FAMILY
Tak Hanya Pendek, Stunting Juga Bisa Mengganggu Perkembangan Kognisi Anak
Raka Lestari
Jumat 25 Februari 2022 / 07:00
Jakarta: Stunting masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia. Salah satu dampak stunting yang paling dirasakan adalah tinggi badan anak yang pendek. Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.
“Perawakan pendek merupakan salah satu keluhan gangguan pertumbuhan yang sering menjadi alasan seorang anak untuk dibawa ke dokter spesialis anak,” ujar Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak, Prof. dr. Madarina Julia, MPH., Ph.D, Sp.A(K), dalam acara Media Briefing, pada Kamis, 24 Februari 2022.
Menurutnya, tidak banyak yang mengetahui bahwa stunting hanyalah salah satu dari berbagai penyebab perawakan pendek. Padahal, orang tua juga perlu khawatir terhadap stunting karena beberapa penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa stunting adalah suatu kondisi yang akan sangat mengganggu perkembangan anak, terutama perkembangan kognisi.
UNICEF mengatakan bahwa stunting akan membuat seseorang mempunyai prestasi pendidikan yang lebih buruk, lebih cenderung putus sekolah atau tidak mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun penghasilan atau pendapatan yang lebih rendah sebagai seorang dewasa.

(Untuk mendeteksi stunting, selain dipantau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Karena berkaitan dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat, anak stunting tentu mempunyai riwayat gizi dan riwayat kesehatan yang kurang baik. Selain itu, anak stunting juga sangat mungkin mengalami gangguan perkembangan.
"Sehingga, untuk mendiagnosis stunting, selain tinggi badan yang pendek, anak stunting juga kurus dan mempunyai masalah perkembangan. Untuk dapat mendeteksi dini masalah ini, selain harus dipantau panjang atau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya," jelas Prof. Madarina.
Lebih lanjut, Prof Madarina mengatakan bahwa stunting harus dapat dideteksi dan mendapatkan penanganan dini sehingga perkembangan otak pada 1000 hari pertama kehidupan tidak terganggu.
Namun, kesalahan penanganan stunting, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak yang tidak memerlukan, bisa sangat merugikan. Anak akan menjadi individu obesitas yang berisiko mengalami diabetes mellitus dan berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari.
“Upaya pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala penting untuk diterapkan oleh semua orang tua. Kemajuan teknologi telah memungkinkan orang tua untuk bisa memantau tumbuh kembang anak melalui aplikasi tumbuh kembang. Deteksi dini stunting maupun perawakan pendek lainnya sangat penting. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tumbuh kembang anak dapat kembali optimal,” tutup Prof. Madarina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
“Perawakan pendek merupakan salah satu keluhan gangguan pertumbuhan yang sering menjadi alasan seorang anak untuk dibawa ke dokter spesialis anak,” ujar Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak, Prof. dr. Madarina Julia, MPH., Ph.D, Sp.A(K), dalam acara Media Briefing, pada Kamis, 24 Februari 2022.
Menurutnya, tidak banyak yang mengetahui bahwa stunting hanyalah salah satu dari berbagai penyebab perawakan pendek. Padahal, orang tua juga perlu khawatir terhadap stunting karena beberapa penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa stunting adalah suatu kondisi yang akan sangat mengganggu perkembangan anak, terutama perkembangan kognisi.
UNICEF mengatakan bahwa stunting akan membuat seseorang mempunyai prestasi pendidikan yang lebih buruk, lebih cenderung putus sekolah atau tidak mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun penghasilan atau pendapatan yang lebih rendah sebagai seorang dewasa.

(Untuk mendeteksi stunting, selain dipantau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Karena berkaitan dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat, anak stunting tentu mempunyai riwayat gizi dan riwayat kesehatan yang kurang baik. Selain itu, anak stunting juga sangat mungkin mengalami gangguan perkembangan.
"Sehingga, untuk mendiagnosis stunting, selain tinggi badan yang pendek, anak stunting juga kurus dan mempunyai masalah perkembangan. Untuk dapat mendeteksi dini masalah ini, selain harus dipantau panjang atau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya," jelas Prof. Madarina.
Lebih lanjut, Prof Madarina mengatakan bahwa stunting harus dapat dideteksi dan mendapatkan penanganan dini sehingga perkembangan otak pada 1000 hari pertama kehidupan tidak terganggu.
Namun, kesalahan penanganan stunting, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak yang tidak memerlukan, bisa sangat merugikan. Anak akan menjadi individu obesitas yang berisiko mengalami diabetes mellitus dan berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari.
“Upaya pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala penting untuk diterapkan oleh semua orang tua. Kemajuan teknologi telah memungkinkan orang tua untuk bisa memantau tumbuh kembang anak melalui aplikasi tumbuh kembang. Deteksi dini stunting maupun perawakan pendek lainnya sangat penting. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tumbuh kembang anak dapat kembali optimal,” tutup Prof. Madarina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)