Jakarta: Pandemi covid-19 yang masih terus berlangsung sampai saat ini, membuat terjadinya perubahan pada setiap aspek kehidupan. Pola asuh orang tua kepada anak-anaknya pun, pada masa pandemi covid-19 seperti ini mengalami perubahan. Dan, sebagai orang tua, perlu sekali menyadari akan hal ini.
“Kalau kita tahu, umumnya orang tua di Indonesia ini menganggap bahwa orang tua selalu benar. Anak harus nurut saja, orang tua sudah makan asam garam kehidupan jadi selalu benar,” ujar Meriyati, M.Psi, Psi, Psikolog di RS Pondok Indah – Puri Indah, dalam Virtual Small Group Media Discussion: Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Masa Pandemi pada Selasa, 29 Juni 2021.
Menurut Meriyati, untuk mengetahui pola asuh yang terbaik buat anak sebaiknya orang tua bisa berkaca pada diri mereka sendiri. Posisikan diri kita sebagai anak, dan bagaimana ingin diperlakukan.
“Tentunya ingin selalu ditanya bagaimana perasaan kita, bagaimana pikiran kita, anak-anak pun juga begitu,” ujar Meriyati.
“Anak-anak perlu dibimbing, kalau mereka bilang bagus terhadap sesuatu kita harus memahami, karena yang bagus menurut mereka terkadang buat orang tua belum tentu. Yang membuat seorang anak bermasalah dengan orang tua kan masalah persepsi. Masalah baik dan buruk saja, orang tua dan anak belum tentu memiliki persepsi yang sama,” jelas Meriyati.
Untuk itu, Meriyati menyarankan agar orang tua bisa memberikan gambaran kepada anak secara jelas mengenai hal yang baik dan hal yang buruk. Jangan bersikap otoriter kepada anak.
“Dengan menjelaskan baik dan buruk, anak bisa mendapatkan gambaran secara jelas dan nyata. Jadi anak tidak memahami sesuatu yang abstrak,” tutur Meriyati.
“Ada berbagai cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan story telling, atau dengan melakukan role play. Lakukan komunikasi secara dua arah. Orang tua juga dengan kesadaran dan kerendahan hati, mendengarkan apa yang disampaikan oleh anak. Misalnya pada masa pandemi ini, anak merasa takut dan cemas,” sarannya.
Sebagai orang tua, Meriyati juga menjelaskan agar bisa memahami ketidakpahaman yang dialami oleh anak-anak. Kalau orang tua mengabaikan apa yang dirasakan anak, nanti mereka berpikir kalau pendapatnya tidak penting, maka lama kelamaan dia tidak punya boundaries.
"Jadi, pola asuh yang baik itu yang terbuka. Bukan mengekang, tapi mengontrol tanpa menghambat anak,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Kalau kita tahu, umumnya orang tua di Indonesia ini menganggap bahwa orang tua selalu benar. Anak harus nurut saja, orang tua sudah makan asam garam kehidupan jadi selalu benar,” ujar Meriyati, M.Psi, Psi, Psikolog di RS Pondok Indah – Puri Indah, dalam Virtual Small Group Media Discussion: Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Masa Pandemi pada Selasa, 29 Juni 2021.
Menurut Meriyati, untuk mengetahui pola asuh yang terbaik buat anak sebaiknya orang tua bisa berkaca pada diri mereka sendiri. Posisikan diri kita sebagai anak, dan bagaimana ingin diperlakukan.
“Tentunya ingin selalu ditanya bagaimana perasaan kita, bagaimana pikiran kita, anak-anak pun juga begitu,” ujar Meriyati.
“Anak-anak perlu dibimbing, kalau mereka bilang bagus terhadap sesuatu kita harus memahami, karena yang bagus menurut mereka terkadang buat orang tua belum tentu. Yang membuat seorang anak bermasalah dengan orang tua kan masalah persepsi. Masalah baik dan buruk saja, orang tua dan anak belum tentu memiliki persepsi yang sama,” jelas Meriyati.
Untuk itu, Meriyati menyarankan agar orang tua bisa memberikan gambaran kepada anak secara jelas mengenai hal yang baik dan hal yang buruk. Jangan bersikap otoriter kepada anak.
“Dengan menjelaskan baik dan buruk, anak bisa mendapatkan gambaran secara jelas dan nyata. Jadi anak tidak memahami sesuatu yang abstrak,” tutur Meriyati.
“Ada berbagai cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan story telling, atau dengan melakukan role play. Lakukan komunikasi secara dua arah. Orang tua juga dengan kesadaran dan kerendahan hati, mendengarkan apa yang disampaikan oleh anak. Misalnya pada masa pandemi ini, anak merasa takut dan cemas,” sarannya.
Sebagai orang tua, Meriyati juga menjelaskan agar bisa memahami ketidakpahaman yang dialami oleh anak-anak. Kalau orang tua mengabaikan apa yang dirasakan anak, nanti mereka berpikir kalau pendapatnya tidak penting, maka lama kelamaan dia tidak punya boundaries.
"Jadi, pola asuh yang baik itu yang terbuka. Bukan mengekang, tapi mengontrol tanpa menghambat anak,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)