahan di otak dapat menyebabkan kejang
- Epilepsi, gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan kejang berulang
Pada kebanyakan kasus, sawan atau kejang pada bayi akan reda dengan sendirinya dalam beberapa menit. Jika bayi mengalami kejang, usahakan untuk tetap tenang. Dilansir dari Hello Sehat, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memaparkan cara-cara yang bisa Moms lakukan.
- Baringkan tubuh bayi pada salah satu sisi tubuhnya di atas permukaan yang datar dan lembut, sehingga tidak akan jatuh
- Hitung durasi terjadinya kejang
- Terus awasi dan tenangkan bayi
- Singkirkan benda yang tajam dan keras di sekitar bayi
- Kendurkan pakaian bayi yang terlalu ketat
- Jangan menahan bayi untuk bergerak
- Jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut bayi
Meski penanganan di atas sudah dilakukan, tetap perhatikan perkembangan kondisi bayi.
Baca juga: Ketika Bayi Merasa Cemas dengan Orang yang Tak Dikenalnya
Kejang pada bayi adalah kondisi yang perlu diwaspadai, tetapi sering kali dapat ditangani dengan baik. Pentingnya memahami penyebab, gejala, dan penanganan yang tepat agar dapat memberikan pertolongan pertama yang efektif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Segera periksa ke dokter jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau sering kambuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Akibatnya, tidak jarang sawan pada bayi diberi penanganan yang kurang tepat.
Baca juga: Jangan Sembarang Ayun atau Mengguncang Bayi, Shaken Baby Syndrome Akibatnya!
Istilah sawan sendiri sebenarnya tidak ada di dalam dunia medis. Sebaliknya, secara medis, kondisi ini disebut dengan kejang.
Sawan atau kejang adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya satu atau beberapa bagian otak yang menerima sinyal dari sel saraf secara berlebihan, sehingga mengganggu sinyal normal otak.
Penyebab sawan atau kejang
Kondisi yang ditandai dengan aktivitas listrik abnormal di otak ini menyebabkan perubahan sementara pada gerakan, perilaku, tingkat kesadaran, atau sensasi bayi.
Kejang pada bayi bisa terlihat sangat menakutkan, tetapi penting untuk diingat bahwa tidak semua kejang berbahaya dan sebagian besar dapat ditangani dengan baik.
Gejala kejang pada bayi
.jpg)
(Jika si kecil sedang mengalami demam tinggi dan memiliki riwayat kejang demam, cobalah berikan obat pereda demam, seperti paracetamol dan juga bisa memberikan kompres air hangat untuk meredakan demamnya, utamanya di lipatan paha dan ketiak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Gejala sawan pada bayi dapat bervariasi bergantung pada jenis kejang yang dialami. Beberapa gejala umum ini diterangkan oleh dr. Erlin SpA melalui Halodoc, meliputi:
- Gerakan menyentak atau kaku pada lengan dan kaki
- Mata mendelik atau berkedip-kedip tidak terkontrol
- Hilang kesadaran sementara
- Mengeluarkan air liur berlebihan
- Perubahan warna kulit (pucat atau kebiruan)
- Bernapas tidak teratur
- Lidah tergigit
Pada beberapa kasus, bayi mungkin hanya mengalami perubahan perilaku yang halus, seperti tatapan kosong atau gerakan mengunyah tanpa suara.
Penyebab kejang pada bayi
Sawan lebih sering dialami oleh bayi berusia 12—18 bulan. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan sawan pada bayi. Beberapa penyebab umum meliputi:
- Demam tinggi, penyebab paling umum sawan pada bayi, terutama saat demam naik dengan cepat, umum terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun
- Infeksi otak seperti meningitis atau ensefalitis dapat menyebabkan kejang
- Gangguan Metabolik, seperti kadar gula darah rendah (hipoglikemia) atau kadar natrium yang tidak seimbang, dapat memicu kejang
- Cedera kepala bisa menyebabkan kerusakan otak dan memicu kejang
- Kondisi Genetik, seperti sindrom Dravet, dapat meningkatkan risiko kejang pada bayi
- Kekurangan oksigen saat lahir atau perdarahan di otak dapat menyebabkan kejang
- Epilepsi, gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan kejang berulang
Cara mengatasi kejang
Pada kebanyakan kasus, sawan atau kejang pada bayi akan reda dengan sendirinya dalam beberapa menit. Jika bayi mengalami kejang, usahakan untuk tetap tenang. Dilansir dari Hello Sehat, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memaparkan cara-cara yang bisa Moms lakukan.
- Baringkan tubuh bayi pada salah satu sisi tubuhnya di atas permukaan yang datar dan lembut, sehingga tidak akan jatuh
- Hitung durasi terjadinya kejang
- Terus awasi dan tenangkan bayi
- Singkirkan benda yang tajam dan keras di sekitar bayi
- Kendurkan pakaian bayi yang terlalu ketat
- Jangan menahan bayi untuk bergerak
- Jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut bayi
Meski penanganan di atas sudah dilakukan, tetap perhatikan perkembangan kondisi bayi.
Baca juga: Ketika Bayi Merasa Cemas dengan Orang yang Tak Dikenalnya
Kejang pada bayi adalah kondisi yang perlu diwaspadai, tetapi sering kali dapat ditangani dengan baik. Pentingnya memahami penyebab, gejala, dan penanganan yang tepat agar dapat memberikan pertolongan pertama yang efektif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Segera periksa ke dokter jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau sering kambuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)