FAMILY

Kenali Perubahan Hormon saat Menopause untuk Hidup Lebih Sehat dan Bahagia

Yuni Yuli Yanti
Selasa 25 Oktober 2022 / 07:00
Jakarta: Menopause merupakan kejadian alamiah yang pasti dialami semua perempuan. Ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi secara alami yang mengakibatkan berbagai perubahan hormon pada tubuh perempuan sehingga menyebabkan gejala-gejala yang dapat mengurangi kualitas hidup. 

"Semua perempuan harus mengenal gejalanya, kapan terjadi untuk siap menghadapi sebagai proses alami yang patut disyukuri," tutur Dr. dr. Tita Husnitawati, Sp.OG (K)-Fer, Presiden Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMINESIA) dalam acara webinar 'World Menopause Day 2022: Cognition and Mood Life After 40 Happy and Healthy', Rabu (19/10).

Menurut dr. Tita, kondisi menopause menyebabkan gejala atau sindroma metabolik yang terdiri dari obesitas perut yang ditandai lingkar perut lebih dari 80 cm, tekanan darah meningkat, dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan profil lemak abnormal atau gula darah meningkat. Hal ini terjadi karena konsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, dan pertambahan usia.

Selain perubahan kondisi fisik, Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K), MPd.Ked, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, mengatakan perempuan dalam masa menopause juga rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif). Khususnya, berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari.

"Perubahan hormon juga dapat mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause. Mereka lebih rentan mengalami gangguan mood yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif (mood swing). Perubahan mood tersebut nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi," ujar dr. Natalia. 


(Perempuan dalam masa menopause juga rentan mengalami penurunan daya berpikir seperti demensia. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)


Gejala kecemasan, jelasnya, ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup. 

Selain itu, proses penuaan pada fisik perempuan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan terbentuknya pandangan negatif pada dirinya (negative body image). "Berbagai faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood," jelas dr. Natalia.


(Yoga menjadi olahraga yang direkomendasikan untuk para perempuan di masa menopause. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)

Untuk itu, dr. Natalia menyarankan hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik dapat membantu meringankan stres akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase ini. Peran support system terutama pasangan sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause.

Sementara, dr. Tita menambahkan risiko perubahan tubuh akibat menopause dapat dihindari dengan kebiasaan hidup sehat yaitu dengan berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok.

"Selain gaya hidup, pengobatan untuk gejala menopause juga dapat dilakukan dengan pengobatan hormon untuk keluhan menopause bukan pengobatan utama untuk menopause. Penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila diberikan topikal: melalui kulit, selaput lendir atau vagina," tutup dr. Tita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)

MOST SEARCH