FAMILY
Mitos Mengakibatkan Kurangnya Kesadaran Masyarakat terhadap Fertilitas
A. Firdaus
Sabtu 09 Maret 2024 / 09:11
Jakarta: Kurangnya pemahaman seringkali mengakibatkan tertundanya pasangan suami istri dalam mengatasi masalah infertilitas serta berpotensi menciptakan miskonsepsi. Data terkini menunjukkan sekitar 10-15% dari 39,8 juta pasangan usia subur di Indonesia memerlukan pengobatan infertilitas untuk bisa mendapatkan keturunan.
Pakar Fertilitas dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional, Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Prof. Dr. dr R. Muharam Natadisastra, Sp.OG, Subsp. F.E.R, MPH menegaskan pentingnya edukasi. Hal ini berguna untuk menepis stigma, sekaligus mitos tentang infertilitas atau kondisi ketidaksuburan.
"Karena stigma dan mitos itulah, sering mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kondisi fertilitas," ucap Prof. Muharam dalam peluncuran Website MauPunyaAnak.id, Kamis 7 Maret 2024.
Baca juga: Angka Kesuburan di Indonesia Menurun, Pengaruhi Pertumbuhan Penduduk
Masyarakat yang di daerah pelosok masih mempercayai mitos, misalnya tentang penggunaan obat herbal tertentu yang dianggap mengatasi masalah kesuburan. Ini menandakan mereka belum punya pengetahuan tentang kerja sistem reproduksi.
"Program edukasi menyeluruh dan masif perlu dijalankan untuk mengatasi persepsi yang salah tentang penanganan infertilitas," terang Prof. Muharam.
Masalah fertilitas, menurut Prof. Muharam, bisa terjadi dari beberapa penyebab, seperti sperma pria, sel telur, dan lain-lain. Jadi belum tentu bisa memperbaiki infertilitas, dan hal ini perlu yang namanya penelitian lebih lanjut.
Prof. Muharam menegaskan bahwa infertilitas bukan hanya perempuan yang menjadi faktornya, melainkan juga pria. Untuk itu penanganannya bisa dilakukan setelah pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan tuba dan rahim menggunakan Histerosalpingografi atau HSG dan pemeriksaan kondisi sperma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Pakar Fertilitas dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional, Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Prof. Dr. dr R. Muharam Natadisastra, Sp.OG, Subsp. F.E.R, MPH menegaskan pentingnya edukasi. Hal ini berguna untuk menepis stigma, sekaligus mitos tentang infertilitas atau kondisi ketidaksuburan.
"Karena stigma dan mitos itulah, sering mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kondisi fertilitas," ucap Prof. Muharam dalam peluncuran Website MauPunyaAnak.id, Kamis 7 Maret 2024.
Baca juga: Angka Kesuburan di Indonesia Menurun, Pengaruhi Pertumbuhan Penduduk
Masyarakat yang di daerah pelosok masih mempercayai mitos, misalnya tentang penggunaan obat herbal tertentu yang dianggap mengatasi masalah kesuburan. Ini menandakan mereka belum punya pengetahuan tentang kerja sistem reproduksi.
"Program edukasi menyeluruh dan masif perlu dijalankan untuk mengatasi persepsi yang salah tentang penanganan infertilitas," terang Prof. Muharam.
Masalah fertilitas, menurut Prof. Muharam, bisa terjadi dari beberapa penyebab, seperti sperma pria, sel telur, dan lain-lain. Jadi belum tentu bisa memperbaiki infertilitas, dan hal ini perlu yang namanya penelitian lebih lanjut.
Prof. Muharam menegaskan bahwa infertilitas bukan hanya perempuan yang menjadi faktornya, melainkan juga pria. Untuk itu penanganannya bisa dilakukan setelah pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan tuba dan rahim menggunakan Histerosalpingografi atau HSG dan pemeriksaan kondisi sperma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)