FAMILY
Anak Tantrum, Cari Tahu Penyebabnya bukan Memarahinya
Raka Lestari
Rabu 15 Desember 2021 / 10:10
Jakarta: Melatih anak agar disiplin selalu menjadi tantangan bagi orang tua. Tak jarang pula, karena orang tua merasa tidak sabar dengan kelakuan anak-anak yang dirasa menjengkelkan, ayah atau ibunya memarahi, membentak, bahkan memukul anak mereka.
Namun, jika hal ini dibiarkan, apakah solusi ini dapat membuat anak menjadi lebih disiplin? Atau justru sebaliknya?
Menurut dr. Putu Ayuwidia Ekaputri, M. Sc., dokter yang mendalami ilmu cognitive neuroscience, rasa marah dan tantrum yang timbul dari anak bukanlah tanpa sebab. Ada berbagai alasan yang mendasari kemarahan anak, sayangnya ia belum bisa mengungkapkannya dengan baik secara verbal.
Oleh karena itu, penting juga bagi orang tua untuk mengobservasi apa penyebab anak merasa emosional, kemudian barulah mencari cara untuk menenangkannya. Apabila orang tua terlalu keras terhadap anak, ada dua kemungkinan yang mungkin terjadi pada diri anak.
Pertama, anak menjadi takut dan menghindari orang tuanya. Jika sudah begini, bonding yang sudah terbangun mungkin akan perlahan memudar dan anak menjadi semakin jauh dengan orang tua. Akibatnya, anak akan semakin sulit untuk menuruti perintah orang tua.
Kedua, anak justru akan semakin memberontak karena merasa emosionalnya tidak bisa tersalurkan serta dipahami oleh orang tuanya. Dalam jangka panjang, apabila orang tua terlalu sering membentak anak, sangat mungkin terjadi kerusakan komponen di otak anak dan menimbulkan trauma berkepanjangan.
"Prinsipnya, perlakukan anak sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kalau anak marah, tanyakan kenapa dia marah, beritahu kalau misalnya kita mengerti kenapa dia marah," ujar dr. Widia.
"Namun, bukan berarti juga kita langsung memberikan apa yang dia mau. Ada perbedaan tipis antara mengerti dan memberikan. Yang harus kita lakukan adalah mengerti, karena anak masih punya banyak keterbatasan untuk mengungkapkannya" tutup dr. Widia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Namun, jika hal ini dibiarkan, apakah solusi ini dapat membuat anak menjadi lebih disiplin? Atau justru sebaliknya?
Menurut dr. Putu Ayuwidia Ekaputri, M. Sc., dokter yang mendalami ilmu cognitive neuroscience, rasa marah dan tantrum yang timbul dari anak bukanlah tanpa sebab. Ada berbagai alasan yang mendasari kemarahan anak, sayangnya ia belum bisa mengungkapkannya dengan baik secara verbal.
Oleh karena itu, penting juga bagi orang tua untuk mengobservasi apa penyebab anak merasa emosional, kemudian barulah mencari cara untuk menenangkannya. Apabila orang tua terlalu keras terhadap anak, ada dua kemungkinan yang mungkin terjadi pada diri anak.
Pertama, anak menjadi takut dan menghindari orang tuanya. Jika sudah begini, bonding yang sudah terbangun mungkin akan perlahan memudar dan anak menjadi semakin jauh dengan orang tua. Akibatnya, anak akan semakin sulit untuk menuruti perintah orang tua.
Kedua, anak justru akan semakin memberontak karena merasa emosionalnya tidak bisa tersalurkan serta dipahami oleh orang tuanya. Dalam jangka panjang, apabila orang tua terlalu sering membentak anak, sangat mungkin terjadi kerusakan komponen di otak anak dan menimbulkan trauma berkepanjangan.
"Prinsipnya, perlakukan anak sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kalau anak marah, tanyakan kenapa dia marah, beritahu kalau misalnya kita mengerti kenapa dia marah," ujar dr. Widia.
"Namun, bukan berarti juga kita langsung memberikan apa yang dia mau. Ada perbedaan tipis antara mengerti dan memberikan. Yang harus kita lakukan adalah mengerti, karena anak masih punya banyak keterbatasan untuk mengungkapkannya" tutup dr. Widia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)